Selasa, 24 Agustus 2010

"Muka yang Berseri"-persiapan GSM

Tema :“Muka yang Berseri”
Bahan Alkitab : Amsal 15:13, Mazmur 68:4
Tujuan : ASM senyum dan bermuka gembira
Inti Pengajaran:
1.      Kedua ayat ini merupakan bagian Alkitab yang hendak memberikan penjelasan dan gambaran mengenai hal ‘sukacita’. 
2.      Penting untuk selalu diingat bahwa makna ‘sukacita’ yang dimaksud adalah “ sebuah perasaan yang muncul dalam diri seseorang secara alami, yang dilandasi oleh iman kepada Tuhan”. 
3.      Ketika seseorang bersukacita, salah satu ciri yang tampak adalah wajahnya akan senantiasa tersenyum dan berseri-seri. Wajah yang tersenyum dan berseri-seri yang dimaksud di sini tentu bukan hanya senyum yang dibuat-buat, tetapi sungguh-sungguh keluar dari hati.
4.      Wajah berseri-seri ini tampak karena perasaan dalam diri yang merasakan karya dan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Dasarnya adalah iman kepada Tuhan (dari definisi sebelumnya).     
5.      Apa kata Alkitab tentang ‘sukacita’ dan ‘muka yang berseri-seri’?
Amsal 15:13
o   Amsal 15 ini tergabung dalam kelompok kalimat yang di dalamnya ada ungkapan-ungkapan yang bersifat anti-thesis/perlawanan kata. Dalam ayat ini perlawanan kata yang dimaksud adalah: hati yang gembira >< kepedihan hati.
o   Lebih khusus, ayat ke-13 ini hendak menyatakan bahwa alasan yang membuat wajah seseorang dapat berseri-seri adalah karena hatinya diliputi oleh kegembiraan. Kegembiraan ini dapat terjadi karena apa? karena adanya perasaan/ungkapan bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya.  Ini semakin menegaskan bahwa bentuk konkret orang yang bersukacita adalah hidupnya senantiasa bersyukur, dan dalam iman percaya kita, ungkapan syukur itu dapat terjadi karena Tuhan yang hadir dan menyapa kita melalui karya-Nya. Hal ini berbeda dengan kebalikannya yaitu kepedihan hati. Kepedihan hati hanya menimbulkan hilangnya semangat dalam diri, sehingga wajahnya pun diliputi oleh kesedihan.   

Mazmur 68:4
o   Dalam tradisi umat Israel dan gereja awal memang ada kecenderungan untuk mendaraskan (menyanyikan) mazmur dalam suatu ibadah.
o   Mazmur tersebut umumnya dinyanyikan dalam upacara perarakan ke Yerusalem. Makna pendarasan nyanyian mazmur dalam arak-arakan yang terjadi? Keyakinan bahwa Allah turut serta, masuk ke dalam bait-Nya yang kudus.  
o   Kalau kita menilik Mazmur secara keseluruhan, ada berbagai tema teologis yang dapat kita lihat, misalnya saja: peristiwa penciptaan, penebusan, perjanjian, penyertaan Allah dalam setiap perjalanan Bangsa Israel, kesetiaan Allah, juga harapan akan keselamatan bagi umat manusia. Semuanya ini sebenarnya hendak menggambarkan akan kasih dan penyertaan Allah bagi kehidupan manusia.
o   Oleh karena semua kebaikan-Nya tersebut, maka umat pun diajak untuk bersyukur dan bersukacita atas kasih Allah itu.
o   Secara khusus, ayat ke-4 dari Mzm 68 menyebutkan àTetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita”. Makna ayat ini: mereka yang bersukacita dapat disebut sebagai orang benar, artinya orang yang sungguh-sungguh merasakan dan menghayati kebaikan Allah dalam hidupnya, dan ini semua nampak melalui wajahnya yang senantiasa berseri-seri.

Pesan/pelajaran Firman Tuhan yang dapat diambil untuk direnungkan bersama :
à Muka yang berseri, tersenyum, dan bersukacita berasal dari hati yang senantiasa bersyukur kepada Tuhan.
à  Dalam hal apa kita bersyukur kepada Allah? Apakah hanya ketika kita memperoleh apa yang kita harapkan? Lalu bagaimana ketika kita diperhadapkan pada situasi yang sulit, apakah kita tetap bisa bersyukur? Kita dapat belajar dari kisah seorang Ayub, yang walaupun mengalami pergumulan dan penderitaan hidup dalam berbagai hal, namun ia tetap dapat bersyukur kepada Allah, bahkan mukanya dapat tersenyum dan berseri-seri (Ayub 29:24). Ia menyatakan bahwa justru melalui penderitaan dan pergumulan yang dihadapinya, ia sungguh-sungguh dapat memandang Allah yang hidup (Ayub 42:5).  Pengalaman pahit yang dialami Ayub justru telah membuatnya semakin sadar akan Allah yang berkarya dalam kehidupannya. Ayub dapat bersikap demikian karena iman dan percayanya kepada Allah. Ia yakin dengan kesungguhan hati bahwa yang terjadi padanya adalah bagian dari karya dan rencana Allah terhadap dirinya. Apa yang terjadi kemudian? Ayub pun menjadi orang yang dibenarkan di hadapan Allah.
v  Persiapan untuk tanggal 14 Desember 2008 (Minggu II Desember)
Tema à “Bernyanyi bagi Tuhan”
Bahan Alkitab à Lukas 1:46-56
Tujuan à ASM bernyanyi penuh sukacita bagi Tuhan
Inti Pengajaran:
1.      Perikop ini berisikan tentang à puji-pujian yang diungkapkan oleh Maria, yang merupakan respons atas sambutan Elisabeth yang memuji Tuhan. Puji-pujian tersebut terkait dengan apa? Sebelum menjawab pertanyaan itu, akan diuraikan lebih lanjut mengenai sosok Maria.
2.      MARIA?
ü  Ia adalah seorang yang tinggal di Nazaret (Luk 1:26). Latar belakang keluarganya adalah sbb: ayahnya keturunan raja Daud, ibunya keturunan Lewi.
ü  Ia masih merupakan seorang ‘perawan’ yang sudah bertunangan dengan Yusuf. Pada masa itu, ikatan pertunangan memiliki kekuatan yang hampir sama teguhnya dengan pernikahan. Perempuan yang sudah bertunangan kadang-kadang disebut dengan isteri, dan memiliki tanggung jawab dan kesetiaan yang sama seperti istri.
ü  Peristiwa yang terjadi pada Maria: Malaikat Gabriel datang menjumpai Maria, dan mengatakan bahwa ia akan mengandung. Secara logika, apa yang terjadi pada Maria tentu saja menimbulkan pergumulan batin dalam dirinya (ia masih perawan, ia baru bertunangan, ia masih menjaga kesucian dirinya). Namun yang menarik dari sosok Maria adalah : secara manusiawi, memang ia terkejut dan kaget (lumrah tentunya), tetapi apa yang dikatakan oleh Maria (Luk 1:38) “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
ü  Meskipun tanggung jawab yang dipercayakan kepada Maria sangat besar, namun Maria menerima tanggung jawab itu. Karena apa? Karena iman percayanya kepada Allah. Ia sangat yakin akan janji-janji Allah tersebut (“...Tuhan menyertai engkau”). Oleh karenanya, ia menerima tanggung jawab tersebut dengan ketaatan penuh pada kehendak Allah. Ia memiliki komitmen dan keyakinan seutuhnya kepada Allah.
ü  Maria tahu dan sadar betul bagaimana konsekuensi yang dapat terjadi padanya (dalam konteks ini: Maria bisa saja dikecam atas apa yang terjadi padanya; pola pikir dan pandangan masyarakat saat itu cenderung mengarah pada hal yang negatif). Akan tetapi apa yang dilakukan oleh Maria? Ia justru bersukacita...ia bernyanyi serta memuji Tuhan, karena ia yakin sepenuh hati bahwa apa yang terjadi padanya adalah bagian dari rencana Allah. Mengandung dan melahirkan bayi Yesus, yang nantinya akan menjadi Mesias dan Penyelamat umat manusia, diyakini oleh Maria sebagai sebuah karya dan karunia Allah yang dipercayakan kepadanya, sebagai seorang yang dipilih-Nya. 
ü  Puji-pujian Maria (Kidung Maria) seringkali disebut dengan ‘MAGNIFICAT’ (Latin), atau ‘MULIAKANLAH’ (Indonesia). Ini adalah bentuk ungkapan syukur dan sukacita, terutama karena Allah telah memilih Maria sebagai seorang yang akan mengandung dan melahirkan bayi Yesus. Kidung ini sangat kuat dipengaruhi oleh kidung yang dinyanyikan Hanna, Ibu Samuel, sesudah kelahiran anaknya lewat campur tangan Ilahi (I Sam 2:1-10).   

Pesan/ refleksi Firman Tuhan yang dapat diambil untuk direnungkan bersama :
·         Belajar memiliki ketaatan dan kerendahan hati seperti Maria.
·         Memiliki keteguhan iman dan percaya kepada Allah. Yakin dan mengimani bahwa
karya dan rencana Allah dapat terjadi pada siapapun dan dengan cara apapun.
·         Belajar untuk terus bersyukur dan bersukacita dalam setiap hidup kita. Dalam praktiknya memang tidak mudah, terutama ketika kita menghadapi kesulitan ataupun persoalan hidup yang akhirnya tidak dapat membuat kita mengucap syukur kepada Tuhan. Namun pesan Firman Tuhan adalah: mari kita belajar untuk melakukan itu karena kita meyakini bahwa ada rencana dan karya Allah di dalamnya. Rencana dan karya Allah dapat terjadi dalam berbagai hal dan situasi yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita. Akan tetapi satu hal yang harus tetap diimani adalah Ia akan memberi yang terbaik bagi setiap kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar