Kamis, 05 Mei 2011

Kisah Lagu Ya Tuhan Tiap Jam-Jan 2011


Ya Tuhan Tiap Jam (KJ 457)

Selamat Tahun Baru 2011! Mungkin itulah hal pertama yang diucapkan ketika saudara membaca Paideia ini. waktu bergulir begitu cepat, sehingga tanpa terasa kita telah memasuki tahun baru dengan pengharapan yang baru pula.
Memasuki tahun baru ini, tentu ada begitu banyak perasaan yang muncul dalam benak dan pikiran kita. ada kegembiraan, namun juga ada kebimbangan dan ketakutan. Ada kesukaan, ada pula ketidaksiapan dalam menjalani hari-hari di tahun yang baru ini. Oleh karenanya sebagai umat Tuhan kita diajak untuk terus mencari Tuhan setiap waktu dalam hidup kita. Paideia kali ini hendak mengisahkan cerita dari lagu Ya Tuhan, Tiap Jam, yang ada dalam KJ 457.
Pengarang Syair Lagu Ya Tuhan Tiap Jam
Syair lagu yang merupakan tumpahan perasaan dan kerinduan ini, dikarang oleh seorang ibu rumah tangga yang bernama Annie Hawks, pada tahun 1872. Siapakah Annie Hawks? Annie Shrewood Hawks dilahirkan di Hoosick, New York pada tahun 1835. Ketika muda, bakat untuk membuat syair lagu sudah nampak. Memasuki usia 14 tahun, Annie sudah secara teratur mengirimkan syair-syairnya ke berbagai surat kabar. Jika ditotal secara keseluruhan, sudah 400 syair lagu yang dibuat oleh Annie. Akan tetapi dari begitu banyak syair tersebut, syair lagu inilah yang paling terkenal hingga sekarang.
Pada tahun 1859, Annie Sherwood menikah dengan Charles Hawks dan mereka dikarunia tiga anak. Mereka tinggal di Brooklyn, New York, dan menjadi anggota gereja Baptis, dimana Dr. Robert Lowry menjadi gembala sidangnya. Menarik karena ternyata pendeta ini adalah seorang musisi yang sangat berbakat, sehingga tatkala berjumpa dengan Annie, ia memperhatikan bakatnya dan terus memberi semangat agar Annie dapat mengarang syair lagu.  
Lalu kapankah syair lagu ini dikarang? Berikut catatan Annie Hawks: “Ketika itu saya berumur 37 tahun, seorang ibu rumah tangga yang masih tergolong muda. Tahun itu tahun 1872. Suatu pagi saya sibuk dengan urusan rumah tangga, tiba-tiba timbul pikiran pada diri saya, betapa indahnya hidup dekat Tuhan, entah itu dalam keadaan bahagia ataupun derita. Dari pikiran tersebut, timbullah kata-kata berikut ini dalam hati saya: “Ya Tuhan, tiap jam, aku memerlukanmu…” Lalu saya membuat syair yang berjumlah empat bait itu.
Annie Hawks kemudian menunjukkan syair empat bait itu kepada Dr. Lowry sang gembala sidang. Dr Lowry sangat senang melihat syair itu, lalu mengarang lagunya dengan menambahkan pula refrain yang enak melodinya, sehingga anak-anak pun menyukainya (selanjutnya Dr. Lowry[1] menjadi pengarang melodi lagu ini).
Tidak lama setelah itu, lagu “Ya Tuhan Tiap Jam”, segera masuk dalam buku nyanyian Sekolah Minggu gereja Baptis di Cincinnati Ohio, lalu dinyanyikan di Pertemuan Sekolah Minggu pada tahun yang sama. Lagu itu kemudian diperkenalkan oleh Ira Sankey dalam pertemuan-pertemuan Moody dan Sankey di Amerika dan Inggris, bahkan lagu ini pun sangat disukai di seluruh dunia.
Enam belas tahun setelah mengarang syair lagu tersebut, Annie Hawks kehilangan suaminya. Mengalami peristiwa kedukaan ini tentu saja bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi melalui peristiwa tersebut, Annie justru mendapat penghiburan dari syair lagu yang dikarangnya. Ia menulis sebagai berikut: “Dulunya, saya kurang mengerti bagaimana kata-kata lagu itu menyentuh dan menghibur hati banyak orang. Tetapi ketika saya sendiri ditimpa dukacita, saya merasakan penghiburan dari lagu itu”.
Kisah lagu ini begitu inspiratif dan menjadi pegangan bagi kita untuk senantiasa menyerahkan perjalanan hidup kita setiap waktu di tahun 2011, hanya kepada Tuhan Sang Empunya waktu tersebut.

Sumber:

“Kisah Kidung”, karya Alfred Simanjuntak.
schaefer-family.com/hymns/need.htm
badgerdown.blogspot.com/.../history-of-songmarch-i-need-thee-every.html
www.readingtoknow.com/.../i-need-thee-every-hour-hymn-for.html  





Pnt. Gloria Tesalonika S.Si (Teol)


[1] Dr. Robert Lowry adalah seorang pendeta gereja Baptis yang sangat berbakat dan dihormati sebagai komponis. Ia lahir pada tahun 1826 di Philadelphia, Amerika. Ia melayani cukup lama di New York dan selama enam tahun ia menjadi profesor di Universitas Bucknell . Ia mengarang cukup banyak lagu, dan diakui sebagai pemusik yang memberi gaya segar dalam music rohani di Amerika. Karyanya yang lain adalah Di Jalanku ‘Ku Diiring (KJ 408) dan “Di Makam yang Gelap” (KJ 195).

Kisah Lagu Paideia Maret-April


"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.,"
(Matius 6:33)

Kisah lagu dalam Buletin Paideia kali ini adalah lagu dari PKJ no. 103 yaitu “Carilah Dulu Kerajaan Allah”, sebuah lagu yang amat indah dan menjadi perenungan berharga bagi kita untuk senantiasa mencari ‘Kerajaan Allah’ serta menghadirkan Syalom Allah dalam kehidupan yang kita jalani, khususnya di tengah panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan. 

Nyanyian dalam PKJ 103 ini adalah sebuah  nyanyian kontemporer yang relatif masih muda umurnya, yaitu diciptakan pada tahun 1948 oleh seorang artis dan musisi yang dilahirkan di Lafferty, Alamorgodo, New Mexico Amerika Serikat, bernama Karen. Karen dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen yang taat. Ia menamatkan studinya dalam bidang pendidikan musik dari Universitas New Mexico pada tahun 1970. Amatlah menarik karena pada awalnya Karen hanyalah seorang penyanyi night club. Namun melalui pengalaman hidupnya, akhirnya dia meninggalkan profesinya dan menyerahkan hidupnya penuh waktu pada pelayanan. Berikut ini adalah kisah terciptanya lagu ”Carilah dulu kerajaan Allah”.

Kurang lebih pada tahun 1971, Karen Lafferty mengalami kesulitan keuangan. Kala itu sewa rumahnya habis, dan ia pun harus membayar cicilan mobilnya. Karen baru saja meninggalkan pekerjaannya yang menjanjikan secara finansial sebagai penyanyi di night club, dan memenuhi panggilannya dalam pelayanan. Karen mengalami pergumulan berat manakala tabungannya sudah habis, sementara tagihannya sudah jatuh tempo. Dia mulai berusaha keras menelepon orang-orang untuk menawarkan diri mengajar gitar secara privat, namun ironisnya saat itu dia tidak menemukannya. Ada yang menarik dari kisah hidup seorang Karen. Di tengah pergumulannya itu, Karen tidak mau kembali menjadi penyanyi night club, ia terus berusaha mencari pekerjaan yang dapat memberinya penghasilan namun tidak menghalanginya untuk terus terlibat dalam pelayanan. Semua usaha sudah dilakukannya namun sepertinya semuanya tertutup bagi Karen.

Malam itu Karen pergi ke sebuah Pemahaman Alkitab yang dipimpin oleh seorang pendeta. Pendeta tersebut membahas bagian Alkitab dari Matius 6. Salah satu ayat yang begitu mengesankannya adalah ketika membaca ayat ke-33 ”Carilah dahulu kerajaan Allah...”. Ketika membaca ayat ini, Karen merasakan bahwa inilah jawaban Tuhan atas permasalahannya. Meskipun tatkala ia pulang sewa rumahnya tetap belum terbayarkan, namun sekarang ia memiliki sukacita dalam hatinya. Karen mulai memetik gitarnya dan menyanyikan Matius 6:33 dan menambahkan descant ”Haleluia” pada lagu itu.

Tak lama berselang, Karen membagikan lagu barunya pada sebuah kebaktian kaum muda di Kapel Calvary. Lagu ini ternyata sangat mudah dipelajari dan diingat sehingga para peserta yang berasal dari berbagai negara terkesan dan membawa lagu ini ke negara asal mereka masing-masing. Sungguh luar biasa, keesokan harinya ketika Karen bangun, sewa rumahnya tetap belum bisa terbayarkan, namun pada hari itu dia menerima sebuah cek yang tidak hanya cukup untuk membayar sewa rumahnya dan cicilan mobilnya, tetapi juga untuk membiayai kursus Alkitab yang telah lama dia ingin ikuti.

Tahun berikutnya Karen merekam lagu sederhananya itu pada sebuah album dari perusahaan rekaman Maranatha yang saat itu baru memulai usahanya. Berjalannya waktu membuat lagu ”Carilah Dahulu Kerajaan Allah” ini menjadi populer di seluruh dunia.


Sepanjang pelayanannya sebagai musisi Kristen, Karen telah mengarang banyak lagu, namun justru lagu yang sangat sederhana ini menjadi lagu yang amat disukai orang Kristen, bahkan hampir di semua denominasi yang ada. ”Lagu ini adalah lagu paling sederhana yang pernah saya ciptakan” ujar Karen, ”sebenarnya setiap orang juga juga dapat menulisnya. Saya bersyukur kepada Allah yang memberikan anugerah sehingga saya dapat menulisnya”. Dalam perjalanannya ada 3 buah album yang dikarang oleh Karen, yaitu: Bird in a Golden Sky (1975), Sweet Communion (1978), dan Life Pages (1980).

Kisah lagu ini begitu inspiratif dan dapat menjadi perenungan bagi setiap kita, untuk terus mencari Dia yang senantiasa memberi kekuatan kepada kita. Tuhan memberkati.





Pnt. Gloria Tesalonika S.Si (Teol)


Sumber:
Hymn Of The Week
Encyclopedia of contemporary Christian Music : pop, rock and music