KHOTBAH KEBAKTIAN Remaja GKI Sumbawa II
30 Januari 2011
“Bersukacitalah Senantiasa”
§ DOA PELAYANAN FIRMAN
§ PEMBACAAN ALKITAB à Filipi 1:12-26 (berbalasan)
-Khotbah-
Siapakah di antara kita yang ketika bangun tadi pagi tidak bersukacita? -à discuss à harapan jawaban à semua bersukacita!
Awal : diskusi dengan teman di samping (2 menit) untuk membahas apakah yang membuat kita bersukacita. à share moment
Tidak dapat dipungkiri, kecenderungan manusia (include: kita semua) akan bersukacita ketika dalam studi * pekerjaannya* keluarganya… menemukan hal baik, yang mengenakkan/memuaskan.. setuju ya? Sukacita ketika kehidupan kel baik-baik.. orangtua adem-ayem saja.. pelajaran di sekolah aman-aman… yah nilainya tinta hitam semua (meskipun di raport nilainya 5à tapi tetap tintanya hitam).
Kita juga bersukacita ketika segala harapan dan keinginan kita tercapai… ingin dapat barang yang kita harapkan… lagi pengen HP yang bisa foto..nanti naik bisa fotokopy… bisa rekam.. seperti artis2.. dll… ingin dapat teman/pendamping yang baik dan care dengan kita.. sukacita juga kerapkali dikaitkan dengan suasana ulangtahun… pemberian hadiah… kelulusan… dlsb.
Kita memang akan bersukacita ketika memperoleh yang baik… yang mengenakkan… yang nyaman… (berada di zona nyaman pasti happy bukan?) Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah: apakah sukacita hanya terbatas pada hal-hal demikian?
Apakah dalam keadaan sulit…. Bergumul… punya masalah/persoalan… kita dapat bersukacita? Tentu dengan tegas kita mengatakan TIDAK! Tidak mudah bagi kita bersukacita ketika apa yang kita inginkan dan harapkan terjadi justru malah tidak terjadi pada kenyataannya… kita sulit bersukacita ketika kita sakit… menderita… kesulitan ekonomi dlsb… sulit bukan untuk bersukacita kala demikian ? AMAT SULIT… yang terjadi ketika kita menghadapi keadaan demikian adalah kita bersungut-sungut ataupun juga mengeluh.
Kalau begitu mengapa tema kita mengatakan bersukacitalah senantiasa? Kita akan melihatnya melalui FIrman Tuhan yang kita baca hari ini, yang secara khusus mengajak kita belajar dari sosok seorang Rasul yaitu Paulus yang dapat bersukacita kendati ia tengah berada di dalam persoalan dan pergumulan yang sulit dalam hidupnya. Dan kita akan belajar dari Surat Filipi yang menjadi bacaan kita hari ini.
Belajar dari Alkitab:
Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi ini dapat dikatakan sebagai surat sukacita. Dari mana kita tahu hal ini? sederhana, dari adanya pengulangan kata ‘sukacita’ yang muncul dalam teks. Bahkan menarik…dalam 1 ayat kata sukacita itu bisa muncul hingga 2-3 x.
Namun, kendati surat itu disebut surat sukacita, ternyata dari sudut pandang umum, apa yang dialami oleh Paulus, sesungguhnya amat bertentangan dengan keadaan sukacita tersebut!
Ketika menulis surat ini, sebenarnya Paulus sedang berada di penjara (1:13). Mengapa Paulus dipenjara? Karena penduduk Filipi menentang pekabaran Injil yang dilakukan oleh paulus dan rekannya bernama Silas. Dalam Kisah Para Rasul 16 tertulis jelas bagaimana Paulus kerapkali ditentang… didera… dan yang paling menyesakkan Paulus harus dimasukkan ke penjara.
Bagaimana kondisi penjara kala itu?
- Terletak di bawah tanah
- Dindingnya terbuat dari batu kasar
- Ruang penjara itu lembap dan selalu gelap karena udaranya tertutup
- Bayangkan penderitaan Paulus: tubuhnya penuh luka… ia duduk di lantai batu yang kasar, dan basah.
- Bahkan kalau dilihat penggambarannya dalam Kisah Para Rasul Paulus juga dipasung…
- Sungguh merupakan penggambaran yang begitu menyedihkan
Tentunya ini beda dengan penjara tokoh yang bernama Artalytha (seorang yang melakukan suap terhadap jaksa Urip Tri Gunawam) à ruang penjaranya seperti hotel ada AC, televise, kulkas… dll .. pokoknya luar biasa mewah…
Tergambar ada perbandingan yang tampak di sini… sehingga jika kita berada dalam situasi Paulus tentu kita akan sulit bersukacita, dipenjara…menderita… gundah gulana…bahkan hingga cemas… karena persoalannya tidak hanya karena ia dipenjara namun karena kala itu ada pula orang yang memanfaatkan situasi keterpenjaraan Paulus dengan memberitakan Injil dalam berbagai maksud yang kurang tepat…. Namun di tengah situasi yang sulit seperti itu ternyata sungguh menarik… luar biasa… karena Paulus dikatakan tetap bisa bersukacita (ayat 18).
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa demikian? ada beberapa rahasia yang menjadi sumber bagi Paulus untuk selalu bersukacita :
- Keyakinan dalam dirinya bahwa apapun yang dialaminya tidak akan memisahkan dirinya dari keselamatan yang akan diterimanya (ayat 19). Pemahaman ini muncul lahir dari buah imannya kepada Tuhan. Paulus yakin bahwa ada Tuhan yang senantiasa bersama dengannya. Fil 4:4 mengatakan “Bersukacitalah senantiasa --- di dalam Tuhan” à itu kuncinya! En kurio “di dalam Tuhan” à itulah iman Paulus.
Berbicara tentang hidup beriman bukanlah perkara yang mudah. Setuju? Apa arti beriman? –diskusi- beriman sesungguhnya tidak hanya percaya, namun mempercayakan diri. Apa beda percaya dan mempercayakan diri? –diskusi-
Mempercayakan diri = bergantung penuh kepada Tuhan dalam segala situasi à ingat : segala situasi à tidak hanya yang uenak-uenak saja… yang baik dari sudut pandang kita! inilah yang diteladankan Paulus kepada setiap kita saat ini. belajar memandang peristiwa yang kita hadapi dari kacamata iman kita kepada Tuhan.
- Adanya keyakinan diri itulah yang melahirkan pengharapan yang disediakan Tuhan kepadanya dan itu menjadi kekuatan tersendiri baginya.
- Paulus Optimis! Apa arti optimis? –diskusi- à optimis = dari kata optimum, artinya paling baik, yang baik. Sikap hidup optimis akan membuat seseorang memandang suatu peristiwa secara positif: kecelakaan dianggap sebagai peringatan, dan bukan malapetaka; kegagalan dianggap sebagai keberhasilan yang tertunda; orang yang optimis akan tampak ceria dan bersemangat… walau masa kini didera banyak masalah, namun mereka tetap yakin masa depan penuh harapan.
Kemampuan melihat hal positif dalam kehidupan yang dijalani baik ketika Paulus mengalami persoalan / pergumulan yang tidak mudah dalam dirinya, namun juga tatkala hendak melihat jalan hidup ke depan yang menantinya.. Ia selalu optimis. Melihat dari kacamata positif.
Itulah resep-resep Paulus menjalani segala sesuatu dengan sukacita. Berawal dari : Diri sendiri à pengharapan à optimis memandang hidup.
Aplikasi:
Kalau –apa yang Paulus alami ini kita renungkan bersama, maka ini menjadi proses pembelajaran berharga bagi kita. apakah dalam hidup kita, kita bisa belajar bersukacita dalam segala hal/segala keadaan? Tidak hanya ketika mendapat yang baik… yang enak…. Namun juga tatkala diperhadapkan pada masalah kita khususnya di tengah kemudaan kita?
Berkaca pada FT hari ini, maka kita belajar bahwa sukacita bukanlah berarti bahwa kita bebas dari persoalan dan masalah kita. sukacita juga bukan hanya ketika semua yang kita harapkan terpenuhi, sukacita juga bukan sekadar perasaan hati. Namun kita bersukacita karena kita ada bersama dengan Tuhan kita Yesus Kristus (en kurio) yang senantiasa memberi kekuatan kepada kita.
Oleh karenanya marilah bersukacita senantiasa DI DALAM TUHAN.
Tuhan Yesus Memberkati kita semua. Amin