Refleksi Malam
Camp Komisi Musik
Sabtu, 10 Juli 2010
Pnt. Gloria Tesalonika
§ Pengantar: Kita telah mengikuti sessi I camp Komisi Musik di gereja, dipimpin oleh Pdt. Danny. Kita sudah mengisi dan merefleksikan perjalanan pelayanan kita beberapa waktu terakhir ini.
§ Tentu ada suka dan duka yang kita jawab. Sukanya? kita bisa terlibat pelayanan dengan rekan-rekan di musik…. Sukanya dapat melayani Tuhan….namun sebaliknya selain suka, ada juga duka yang kita rasakan. Dukanya? membutuhkan waktu… tidak sedikit dari kita yang kehilangan waktu dengan keluarga atau teman-teman… dukanya lagi: ketika kita melayani ternyata ada beberapa omongan tidak menyedapkan telinga kita… dukanya? belum lagi ketika kita merasa letih…
§ Persoalan justru terjadi ketika --> keletihan sering melanda setiap pelayan Tuhan. Pernah merasa letih? Ternyata setiap kita pernah merasa letih. Ada komentar yang muncul demikian: ’ngapain pelayanan, tidak ada penghargaan/apresiasi. Kok malah kritikan yang sering diberikan’; belum lagi anggapan à pelayanan kok tidak habis-habis, saya lagi saya lagi….aduh yang tugas khan si A, kok dia minta ganti ke saya ya? udah beberapa kali lagi à kita membuat perhitungan ’; atau mungkin juga komentar dalam hati (tak terucapkan) seperti: ’dasar tuh si A, emangnya dia doang yang punya ide bagus!’; ’gemes banget sama si B, mau ngatur2’, ngga suka dengan si C, kok gitu ya dia dengan saya? Padahal khan sama-sama melayani…. dll.
§ Semua keluhan yang mungkin pernah kita alami ini adalah bumbu pelayanan yang realistis. Kita temukan bahkan juga dialami dalam kehidupan kita.
§ Namun bila kita ambil waktu untuk instropeksi, jika kemudian ini ditelaah lebih lanjut, semua keluhan tsb sebenarnya hanya berpusat pada satu hal --> yaitu: sikap kerelaan dalam pelayanan. Inilah yang hendak kita renungkan pada malam refleksi ini.
§ Apakah makna kerelaan melayani dalam hidup pelayanan kita? tentu saja kerelaan melayani bukan berarti kita melayani 24 jam di gereja, lupa dengan lingkungan sekitar kita(tidak peduli dengan orang di rumah…pada kesehatan) bukan demikian! Kalau pelayanan di luar baik, maka di keluarga juga haruslah baik. Ada pembagian waktu yang bijaksana di dalamnya.
§ Kerelaan melayani juga tidak serta-merta berarti kita tidak punya standar untuk menata dan melakukan pelayanan yang dipercayakan kepada setiap kita sebagai pemusik, kantoria, PS, pengisi pujian? Asal-asalan saja… yang penting saya sudah rela….itu khan udah bagus…. Kerelaan melayani bukan berarti demikian… bukan berarti à kita menggunakan 50% atau 30% kapasitas /kemampuan kita. Tidak maksimal.
§ Tetapi sesungguhnya makna Kerelaan melayani --> berhubungan erat dengan sikap memberi diri seutuhnya. Atau meminjam istilah yang sinonim dengan itu à Sikap mengabdi àtentu saja Mengabdi kepada Tuhan sebagai Sumber Karunia Pelayanan. Inilah yang utama yang harus ada dalam pola pikir/ paradigma kita. Memberi diri dengah penuh ketulusan dan kerelaan penuh di dalamnya!
§ Kita melakukan segala sesuatu untuk Tuhan. Bukan untuk manusia. Sebuah ayat yang menguatkan hal ini ada dalam Surat Kolose 3:23, yang menyatakan: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu, seperti untuk Tuhan, dan bukan untuk manusia”.
§ Ketika kita melayani mungkin ada di antara kita yang berpikir saya mau melayani Tuhan supaya dilihat orang… supaya kemudian dipandang baik… mau melayani asalkan…a,.b.c.d.e dll… namun Kolose dengan tegas menyatakan ketika kita melakukan sesuatu, lakukan dengan kesungguhan dan ketulusan hati setiap kita… semua dilakukan hanya untuk Tuhan yang memberikan anugerah talenta itu bagi setiap kita.
§ Firman Tuhan ini hendak mengajak kita untuk memeriksa diri kita masing-masing. Khususnya ketika kita merasa keletihan dalam pelayanan. Sungguhkah saya sudah punya sikap yang rela dalam melayani?
§ Kalau kita mulai hitung2an dalam pelayanan; memendam kemarahan; ada rasa malas; memberi ’seadanya’; cari-cari alasan untuk menghindar dari pelayanan; sering menunjuk orang lain ketimbang diri sendiri dan mulai berpikiran negatif terhadap sesama rekan – kita harus segera memeriksa diri di hadapan Tuhan. Karena itu berarti kita diperhadapkan pada motivasi yang lain ketika kita melayani. Kita tidak sungguh-sungguh, tidak dengan rela dan sepenuh hati.
§ Sebagai anak-anak Tuhan, sudah seharusnya dan sebaiknyalah kita memiliki suatu kerelaan dalam melayani Tuhan. Kerelanh adalah karakter seorang pelayan Tuhan yang menyenangkan hati-Nya (hati Tuhan).
§ Ketika kita sungguh2 rela, kita belajar penyangkalan diri. Merendahkan hati. Mengosongkan diri. Sesungguhnya --> setelah itu àada sukacita yang akan mengisi hidup kita. Sukacita sejati yang sumbernya dari Tuhan.
Saya mengakhiri refleksi malam ini dengan 4 hal utama yang penting dalam sebuah kerelaan untuk melayani Tuhan khususnya bagi kita sebagai bagian dari unsur music di gereja kita GKI Perumahan Citra I:
1. Pengurbanan diri. Kita belajar dari Kristus --> Kristus datang ke dunia untuk melayani, bukan untuk dilayani, Dia menginginkan umat-Nya bergerak dengan hati yang melayani. Bersiaplah untuk mengurbankan apa yang ada dalam hidup Anda --tenaga, uang, waktu, kenyamanan, bahkan hidup Anda sendiri-- sebelum Anda melayani orang lain, karena melayani identik dengan pengurbanan.’ 2. Belas kasih yang nyata. Kasih hendaknya menjadi penggerak utama untuk kita melayani sesama, bukan karena program gereja atau karena orang lain. Kasih sejati selalu disertai tindakan nyata/konkret. 3. Kesediaan hati. Kesediaan hati atau kerelaan diperlukan untuk dapat melayani orang lain. Kerelaan hati juga berarti melakukan sesuatu dengan sukarela, tanpa mengharapkan imbalan, atau mencari keuntungan. Kesediaan memberi hendaknya dilakukan dengan apa yang kita punya, bukan dengan apa yang tidak kita punyai. 4. Ketekunan. Hidup melayani orang lain tidak dilakukan dalam masa yang singkat melainkan akan berlangsung sepanjang kehidupan kita. Melayani dengan ketekunan dan kesabaran ibarat aliran air yang menyegarkan tanah yang haus, sedangkan pelayanan tanpa ketekunan ibarat banjir yang menerjang sehingga menyebabkan bencana tanah longsor. Layanilah orang lain dengan penuh kesabaran dan ketekunan sehingga pelayanan kita dapat bermanfaat dan dirasakan orang lain. Ketekunan juga akan membuat kita menjadi pribadi yang tidak pernah berhenti untuk berlatih, mengembangkan diri untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Selamat melayani |