Selasa, 24 Agustus 2010

"Muka yang Berseri"-persiapan GSM

Tema :“Muka yang Berseri”
Bahan Alkitab : Amsal 15:13, Mazmur 68:4
Tujuan : ASM senyum dan bermuka gembira
Inti Pengajaran:
1.      Kedua ayat ini merupakan bagian Alkitab yang hendak memberikan penjelasan dan gambaran mengenai hal ‘sukacita’. 
2.      Penting untuk selalu diingat bahwa makna ‘sukacita’ yang dimaksud adalah “ sebuah perasaan yang muncul dalam diri seseorang secara alami, yang dilandasi oleh iman kepada Tuhan”. 
3.      Ketika seseorang bersukacita, salah satu ciri yang tampak adalah wajahnya akan senantiasa tersenyum dan berseri-seri. Wajah yang tersenyum dan berseri-seri yang dimaksud di sini tentu bukan hanya senyum yang dibuat-buat, tetapi sungguh-sungguh keluar dari hati.
4.      Wajah berseri-seri ini tampak karena perasaan dalam diri yang merasakan karya dan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Dasarnya adalah iman kepada Tuhan (dari definisi sebelumnya).     
5.      Apa kata Alkitab tentang ‘sukacita’ dan ‘muka yang berseri-seri’?
Amsal 15:13
o   Amsal 15 ini tergabung dalam kelompok kalimat yang di dalamnya ada ungkapan-ungkapan yang bersifat anti-thesis/perlawanan kata. Dalam ayat ini perlawanan kata yang dimaksud adalah: hati yang gembira >< kepedihan hati.
o   Lebih khusus, ayat ke-13 ini hendak menyatakan bahwa alasan yang membuat wajah seseorang dapat berseri-seri adalah karena hatinya diliputi oleh kegembiraan. Kegembiraan ini dapat terjadi karena apa? karena adanya perasaan/ungkapan bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya.  Ini semakin menegaskan bahwa bentuk konkret orang yang bersukacita adalah hidupnya senantiasa bersyukur, dan dalam iman percaya kita, ungkapan syukur itu dapat terjadi karena Tuhan yang hadir dan menyapa kita melalui karya-Nya. Hal ini berbeda dengan kebalikannya yaitu kepedihan hati. Kepedihan hati hanya menimbulkan hilangnya semangat dalam diri, sehingga wajahnya pun diliputi oleh kesedihan.   

Mazmur 68:4
o   Dalam tradisi umat Israel dan gereja awal memang ada kecenderungan untuk mendaraskan (menyanyikan) mazmur dalam suatu ibadah.
o   Mazmur tersebut umumnya dinyanyikan dalam upacara perarakan ke Yerusalem. Makna pendarasan nyanyian mazmur dalam arak-arakan yang terjadi? Keyakinan bahwa Allah turut serta, masuk ke dalam bait-Nya yang kudus.  
o   Kalau kita menilik Mazmur secara keseluruhan, ada berbagai tema teologis yang dapat kita lihat, misalnya saja: peristiwa penciptaan, penebusan, perjanjian, penyertaan Allah dalam setiap perjalanan Bangsa Israel, kesetiaan Allah, juga harapan akan keselamatan bagi umat manusia. Semuanya ini sebenarnya hendak menggambarkan akan kasih dan penyertaan Allah bagi kehidupan manusia.
o   Oleh karena semua kebaikan-Nya tersebut, maka umat pun diajak untuk bersyukur dan bersukacita atas kasih Allah itu.
o   Secara khusus, ayat ke-4 dari Mzm 68 menyebutkan àTetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita”. Makna ayat ini: mereka yang bersukacita dapat disebut sebagai orang benar, artinya orang yang sungguh-sungguh merasakan dan menghayati kebaikan Allah dalam hidupnya, dan ini semua nampak melalui wajahnya yang senantiasa berseri-seri.

Pesan/pelajaran Firman Tuhan yang dapat diambil untuk direnungkan bersama :
à Muka yang berseri, tersenyum, dan bersukacita berasal dari hati yang senantiasa bersyukur kepada Tuhan.
à  Dalam hal apa kita bersyukur kepada Allah? Apakah hanya ketika kita memperoleh apa yang kita harapkan? Lalu bagaimana ketika kita diperhadapkan pada situasi yang sulit, apakah kita tetap bisa bersyukur? Kita dapat belajar dari kisah seorang Ayub, yang walaupun mengalami pergumulan dan penderitaan hidup dalam berbagai hal, namun ia tetap dapat bersyukur kepada Allah, bahkan mukanya dapat tersenyum dan berseri-seri (Ayub 29:24). Ia menyatakan bahwa justru melalui penderitaan dan pergumulan yang dihadapinya, ia sungguh-sungguh dapat memandang Allah yang hidup (Ayub 42:5).  Pengalaman pahit yang dialami Ayub justru telah membuatnya semakin sadar akan Allah yang berkarya dalam kehidupannya. Ayub dapat bersikap demikian karena iman dan percayanya kepada Allah. Ia yakin dengan kesungguhan hati bahwa yang terjadi padanya adalah bagian dari karya dan rencana Allah terhadap dirinya. Apa yang terjadi kemudian? Ayub pun menjadi orang yang dibenarkan di hadapan Allah.
v  Persiapan untuk tanggal 14 Desember 2008 (Minggu II Desember)
Tema à “Bernyanyi bagi Tuhan”
Bahan Alkitab à Lukas 1:46-56
Tujuan à ASM bernyanyi penuh sukacita bagi Tuhan
Inti Pengajaran:
1.      Perikop ini berisikan tentang à puji-pujian yang diungkapkan oleh Maria, yang merupakan respons atas sambutan Elisabeth yang memuji Tuhan. Puji-pujian tersebut terkait dengan apa? Sebelum menjawab pertanyaan itu, akan diuraikan lebih lanjut mengenai sosok Maria.
2.      MARIA?
ü  Ia adalah seorang yang tinggal di Nazaret (Luk 1:26). Latar belakang keluarganya adalah sbb: ayahnya keturunan raja Daud, ibunya keturunan Lewi.
ü  Ia masih merupakan seorang ‘perawan’ yang sudah bertunangan dengan Yusuf. Pada masa itu, ikatan pertunangan memiliki kekuatan yang hampir sama teguhnya dengan pernikahan. Perempuan yang sudah bertunangan kadang-kadang disebut dengan isteri, dan memiliki tanggung jawab dan kesetiaan yang sama seperti istri.
ü  Peristiwa yang terjadi pada Maria: Malaikat Gabriel datang menjumpai Maria, dan mengatakan bahwa ia akan mengandung. Secara logika, apa yang terjadi pada Maria tentu saja menimbulkan pergumulan batin dalam dirinya (ia masih perawan, ia baru bertunangan, ia masih menjaga kesucian dirinya). Namun yang menarik dari sosok Maria adalah : secara manusiawi, memang ia terkejut dan kaget (lumrah tentunya), tetapi apa yang dikatakan oleh Maria (Luk 1:38) “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
ü  Meskipun tanggung jawab yang dipercayakan kepada Maria sangat besar, namun Maria menerima tanggung jawab itu. Karena apa? Karena iman percayanya kepada Allah. Ia sangat yakin akan janji-janji Allah tersebut (“...Tuhan menyertai engkau”). Oleh karenanya, ia menerima tanggung jawab tersebut dengan ketaatan penuh pada kehendak Allah. Ia memiliki komitmen dan keyakinan seutuhnya kepada Allah.
ü  Maria tahu dan sadar betul bagaimana konsekuensi yang dapat terjadi padanya (dalam konteks ini: Maria bisa saja dikecam atas apa yang terjadi padanya; pola pikir dan pandangan masyarakat saat itu cenderung mengarah pada hal yang negatif). Akan tetapi apa yang dilakukan oleh Maria? Ia justru bersukacita...ia bernyanyi serta memuji Tuhan, karena ia yakin sepenuh hati bahwa apa yang terjadi padanya adalah bagian dari rencana Allah. Mengandung dan melahirkan bayi Yesus, yang nantinya akan menjadi Mesias dan Penyelamat umat manusia, diyakini oleh Maria sebagai sebuah karya dan karunia Allah yang dipercayakan kepadanya, sebagai seorang yang dipilih-Nya. 
ü  Puji-pujian Maria (Kidung Maria) seringkali disebut dengan ‘MAGNIFICAT’ (Latin), atau ‘MULIAKANLAH’ (Indonesia). Ini adalah bentuk ungkapan syukur dan sukacita, terutama karena Allah telah memilih Maria sebagai seorang yang akan mengandung dan melahirkan bayi Yesus. Kidung ini sangat kuat dipengaruhi oleh kidung yang dinyanyikan Hanna, Ibu Samuel, sesudah kelahiran anaknya lewat campur tangan Ilahi (I Sam 2:1-10).   

Pesan/ refleksi Firman Tuhan yang dapat diambil untuk direnungkan bersama :
·         Belajar memiliki ketaatan dan kerendahan hati seperti Maria.
·         Memiliki keteguhan iman dan percaya kepada Allah. Yakin dan mengimani bahwa
karya dan rencana Allah dapat terjadi pada siapapun dan dengan cara apapun.
·         Belajar untuk terus bersyukur dan bersukacita dalam setiap hidup kita. Dalam praktiknya memang tidak mudah, terutama ketika kita menghadapi kesulitan ataupun persoalan hidup yang akhirnya tidak dapat membuat kita mengucap syukur kepada Tuhan. Namun pesan Firman Tuhan adalah: mari kita belajar untuk melakukan itu karena kita meyakini bahwa ada rencana dan karya Allah di dalamnya. Rencana dan karya Allah dapat terjadi dalam berbagai hal dan situasi yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita. Akan tetapi satu hal yang harus tetap diimani adalah Ia akan memberi yang terbaik bagi setiap kita.
“Tuntun Aku Tuhan Allah“
(Kidung Jemaat 412)

Tanpa terasa kita telah memasuki tahun 2010. Itu berarti bahwa sebuah kehidupan yang baru, disertai dengan aktivitas yang akan dilalui di tahun baru ini menjadi bagian dalam kehidupan kita. Apa yang terjadi di depan, tidak ada yang mengetahuinya. Baik suka maupun duka, senang atau sedih, kecewa atau sebaliknya bahagia, ini akan menjadi pergumulan yang sudah pasti kita temui dalam perjalanan kita setiap harinya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menyerahkan hidup ini hanya kepada Dia yang menuntun setiap langkah kehidupan kita. Ini seperti diungkapkan oleh lagu dalam Kidung Jemaat nomor 412 berjudul “Tuntun Aku, Tuhan Allah”. Bagaimana sejarah lagu ini ditulis? Kita akan melihatnya dalam kisah lagu berikut ini. 
Sudah berabad-abad orang-orang di Wales Inggris terkenal sebagai penyanyi. Sampai sekarang pun, tiap tahun mereka mengadakan pesta dan lomba menyanyi di sebuah kota bernama Liangollen. Wajarlah, bila Wales kemudian menyumbangkan lagu-lagu ke masyarakat dunia, dan KJ 412 yang berjudul “Tuntun Aku, Tuhan Allah” inilah salah satunya.
Awal abad ke-18, seorang pengkhotbah yang bernama Howell Harris menggugah hidup kerohanian penduduk dengan khotbahnya dan caranya mengajak umat untuk menyanyi dengan penuh semangat penginjilan. Salah seorang yang hidupnya tersentuh karena khotbahnya adalah William Williams. Siapakah Williams ini? Williams adalah seorang yang terkenal sebagai Sweet Singer of Wales”. Ia juga diangkat menjadi diaken/syamas kala itu. Sebenarnya, Williams ini mengambil bidang kedokteran untuk studinya. Akan tetapi, setelah mendengar khotbah dan melihat semangat menginjili dari Harris, maka Williams yang masih muda ini bersedia memberikan seluruh hidupnya untuk pelayanan penginjilan. Ia sempat menjadi pendeta di dua jemaat gereja Anglikan, namun ia tidak betah melayani dalam gereja yang penuh tatacara kebaktian itu, yang dilakukan dalam bahasa Latin.
Selama empat puluh tiga tahun, ia menginjili dan bernyanyi, bahkan ia pun naik kuda sejauh hampir seratus enam puluh ribu kilometer, namun ia tidak terikat pada satu jemaat. Hidup yang dilaluinya penuh dengan pergumulan, tetapi orang sangat menghormatinya. Di seluruh wilayah Wales, ia dihormati sebagai pengkhotbah yang penuh dengan kuasa, namun lebih dari itu, Williams juga dihormati dan disayangi sebagai penyanyi. Sayang, kebanyakan lagu-lagunya justru dinyanyikan dalam bahasa Wales, sehingga tidak dimengerti secara penuh. Kendati demikian menarik bahwa ternyata lagu ini menembus batas-batas di wilayah tersebut bahkan selanjutnya menjadi lagu yang terkenal di seluruh dunia.
Bila kita memperhatikan dengan saksama isi syair lagu ini, maka kita dapat menemukan adanya kemiripan hidup manusia dengan perjalanan bangsa Israel yang keluar dari perbudakan di Mesir, menuju tanah perjanjian yang sudah dijanjikan oleh Allah kepada mereka. Perhatikanlah kata-kata yang terdapat dalam baris pertama, dimana dituliskan: “Tuntun aku, Tuhan Allah, lewat gurun dunia”; kemudian dilanjutkan dengan “Roti sorga”, “Sumber air Hidup”, “Berjalanlah di muka dengan tiang awan-Mu”, dan “Pada batas sungai Yordan”. Ungkapan-ungkapan yang digunakan semakin menjelaskan penyerahan diri kita kepada Tuhan, karena Dialah yang dapat menuntun kita dalam melewati pergumulan dunia yang tidak mudah yang harus kita hadapi.
Melodi lagu ini ditulis pada tahun 1907 oleh John Hughes, seorang komponis yang dilahirkan pada tanggal 22 November 1873, yang juga berasal dari daerah Wales. Hughes dikenal sebagai pengarang lagu-lagu Sekolah Minggu dan nyanyian gereja. Lagu KJ 412 ini adalah salah satu lagunya yang menjadi lagu sangat popular di Wales dan sekitarnya. Menarik bahwa tak jarang penonton yang tengah menyaksikan pertandingan rugby pun tiba-tiba dapat menyanyikan lagu ini dengan suara yang membahana. Sebagai informasi, lagu ini sudah diterjemahkan dalam lebih dari 80 bahasa di seluruh dunia. Ini berarti bahwa lagu ini sangat disukai oleh banyak orang.
Melalui lagu ini kita belajar untuk senantiasa berpegang pada janji Tuhan yang diberikan kepada kita. Penting bagi kita untuk terus teguh beriman kepada-Nya, dalam setiap langkah hidup kita. Karena apa? Karena kita harus meyakini bahwa Tuhanlah yang menuntun dan menopang hidup kita.

Sdri. Gloria Tesalonika S.Si (Teol)



Bila Muka dengan Muka - KJ 267 info lagu

BILA MUKA DENGAN MUKA
Kidung Jemaat 267

Saudara-saudara yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak, akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (I Yohanes 3:2,3)

            Dalam tulisannya “Apa sebabnya dikarang?” Pengarang lagu ini, Grant Colfax Tullar, menceritakan keadaan yang cukup aneh yang kemudian mendorong untuk mengarangnya. Ia menyebut lagu ini “lagu selei”. Peristiwanya sebagai berikut: “Suatu kali pada waktu kami bertiga makan, saya melihat bahwa selei dalam botol tinggal sedikit lagi. Memang sore itu kami sibuk sekali mengunjungi orang-orang sakit, sehingga tidak teringat bahwa selei di rumah sudah hampir habis. Demi menghormati dua sahabat yang lain, saya persilahkan untuk menyendoknya, tetapi rupanya di muka saya terbaca, bahwa saya sudah takut mereka akan menghabisinya. Kedua sahabat saya itu menolak, sehingga dengan suara yang cukup gembira saya bertanya: “Jadi ini semua untuk saya saja?”
            Tiba-tiba kata-kata “Untuk saya” mempunyai arti yang sangat mendalam bagi saya. Sebagai refleks saya taruh lagi selei itu di atas meja, pergi ke piano, ambil sehelai kertas dan seketika itu juga lahir satu lagu dengan kata-kata awal: Untuk saya Yesus mati, menderita di salib.
            Besoknya, saya menerima surat dari Nyonya Beck dan di dalamnya ada beberapa syair. Ternyata ada satu syair yang pas cocok untuk melodi yang saya karang malam sebelumnya. Tuhan mengatur segalanya dengan baik. Lagu saya dan syair itulah yang dikenal dunia sekarang. “Terpujilah Tuhan”.
            Pengarang syair ini, Carrie E.Breck lahir 22 Januari 1855 di Walden, Vermont, Amerika. Ia menikah dan mempunyai lima anak perempuan. Ia sudah mengarang lebih dari 2000 syair. Hidupnya cukup sibuk sebagai isteri, ibu, dan pengarang. Ia mencatat demikian: “Saya menulis syair kapan saja dan di mana saja, kadang-kadang sambil menggendong bayi, bahkan sambil menyapu atau mencuci piring, otak saya mengarang terus. Sayang, saya tidak dapat mengarang lagu, tetapi saya suka music dan dapat merasakan irama.
            Pengarang melodinya, Grant Colfax Tullar, lahir pada tanggal 5 Agustus 1869 di Bolton, Connecticut, Amerika. Ibunya meninggal ketika ia baru berumur 2 tahun. Pengalaman di masa mudanya cukup pahit, penuh pergumulan, suka minum bahkan hingga mabuk. Dalam sebuah pertemuan muda-mudi, ia mengalami pertobatan dan mulai menata kembali hidupnya. Ia akhirnya menyadari bahwa dirinya memiliki bakat menyanyi, bermain organ dan mengarang lagu. Tidak berapa lama setelah itu, ia membuat sebuah keputusan yang tidak mudah yaitu menjadi seorang pendeta di sebuah gereja Metodis, juga menjadi seorang penginjil. Ia mendirikan satu penerbitan yang menerbitkan cukup banyak nyanyian.
            Ada satu ceita yang menarik mengenai lagu “Bila Muka Dengan Muka” ini. Ada sepasang suami isteri yang bekerja untuk China Inland Mission dan bekerja di Tiongkok. Suatu kali, mereka ditangkap oleh beberapa teroris Tiongkok dan dibawa ke atas suatu bukit. Ketika algojonya menghunus pisau panjang dari pundaknya, suami isteri mulai menyanyikan “Bila Muka Dengan Muka” dengan keyakinan bahwa mereka akan melihat muka Tuhan nantinya. Hal yang mencengangkan adalah algojo itu malah menyarungkan pisaunya. Kedua hamba Tuhan ini pada akhirnya tidak dibunuh, sebaliknya mereka dilepaskan dan dipulangkan ke Shanghai kembali. Setelah mengalami peristiwa tersebut, suami isteri terus menjalankan pelayanannya sambil menceritakan apa yang mereka alami itu kepada orang banyak.

Sumber: Kisah Kidung (Alfred Simanjuntak)     





Gloria Tesalonika S.Si (Teol)

Materi Bagus tentang Perbedaan - by Biz Result - artikel 2

Berbeda tapi Bersama
by BizResult on Monday, June 14, 2010 at 12:20pm

Pernahkah anda berada di dalam kelompok dimana semua anggotanya memiliki perilaku yang 100% sama? Atau di dalam keluarga anda sendiri, apakah semua orang memiliki cara dan pandangan yang seragam atau satu? Kemungkinan besar (sangat besar!) jawabannya adalah tidak. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman itu adalah hal yang alami di dunia ini. Kata individu yang berakar dari frase in divide atau yang tidak bisa terbagi (unik) artinya tidak ada satu manusia di dunia ini yang sama. Perbedaan dalam diri manusia dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya adalah kepribadian, lingkungan, pengalaman, dan cara belajar.

Apa itu Perbedaan atau Keragaman?
Dengan demikian sebagai pemimpin, adalah hal yang wajar jika di dalam tim yang kita pimpin atau dalam keluarga kita sendiri kita mendapatkan beragam cara dan pandangan. Perbedaan ini juga meliputi cara bekerja atau menyelesaikan masalah dan kadangkala perbedaan ini bisa menjadi hambatan dalam bekerja sama. Namun bila kita amati lebih cermat, perbedaan justru lebih sering memperkaya kita, memberikan alternative lebih banyak, dan mampu mengurangi kelemahan-kelemahan dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.

Orang biasanya berpikir keragaman manusia dalam hal yang berakar pada kelompok tertentu yang berbeda. perbedaan ini antara lain ras, kebangsaan, Budaya / etnis , Jender, kelas, dan agama. Namun sebenarnya di samping itu terdapat ratusan perbedaan lainnya, yang sangat individual dan seringkali jauh berpengaruh pada kemampuan bekerja sama secara intelektual. Misalnya, Kepribadian , Preferensi, kepentingan, Kebutuhan, Kemampuan, keterampilan, kapasitas, dll

Perbedaan yang tidak diakui dan benar-benar didengar / dilihat akan muncul sebagai masalah , sumber konflik, hambatan, dan alasan untuk tidak berpartisipasi. Di sinilah peran pemimpin tim sebagai pengelola kinerja membutuhkan kemampuan dalam menangani perbedaan.

Mengapa mengelola perbedaan penting?

Perlukah kita menangani perbedaan? Apakah tidak lebih mudah jika kita (sebagai pemimpin) menetapkan segala sesuatunya atau ketika kita membentuk tim kita memilih hanya calon anggota yang memiliki kesamaan satu dengan yang lain? Sebagai kepala keluarga, bukankah lebih mudah jika kita menentukan bagaimana segala sesuatunya dilakukan?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebuah pertanyaan, realistiskah semua itu? Apakah dengan membuat ketetapan untuk segala sesuatu yang harus dilakukan maka hasil yang dicapai akan lebih baik? Mungkinkah kita menemukan semua orang yang sama dengan mudah? Bagaimana dengan keluarga kita? Bisakah mereka menerima sikap kita?

Pada kenyataannya tidak semua hal bisa kita lakukan sendiri. Dan sebagai pemimpin, kita harus mampu mengarahkan orang lain untuk mencapai sasaran bukan melakukannya sendiri. Untuk itu diperlukan partisipasi semua orang. Sebagaimana sebuah tim olah raga misalnya sepak bola, dimana setiap orang di dalam tim memiliki peran masing-masing dan memiliki kapasitas dan kapabilitas yang berbeda, perbedaan adalah sumber kekuatan yang mampu memaksimalkan kinerja tim dalam meraih kemenangan. Demikian pula dengan tim kerja, perbedaan yang ada, bila diakui dan dimanfaatkan dengan baik akan menjadi

Mengenali Jenis Keragaman

Menurut Jack Recht penulis, “Co Creative Process” ada tiga macam klasifikasi perbedaan dalam kelompok yaitu:

Perbedaan Komplementer, perbedaan ini bersifat saling melengkapi, biasanya untuk tugas spesifik, misalnya dalam mengerjakan suatu proyek ada anggota yang mahir dalam menyusun proyeksi, dan ada yang mahir dalam mencari alternatif pembiayaan. Perbedaan ini justru harus ditanggapi dengan memberikan penugasan yang tepat pada masing-masing anggota tim.

Perbedaan non-signifikan, perbedaan ini nyata terlihat dalam cara kerja masing-masing anggota tetapi tidak punya pengaruh besar atau langsung dalam pelaksanaan tugas. Misalnya satu orang anggota yang lebih nyaman bekerja dengan music. Bila yang lain terganggu, anggota itu bisa diminta menggunakan tempat pribadi atau memakai earphones misalnya. Selain itu penetapan prioritas menjadi penting untuk menentukan apakah perlu perbedaan itu diakomodasi.

Perbedaan bertentangan (Conflicting), perbedaan ini ketika terjadi akan menghalangi penyelesaian tugas. Misalnya dalam pengambilan keputusan, ada anggota yang cenderung menekankan pengambilan yang segera sedangkan yang lainnya harus mempertimbangkan banyak hal. Untuk menyelesaikan hal ini tentunya diperlukan fasilitasi dan mediasi oleh pihak lain biasanya pemimpin tim.



Langkah-Langkah Mengelola Perbedaan

Untuk mulai mengelola perbedaan demi kemajuan bersama ada beberapa langkah yang perlu dijalankan pemimpin tim:
Pertama adalah dengan menciptakan lingkungan yang menghargai perbedaan, membuat dialog tentang perbedaan berjalan, toleransi terhadap ambiguitas dan perbedaan, dan memperluas definisi tentang keragaman.

Kedua adalah dengan menyambung perbedaan untuk menciptakan sinergi. Anggota tim dari berbagai jenis kepribadian dan gaya belajar, misalnya dapat digunakan bersama untuk keuntungan besar. Yang bergerak cepat dapat membantu orang mendapatkan masalah, sementara orang yang reflektif dapat memastikan bahwa apa yang dilakukan masuk akal.

Ketiga, menggunakan keragaman sebagai sumber daya untuk bertahan dan beradaptasi. Seperti halnya diversifikasi lahan sebagai contoh. Jika Anda tidak hanya menanam padi tetapi bisa memanfaatkan lahan untuk jagung, anda akan lebih bisa bertahan dari paceklik.

Keempat, menangani konflik dengan dialog bukan konfrontasi. Biasanya ini diperlukan untuk membuat orang-orang yang saling berkonflik untuk saling mendengar dengan baik, dan rasa didengar. Kemudian setelahnya mereka mulai dapat melihat satu sama lain sebagai sesama manusia dan bekerja sama untuk mencari solusi yang baik.

Dan akhirnya, bantu/biarkan perbedaan mengatur dirinya sendiri. Sediakan ruang terbuka untuk berdialog dan berkelompok. Agar orang dapat menggunakan perbedaan sebagai gairah untuk membantu kemajuan organisasi dengan tindakan positif.



Kesimpulan

Kita menyadari bahwa perbedaan adalah hal yang wajar yang akan kita temui dalam hidup. Dan kita harus bisa mengelola perbedaan yang ada dengan baik karena perbedaan yang dikelola dengan baik akan menjadi tumpuan yang sangat berguna dalam menghadapi berbagai tugas dan tantangan ke depan. Sebagai pemimpin kemampuan kita menangani perbedaan merupakan salah satu kunci membentuk tim yang kuat.

Keragaman umumnya sering dianggap sebagai penghalang untuk pekerjaan berorientasi-tugas. Persepsi ini biasanya salah. Namun, ketika kita harus menyelesaikan tugas tertentu, kita memang perlu untuk meminimalkan, menghilangkan atau mengatasi ketidakharmonisan ini.
Dimana kita semua dalam kelompok atau masyarakat ingin membangun dengan perbedaan maka budaya saling percaya, menghormati, kemitraan dan beretika dalam belajar. Dengan demikian, kita akan dapat mentransformasikan perbedaan menjadi sumber daya kreatif .

Kepemimpinan yg mlayani - dapet dari BizResult

Memimpin dengan Melayani
by BizResult on Wednesday, June 9, 2010 at 6:45pm

Kita sering mengartikan kepemimpinan dengan jabatan formal, dengan segudang fasilitas dan pelayanan yang melekat di dalamnya. Pandangan ini menodai kepemimpinan yang kita lakukan karena pengikut memilih pemimpin untuk memenuhi kepentingan mereka. Jadi sebenarnya menjadi pemimpin itu berarti harus bisa melayani kepentingan banyak orang. Meskipun banyak pemimpin atau pejabat yang mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya belum banyak terlihat pemimpin yang sungguh-sungguh menerapkan kepemimpinan yang melayani.

Esensi Kepemimpinan Melayani

Konsep kepemimpinan melayani sesungguhnya sudah sejak lama dikenal. Dalam buku klasiknya yang terbit tahun 1958, Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness, Robert Greenleaf mengemukakan bahwa pemimpin adalah pelayan terlebih dahulu, artinya kepemimpinannya ditentukan terlebih dahulu oleh keinginan untuk melayani kepentingan orang lain.

Dalam buku ini Greenleaf menggambarkan kepemimpinan melayani lewat seorang tokoh fiksi karya Herman Hesse “Journey to the East” bernama Leo, yang menyertai sebuah tim ekspedisi sebagai pelayan yang mendampingi para petualang ini, tetapi pada kenyataannya selama ekspedisi itu Leo adalah yang mendukung mereka dengan semangat dan lagu-lagunya.

Dia adalah orang yang nilai kehadirannya luar biasa. Ini terbukti dengan semuanya berjalan dengan baik sampai Leo menghilang. Kemudian kelompok ini jatuh ke dalam kekacauan dan perjalanan itu menjadi kandas. Inilah peranan penting pemimpin dalam pandangan Greenleaf, seseorang yang senantiasa menjadi pendukung dan penyemangat, yang menggerakkan orang lain tidak lewat perintah tetapi melalui inspirasi.

Tidak seperti gaya kepemimpinan konvensional yang bersifat vertikal yaitu hubungan antara atasan dan bawahan dengan dibatasi hierarki organisasi yang kaku. Gaya kepemimpinan yang melayani sebaliknya mendorong terjadinya kolaborasi, empati, dan kepercayaan antara atasan dan bawahan.Dengan cara ini, organisasi ternyata dapat menjadi lebih berkembang dan mendorong terciptanya kinerja yang mengesankan. Masyarakat semakin mendambakan sosok pemimpin yang mau mengerti dan melayani kebutuhan mereka.

Menjadi Pemimpin yang Melayani

Menerapkan ide-ide Greenleaf dalam lembaga-lembaga modern sering dipandang sinis oleh banyak pemimpin dan pengikut, yang menginginkan paradigma yang didasarkan pada kekuasaan dan kontrol paksaan dan bukan kekuasaan yang sah berdasarkan kesepakatan. Sebenarnya ada dua pertanyaan tentang kepemimpinan yang dijawab oleh buku Greenleaf: Bagaimana pemimpin dapat melayani masyarakat? Apa yang dimaksud dengan sumber daya kekuasaan yang sah?

Bagaimana melakukannya? Sebuah buku yang menarik tentang kepemimpinan yang melayani berjudul Leadership by The Book, Ken Blanchard mengisahkan tentang tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani, yaitu HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).


Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)

Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.

Kepala Yang Melayani

Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki wawasan kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal namun bisa diajarkan. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam wawasan kepemimpinan, yaitu membangun visi, menerjemahkannya menjadi aksi, dan mengukur kinerja yang terjadi.

Selain itu, seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani

Pemimpin sejati harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Karakter dan pengetahuan yang dimilikinya sudah demikian menyatu dan tercermin dalam penerapan di dalam kehidupan. Artinya hati dan kepala yang melayani ini sudah terintegrasi dalam aktivitas sehari hari dan menjadi tangan yang melayani.

Pemimpin ini tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya. Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui renungan, doa, dan bacaan.

Kesimpulan

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolok ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).

Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain. Dan itu semua ada dalam pemimpin yang melayani