Rabu, 09 Februari 2011

KHOTBAH KEBAKTIAN Remaja GKI Sumbawa II
30 Januari 2011
Bersukacitalah Senantiasa

§  DOA PELAYANAN FIRMAN
§  PEMBACAAN ALKITAB à Filipi 1:12-26 (berbalasan)                                                                 
 

-Khotbah-

Siapakah di antara kita yang ketika bangun tadi pagi tidak bersukacita? -à discuss à harapan jawaban à semua bersukacita!

Awal : diskusi dengan teman di samping (2 menit) untuk membahas apakah yang membuat kita bersukacita. à share moment

Tidak dapat dipungkiri, kecenderungan manusia (include: kita semua) akan bersukacita ketika dalam studi * pekerjaannya* keluarganya… menemukan hal baik, yang mengenakkan/memuaskan.. setuju ya? Sukacita ketika kehidupan kel baik-baik.. orangtua adem-ayem saja.. pelajaran di sekolah aman-aman… yah nilainya tinta hitam semua (meskipun di raport nilainya 5à tapi tetap tintanya hitam).

Kita juga bersukacita ketika segala harapan dan keinginan kita tercapai… ingin dapat barang yang kita harapkan… lagi pengen HP yang bisa foto..nanti naik bisa fotokopy… bisa rekam.. seperti artis2.. dll… ingin dapat teman/pendamping yang baik dan care dengan kita.. sukacita juga kerapkali dikaitkan dengan suasana ulangtahun… pemberian hadiah… kelulusan… dlsb.

Kita memang akan bersukacita ketika memperoleh yang baik… yang mengenakkan… yang nyaman… (berada di zona nyaman pasti happy bukan?) Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah: apakah sukacita hanya terbatas pada hal-hal demikian?

Apakah dalam keadaan sulit…. Bergumul… punya masalah/persoalan… kita dapat bersukacita? Tentu dengan tegas kita mengatakan TIDAK! Tidak mudah bagi kita bersukacita ketika apa yang kita inginkan dan harapkan terjadi justru malah tidak terjadi pada kenyataannya… kita sulit bersukacita ketika kita sakit… menderita… kesulitan ekonomi dlsb… sulit bukan untuk bersukacita kala demikian ? AMAT SULIT… yang terjadi ketika kita menghadapi keadaan demikian adalah kita bersungut-sungut ataupun juga mengeluh.

Kalau begitu mengapa tema kita mengatakan bersukacitalah senantiasa? Kita akan melihatnya melalui FIrman Tuhan yang kita baca hari ini, yang secara khusus mengajak kita belajar dari sosok seorang Rasul yaitu Paulus yang dapat bersukacita kendati ia tengah berada di dalam persoalan dan pergumulan yang sulit dalam hidupnya. Dan kita akan belajar dari Surat Filipi yang menjadi bacaan kita hari ini.


Belajar dari Alkitab:
Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi ini dapat dikatakan sebagai surat sukacita. Dari mana kita tahu hal ini? sederhana, dari adanya pengulangan kata ‘sukacita’ yang muncul dalam teks. Bahkan menarik…dalam 1 ayat kata sukacita itu bisa muncul hingga 2-3 x.

Namun, kendati surat itu disebut surat sukacita, ternyata dari sudut pandang umum, apa yang dialami oleh Paulus, sesungguhnya amat bertentangan dengan keadaan sukacita tersebut!

Ketika menulis surat ini, sebenarnya Paulus sedang berada di penjara (1:13).  Mengapa Paulus dipenjara? Karena penduduk Filipi menentang pekabaran Injil yang dilakukan oleh paulus dan rekannya bernama Silas. Dalam Kisah Para Rasul 16 tertulis jelas bagaimana Paulus kerapkali ditentang… didera… dan yang paling menyesakkan Paulus harus dimasukkan ke penjara.

Bagaimana kondisi penjara kala itu?
-          Terletak di bawah tanah
-          Dindingnya terbuat dari batu kasar
-          Ruang penjara itu lembap dan selalu gelap karena udaranya tertutup
-          Bayangkan penderitaan Paulus: tubuhnya penuh luka… ia duduk di lantai batu yang kasar, dan basah.
-          Bahkan kalau dilihat penggambarannya dalam Kisah Para Rasul Paulus juga dipasung…
-          Sungguh merupakan penggambaran yang begitu menyedihkan
Tentunya ini beda dengan penjara tokoh yang bernama Artalytha (seorang yang melakukan suap terhadap jaksa Urip Tri Gunawam) à ruang penjaranya seperti hotel ada AC, televise, kulkas… dll .. pokoknya luar biasa mewah…

Tergambar ada perbandingan yang tampak di sini… sehingga jika kita berada dalam situasi Paulus tentu kita akan sulit bersukacita, dipenjara…menderita… gundah gulana…bahkan hingga cemas… karena persoalannya tidak hanya karena ia dipenjara namun karena kala itu ada pula orang yang memanfaatkan situasi keterpenjaraan Paulus dengan memberitakan Injil dalam berbagai maksud yang kurang tepat…. Namun di tengah situasi yang sulit seperti itu ternyata sungguh menarik… luar biasa… karena Paulus dikatakan tetap bisa bersukacita (ayat 18).  

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa demikian? ada beberapa rahasia yang menjadi sumber bagi Paulus untuk selalu bersukacita :
-           Keyakinan dalam dirinya bahwa apapun yang dialaminya tidak akan memisahkan dirinya dari keselamatan yang akan diterimanya (ayat 19). Pemahaman ini muncul lahir dari buah imannya kepada Tuhan.  Paulus yakin bahwa ada Tuhan yang senantiasa bersama dengannya. Fil 4:4 mengatakan “Bersukacitalah senantiasa --- di dalam Tuhan” à itu kuncinya! En kurio “di dalam Tuhan” à itulah iman Paulus.

Berbicara tentang hidup beriman bukanlah perkara yang mudah. Setuju? Apa arti beriman? –diskusi- beriman sesungguhnya tidak hanya percaya, namun mempercayakan diri. Apa beda percaya dan mempercayakan diri? –diskusi-

Mempercayakan diri = bergantung penuh kepada Tuhan dalam segala situasi à ingat : segala situasi à tidak hanya yang uenak-uenak saja… yang baik dari sudut pandang kita! inilah yang diteladankan Paulus kepada setiap kita saat ini. belajar memandang peristiwa yang kita hadapi dari kacamata iman kita kepada Tuhan.

-          Adanya keyakinan diri itulah yang melahirkan pengharapan yang disediakan Tuhan kepadanya dan itu menjadi kekuatan tersendiri baginya.

-          Paulus Optimis! Apa arti optimis? –diskusi- à optimis = dari kata optimum, artinya paling baik, yang baik. Sikap hidup optimis akan membuat seseorang memandang suatu peristiwa secara positif: kecelakaan dianggap sebagai peringatan, dan bukan malapetaka; kegagalan dianggap sebagai keberhasilan yang tertunda; orang yang optimis akan tampak ceria dan bersemangat… walau masa kini didera banyak masalah, namun mereka tetap yakin  masa depan penuh harapan.

Kemampuan melihat hal positif dalam kehidupan yang dijalani baik ketika Paulus mengalami persoalan / pergumulan yang tidak mudah dalam dirinya, namun juga tatkala hendak melihat jalan hidup ke depan yang menantinya.. Ia selalu optimis. Melihat dari kacamata positif.  
Itulah resep-resep Paulus menjalani segala sesuatu dengan sukacita. Berawal dari : Diri sendiri à pengharapan à optimis memandang hidup.

Aplikasi:
Kalau –apa yang Paulus alami ini kita renungkan bersama, maka ini menjadi proses pembelajaran berharga bagi kita. apakah dalam hidup kita, kita bisa belajar bersukacita dalam segala hal/segala keadaan? Tidak hanya ketika mendapat yang baik… yang enak…. Namun juga tatkala diperhadapkan pada masalah kita khususnya di tengah kemudaan kita?

Berkaca pada FT hari ini, maka kita belajar bahwa sukacita bukanlah berarti bahwa kita bebas dari persoalan dan masalah kita. sukacita juga bukan hanya ketika semua yang kita harapkan terpenuhi, sukacita juga bukan sekadar perasaan hati. Namun kita bersukacita karena kita ada bersama dengan Tuhan kita Yesus Kristus (en kurio) yang senantiasa memberi kekuatan kepada kita.

Oleh karenanya marilah bersukacita senantiasa DI DALAM TUHAN.

Tuhan Yesus Memberkati kita semua. Amin
KHOTBAH KEBAKTIAN MINGGU POS JEMAAT CURUG
12 Desember 2010
Sabar dalam Menantikan Syalom yang Sesungguhnya

§  DOA PELAYANAN FIRMAN
§  PEMBACAAN ALKITAB                                                                             
a.       Bacaan Pertama              : Yesaya 35:1-10
b.      Antar Bacaan                    : Mazmur 146:5-10
c.       Bacaan Kedua                   : Yakobus 5:7-10
d.      Injil        (gloria)
PF         :   Bacaan ketiga diambil dari Injil Tuhan Yesus Kristus menurut Matius 11:2-11. Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya. MARANATHA
 

-Khotbah-

Tidak dapat dipungkiri negeri di mana kita tinggal saat ini tidak dapat dilepaskan dari masalah. Betul? Tanggal 8 desember yang lalu saya iseng melihat berita online ingin mengetahui apa yang terjadi dalam berita pada hari itu. Tidak diduga, ternyata isinya begitu merisaukan kita sebagai masyarakat.

Ada berita mengenai dugaan Korupsi Obat di RS Duren Sawit, Dugaan Penyimpangan Dalam Pengelolaan Tabungan Haji, ada pula berita tentang Gayus yang tidak pernah berhenti, belum lagi kriminalitas yang terjadi di beberapa daerah. Salah satunya adalah berita tentang seorang Pelajar Luka Bacok Saat Tawuran di Depan LP Cipinang. Persoalan lain adalah masalah kondisi alam di Negara kita. dilaporkan oleh detik dot com tersebut bahwa akses Magelang-Yogya Tertutup Lahar Dingin Setinggi 1 Meter kendati saat ini menurut berita semua jalan sudah dibuka kembali-ini berita terakhir.

Tentu masih banyak berita lain yang muncul. Itu hanya segelintir saja… namun dari yang segelintir itu kita dapat melihat bagaimana pergumulan dan situasi yang terjadi di Negara kita tercinta ini.
Pertanyaannya apakah kondisi demikian yang diharapkan terjadi? tentu saja dengan tegas kita harus mengatakan TIDAK! sebaliknya…situasi yang kita harapkan adalah situasi yang damai. Tidak ada persoalan. Adem ayem saja seperti jalan tol cipularang. Mulus-mulus. Bukan begitu?

Keadaan yang demikianlah yang kemudian tema kita tuliskan sebagai sebuah syalom. Pertanyaannya adalah apa arti Syalom? Bacaan Firman Tuhan kita hari ini melalui perikop Yesaya 35:1-10 mengungkapkan bahwa syalom yang dimaksud adalah :

1.       Gambaran mengenai sebuah kondisi yang di dalamnya situasi lingkungan berada dalam keadaan baik.
2.       Syalom adalah sebuah keadaan dimana yang lemah dikuatkan, dan yang tawar hati akan mendapat penghiburan dan pengharapan. Syalom adalah sebuah keadaan yang di dalamnya tidak ada penderitaan.. kesusahan, tidak ada sakit penyakit dan kematian. Ayat ke-5 dan 6 bahkan menyatakan bahwa syalom juga berarti keadaan yang di dalamnya ada kondisi kesempurnaan, pemulihan dan pengampunan dosa dari Allah. Ini terkhusus ditujukan kepada mereka yang dituliskan adalah orang-orang buta, bisu, tuli, lumpuh, dan cacat lainnya.
3.       Terakhir syalom yang dimaksud juga adalah sebuah gambaran jalan pembebasan yang dikerjakan oleh Allah bagi manusia, yang kemudian seperti telah dinubuatkan Yesaya, sosok itu tampak dalam diri Yesus Kristus, Sang Penebus umat manusia.

Menarik, bahwa apa yang diungkapkan oleh bacaan I kita ternyata berpadanan dengan Injil Matius (Injil hari ini).  Matius 11 khususnya ayat 4-6 menjelaskan perihal sosok Mesias yang ada dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Konsep Mesias yang bagaimana yang tampak di sini? Mesias yang digambarkan menurut Injil Matius adalah Mesias yang membawa pembebasan dan memberitakan kabar baik. Orang buta dicelikkan, orang lumpuh dapat berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli mendengar, juga orang mati dibangkitkan, semuanya itu merupakan bukti yang menjelaskan kemesiasan Yesus.

Kehadiran Yesus di tengah dunia inilah yang merupakan bayang-bayang shalom yang sesungguhnya. Syalom yang sejati dan kekal baru akan datang kemudian yaitu pada saat kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya. 
Minggu ini kita telah memasuki Minggu Adven III.  Seperti namanya ‘adventus’, saat ini kita masih berada dalam masa penantian akan kedatangan Kristus dalam hidup kita. Kedatangan-Nya bukanlah sebuah ketidakpastian, namun justru kita meyakini bahwa kedatangan-Nya adalah kepastian. Kristus yang adalah Mesias itu pasti datang kedua kali sebagai Hakim yang mengadili setiap kita manusia.

Aplikasi:

Karena kita telah meyakini Kristus sebagai Mesias dalam hidup kita, maka penting bagi kita untuk memiliki sikap yang tepat di dalam masa penantian tersebut. Sikap yang bagaimana yang mestinya kita lakukan? Kita dapat belajar dari Bacaan II kita hari ini yaitu Surat Yakobus, yang dengan tegas berbicara mengenai sikap SABAR.

Pertanyaannya adalah “sabar” yang bagaimana yang dimaksud? Penulis Surat Yakobus dalam Yakobus 5:7-10 menyatakan bahwa sabar yang dimaksud seperti diungkapkan dalam bahasa aslinya yaitu “makrothameo”, yang berarti tetap memiliki semangat yang panjang. Makrothameo akan memampukan setiap orang percaya untuk tetap setia dan tekun dalam menantikan kedatangan Tuhan. 

Perumpamaan yang digunakan oleh Yakobus adalah perumpamaan tentang hidup seorang petani. Apa yang dilakukan oleh petani ketika panen tiba? Dituliskan dengan jelas bahwa Ia akan sabar menunggu dan penuh ketekunan dalam menanti waktu panen tiba.

Belajar dari petani:
v  Mereka mengawali dengan bangun pagi setiap hari.
v  Pergi ke sawah menanam benih,
v  ketika benih itu mulai tumbuh, ia menyiangi rumput yang tumbuh bersama benih, sebab kalau rumput itu dibiarkan hidup akan menggangu pertumbuhan tanaman padi.
v  Ketika tananam padi itu sudah saatnya diberi pupuk, mereka memberi pupuk dan bekerja keras kembali tanpa mengenal lelah.
v  Siang dan malam menjaga tanaman padi. Tidak mengeluh manakala terik matahari menyengat kulit atau saat hujan mengguyur tubuh mereka.
v  Kesabaran merekapun terus diuji manakala mereka harus berhadapan dengan hama wereng yang menyerang tananam padi. Itu yang dilakukan petani untuk mendapatkan hasil panennya  

Kalau melihat gambaran seorang petani ini, maka kita dapat tiba pada sebuah pemahaman bahwa sabar menunggu dan penuh ketekunan (seperti tertulis dalam Yakobus) kita artikan sebagai sebuah sikap yang tidak hanya pasif semata, namun justru sebaliknya kita bersikap aktif!

Jika petani itu dikatakan sabar menunggu dan memiliki ketekunan, ini sesungguhnya berarti bahwa:
 1) petani itu mempunyai pengharapan bahwa akan diperoleh hasil yang terbaik dari apa yang dilakukannya dan
2) petani itu pun tidak hanya berpangku tangan saja dalam menanti, namun ia juga tetap bekerja dengan keras dan giat.

Atau secara singkat dapat disimpulkan bahwa berkaca dari ilustrasi “petani” tersebut, kita diajak tidak hanya berserah tanpa usaha sama sekali/hanya mengharapkan hasil tanpa pernah bekerja keras untuk mendapatkannya. Yakobus tidak bermaksud membuat umat Kristen menanti saja dengan pasrah waktu kedatangan Tuhan (parousia) yang memang tidak diketahui waktunya secara pasti. Namun setiap kita harus siap sedia, melakukan sesuatu dalam masa penantian tersebut. Inilah sesungguhnya hakekat Adven yang tengah kita jalani saat ini. 

Sikap yang seyogyanya juga diterapkan dalam masa penantian ini adalah seperti diuraikan oleh penulis Surat Yakobus:
1.       Keteguhan hati (ayat ke-8) : ini merupakan penegasan ulang tentang sikap sabar. Apa arti keteguhan hati? Keteguhan hati berarti kita tetap tegar tatkala menghadapai penderitaan, tanpa kehilangan prinsip iman yang harus diperjuangkan. (ilustrasi Joseph Scruven)

Pada awalnya hidup terasa begitu sempurna: keluarga berada, lulus universitas, tunangannya cantik dan mereka mau menikah. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan. Dia bergumul dengan keluarganya, dan yang paling menghancurkan perasaan Joseph pada waktu itu adalah tunangannya meninggal karena sebuah kecelakaan tepat satu hari sebelum mereka menikah.

Dua tahun dia berjuang untuk memulihkan diri, bangkit dari rasa duka itu. Joseph pun memutuskan untuk pergi merantau. Hidupnya kembali bersemangat ketika di perantauannya, Joseph bertemu dengan seorang gadis dan mereka bertunangan. Tapi, sekali lagi maut merebut sukacita dalam diri Joseph, tunangannya -sekali lagi- meninggal dunia karena sakit keras, tepat beberapa hari sebelum mereka menikah.

Sekali lagi dia jatuh terhantam dengan kesedihan mendalam. Dan karena rasa sedihnya itu dia mulai menyendiri. Kesedihan yang tidak terobati. Kedukaan yang tidak terhiburkan. Itu akan semakin merenggut sukacita yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita.

Ratapan 3:18-20
"Sangkaku hilang lenyaplah kemasyuranku dan harapanku kepada Tuhan. Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu. Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku."

Perasaan-perasaan bahwa Tuhan tidak peduli,
Perasaan-perasaan bahwa aku yang paling bersalah untuk kejadian itu
Itulah yang menjadi jangkar bagi kapal kehidupan kita sekarang,
yang membuat kapal kita tak bisa lepas dari rasa duka dan sedih dan tekanan di jiwa. Joseph bergumul akan hal itu, dia tarik ulur terus dengan jangkar kesedihan hatinya.

Hingga satu hari dia mendengar ibunya di kampung halaman sakit keras dan dia tidak bisa datang menjenguk ibunya. Joseph kemudian menuliskan sebuah syair dan mengirimkan syair itu untuk menghibur ibunya. Syair lagu itu kita temukan dalam Kidung Jemaat 453 “Yesus Kawan Yang Sejati”. Apa yang terjadi dalam diri Joseph pada waktu itu? Dia berjuang untuk beralih dari suasana kesedihan hatinya menuju sesuatu yang dapat menenangkan dan mengangkat beban kehidupannya.

Dan Joseph menemukan kedamaian itu dalam diri Dia, sosok Yesus yang selalu menjadi kawan baginya…  imannya tidak goyah, dan itulah sesungguhnya prinsip tegar tatkala menghadapi penderitaan.
Inilah Keteguhan hati. Dgn keteguhan hati ada sebuah keyakinan yang kokoh, shg tidak mengalami kebimbangan dlm menanti kedatangan Kristus. 

2.       Tidak bersungut-sungut (ayat ke-9) : dalam masa penantian, sikap ini juga merupakan sikap yang sangat penting terutama untuk bisa memelihara persekutuan jemaat. Jangan bersungut-sungut! Ini pula yang mestinya kita lakukan. Kendati ironisnya dalam hidup kita mungkin bersungut-sungut atas penderitaan, persoalan hidup inilah yang kita lakukan… namun melalui bacaan FIrman Tuhan kita diingatkan untuk tidak bersungut-sungut.

Sikap ini kemudian dilanjutkan dengan tidak saling mempersalahkan. Orang-orang yang tidak sabar dan tidak memiliki keteguhan hati, umumnya akan bersungut-sungut dan kemudian saling mempersalahkan satu sama lain. Istilah asli saling mempersalahkan adalah “katakrino” juga berarti saling menghakimi. Apakah kita pernah atau mungkin saat ini sedang berada dalam situasi demikian? hanya diri kita yang mengetahuinya. Sikap demikian sesungguhnya juga patut kita hindari. Jangan saling menghakimi di antara kita karena itu tidak dikehendaki oleh Tuhan.

3.       Mengikuti teladan para nabi (ayat ke-10) : sikap ini juga merupakan anjuran yang ditujukan kepada jemaat masa Yakobus. Mengikuti teladan para nabi adalah sikap holistik yang mengandaikan bahwa pembaca Yakobus memahami cara hidup para nabi dalam urusan yang jasmaniah maupun rohaniah. Hal-hal yang positif yang menjadi teladan para nabi inilah, mestinya menjadi sikap yang dilakukan dalam masa penantian akan kedatangan Kristus di dalam kehidupan kita.  

Umat Tuhan, inilah sikap-sikap yang dapat kita renungkan dalam Minggu Adven III ini. Sikap yang pertama ditekankan adalah sabar (seperti tema kita). Mengapa? karena melalui sikap sabar, sesungguhnya akan timbul keteguhan hati, tidak bersungut-sungut, dan tidak saling mempersalahkan satu dengan yang lain.  Pertanyaannya adalah apakah kita mampu bersikap sabar dalam masa penantian ini? Hanya diri kita pribadi yang mampu menjawabnya. Selamat menyongsong kehadiran Kristus dalam masa Adven ini. Tuhan Memberkati kita semua. AMIN.
KHOTBAH KEBAKTIAN MINGGU PORIS
16 Januari 2011
Dipanggil, Dibentuk dan Diutus
Tujuan: Anggota Jemaat menanggapi panggilan Tuhan dengan kesediaan untuk dibentuk dan diutus menjadi alat Tuhan bagi pemulihan umat-Nya

§  DOA PELAYANAN FIRMAN
§  PEMBACAAN ALKITAB                                                                             
a.       Bacaan Pertama              : Yesaya 49:1-7
b.      Antar Bacaan                    : Mazmur 40:1-11
c.       Bacaan Kedua                   : I Korintus 1:1-9
d.      Injil        (gloria)
PF         :   Bacaan ketiga diambil dari Injil Tuhan Yesus Kristus menurut Yohanes 1:29-42. Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya. HALELUYA
 

-Khotbah-

§  Di awal khotbah ini saya hendak bertanya : Adakah di antara kita yang mengetahui bagaimana logo GKI?
§  Pertanyaan selanjutnya: kira-kira apa maknanya? –diskusi-
§  GT à Menunjukkan gambar!
§  Logo GKI : seperti diuraikan TAGER dan TALAK hlm. 54-55 , punya makna:
1.       Perahu = melambangkan gereja Tuhan yang bergerak maju memenuhi tugas panggilannya di dunia, dan pengakuan GKI sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari gereja-gereja Tuhan untuk mewujudkan Gereja yang Esa di Indonesia dan dunia
2.       Salib = melambangkan kasih dan pengurbanan YK yang menentukan jalan hidup GKI
3.       Gelombang = melambangkan dunia yang penuh tantangan dan peluang ke mana GKI diutus
4.       Alfa dan Omega = melambangkan Tuhan Allah yang kekal, yang berkuasa menetapkan dan menyertai seluruh perjalanan GKI.

§  Mungkin saudara/I bertanya à Mengapa saya menanyakan hal ini di awal khotbah hari ini? Alasannya sangat sederhana, ketika merenungkan setiap makna dari gambar yang ada dalam logo GKI ternyata logo itu hendak berbicara tentang apa yang tema kita tuliskan dengan 3D à dipanggil, dibentuk dan diutus. Bukan 3 D untuk mengetahui uang asli/palsu ya : Dilihat, Diraba dan Diterawang J

§  Makna logo GKI dengan jelas mengungkapkan bahwa sebagai gereja yang adalah persekutuan orang percaya (karena ini adalah pemahaman ekklesia) itu, kita semua dipanggil dan diutus oleh Allah.. untuk apa? Untuk mengerjakan misi Allah yaitu karya penyelamatan dunia … kita diutus untuk menjadi alat Tuhan dalam pemulihan umat-Nya.


§  Misi gereja tersebut tentu saja dilaksanakan oleh gereja, baik dengan mewujudkan persekutuan dengan Allah dan dengan sesama secara terus-menerus berdasarkan kasih, maupun dalam bentuk kesaksian dan pelayanan. Menyatakan kepedulian dan kasih kepada dunia yang ada di sekitar kita. Itulah bentuk konkret pelaksanaan misi Allah melalui kita sebagai umat-Nya.   

§  Kendati (kalau memperhatikan logo GKI) dalam perjalanan pelayanan dan kehidupan kita ternyata didapati ada gelombang dalam artian selain ada peluang ada pula tantangan yang tidak mudah yang harus dilalui (tantangan yang kita alami dalam hidup pelayanan kita? –diskusi- banyak, misalnya apa? Saya mengajak kita melihat isi syair lagu dalam NKB 111 : ketakutan, kegelisahan, ketidaksiapan, ketidaksediaan, perasaan tidak mampu, ego/kepentingan diri bahkan hingga manusia suka mengeluh, mengkritik : tantangan yang muncul secara internal atau kemudian meluas menjadi eksternal dan persoalan lainnya), namun tugas perutusan itu tidak lantas berhenti begitu saja, gelombang itu tidak menyurutkan kita. Sebaliknya, tugas panggilan dan perutusan itu tetap harus diupayakan bersama oleh kita sebagai umat Tuhan yang telah dipilih dan dipanggil-Nya.

What’s the bible tell to us?
§  Berbicara tentang tugas panggilan dan perutusan, ternyata hal ini ditujukan pula pada beberapa tokoh yang ada dalam bacaan leksionari kita hari ini:
1.     Sosok Hamba Tuhan. Hamba Tuhan dalam kitab Yesaya telah dipilih dan dibekali Allah sejak lahirnya (dipanggil sejak dalam kandungan; menampakkan pola pemanggilan yang sama dengan Yeremia dalam Yer 1:5). Memang jika kita memperhatikan ada sebuah pola pemanggilan yang berulang terjadi bagi pemanggilan para nabi kala itu, dimulai sejak pemangilan Musa (ada dalam Kitab Keluaran).

Dengan pola ini, hendak dinyatakan bahwa hamba Tuhan telah dipilih, oleh Tuhan, dan pemanggilannya dapat dikatakan menarik mengapa? karena ia dipilih menjadi bagian dari rencana besar Tuhan untuk membebaskan umat-Nya, dan kedua yang menarik à pemanggilannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa (ayat ke-6). Itulah panggilan pertama dari bacaan I.

2.     Paulus,
Bacaan kedua menguraikan jelas tentang Paulus yang dipilih menjadi Rasul oleh Allah. Pemanggilan terhadap dirinya boleh dikatakan unik. Mengapa? karena Paulus seperti kita ketahui sebelumnya adalah seorang penganiaya jemaat.

Namun…memang cara Allah tidak terselami oleh manusia, sehingga orang seperti Paulus yang dipandang negatif kala itu, yang disebut sebagai penganiaya orang-orang Kristen, justru dipilih, dibentuk oleh Allah (dibentuk melalui pengalaman spiritualitas berjumpa dengan Tuhan dalam perjalanan menuju Damsyik), bahkan akhirnya diutus untuk menyampaikan pengajaran dan nasihat kepada jemaat Korintus. 

Menarik, karena jika melihat perikop ini secara saksama, di dalamnya kita menemukan satu kata yang mengalami pengulangan 3X, yaitu kata “dipanggil dan memanggil”, yang ada pada ayat 1,2, 9 (mari kita perhatikan bersama). 

Dengan demikian, perikop ini memberi penegasan tentang maksud awal penulisan surat ini, yaitu bahwa baik Paulus, juga pada akhirnya jemaat Korintus mendapat panggilan yang sama, yaitu untuk menjadi umat yang kudus dan hidup dalam persekutuan dengan Kristus.

3.     Dua murid pertama Tuhan Yesus.
Bacaan III, Injil Tuhan YK, menurut Yohanes, mengisahkan tentang pemanggilan murid-murid pertama namun yang unik kisah ini dituliskan dengan gaya yang berbeda dengan Injil Sinoptik lainnya (Matius, Markus, Lukas).

Jika Pada Injil-Injil Sinoptik dijelaskan latar belakang para murid pertama adalah para nelayan, maka dalam Injil Yohanes ini, dua orang muridNya yang pertama dituliskan mereka semula adalah murid Yohanes. Jika dalam Injil Sinoptik dinyatakan bahwa Yesus yang berinisiatif memanggil para murid. Maka dalam Injil Yohanes ini, para muridlah yang berinisiatif mengikut Yesus.

Panggilan ini adalah wujud respon kedua murid tersebut pada kesaksian Yohanes tentang Yesus, yang akan datang sebagai Juruselamat dunia. (ada penggunaan istilah Anak Domba Allah pada ayat ke-29 & 36 yang merupakan symbol penebusan, dan berkaitan langsung dengan karya Allah untuk menebus umat-Nya. Inisiatif kedua murid untuk mengikut Yesus dilandasi oleh konfirmasi iman mereka terhadap pengenalan akan sosok Yesus, dan inilah hal yang menarik untuk direnungkan bersama.

§  Conclusion : Jadi jika kita memperhatikan dengan saksama bacaan-bacaan kita hari ini, maka kita melihat jelas bahwa ada panggilan bagi Hamba Tuhan, Paulus, dan dua murid Yesus. Mereka dipanggil oleh Allah sendiri! Akan tetapi apakah PROSES itu hanya berhenti sampai pada panggilan? Ternyata Tidak! Kalau kita mencermati lebih lanjut, ternyata ada proses berikutnya yang dilakukan yaitu Proses Pembentukan.

§  Tatkala Allah memanggil seseorang untuk menjadi hamba-Nya, maka Allah juga pasti membentuknya sedemikian rupa agar dia menjadi orang yang dikehendakiNya.. Perikop dalam Yesaya mengungkapkan bagaimana Allah membentuknya sedemikian rupa, melalui berbagai proses, termasuk penyucian, latihan pendengaran seorang murid dan sebagainya. Demikian pula pembentukan Tuhan terhadap Paulus melalui sebuah pengalaman spiritualnya yang ia temui ketika melakukan perjalanan ke Damsyik….(tadi sudah disebutkan) dan terakhir pembentukan terhadap dua murid Yesus yang pertama, yakni dengan cara tinggal bersama Yesus. itu bentuk-bentuk konkret dari proses pembentukan yang digambarkan dari bacaan kita.

§  Kalau tahap D-2 ini telah dilaksanakan, maka tatkala waktunya tiba mereka pun akan diutus untuk melayani dan melakukan pekerjaan yang Allah percayakan! 3 D è Dipanggil, dibentuk dan diutus ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Apabila seseorang dipanggil, pasti dia dibentuk, apabila dia sudah dibentuk, ia harus diutus.

§  Jika Firman Tuhan ini diterapkan dalam hidup kita maka apa yang disampaikan oleh Firman Tuhan sungguh relevan dan sangat mengena. Kita ada sebagai gereja (seperti logo di awal) karena kita dipanggil, dan diutus oleh Allah.

§  Yang terus menjadi pertanyaannya adalah bagaimana dengan respon kita atas panggilan Tuhan itu? Apakah kita dengan teguh dan yakin mengatakan Ini aku utuslah aku! Seperti yang diucapkan Yesaya? Sungguh disayangkan jika dalam hidup kita, keseharian kita, karya di tengah dunia, bahkan juga pelayanan kita, kita tidak merespon panggilan Tuhan tersebut. Alasannya tidak siap….menganggap belum saatnya.. tidak mampu… tidak mau menderita… tidak mau terlibat konflik… Padahal panggilan kita sederhana, belajar untuk terus memuliakan Allah melalui karya dan hidup kita… menyatakan kasih dan cinta kita kepada Tuhan dan sesama di sekitar kita.

§  Sungguh menyedihkan jika dalam hidup kita, kita malah ragu dan menjadi bimbang terutama ketika menemukan gelombang dalam hidup kita. Kita mau bekerja dengan baik (bekerja di sini = luas), eh ada saja masalahnya… kita kemudian menjadi pribadi yang ragu, galau, tidak percaya, padahal menerima panggilan Tuhan bukan berarti kita merasa sanggup melakukan segalanya dengan kekuatan sendiri, melainkan meyakini bahwa Tuhan menyertai, menolong dan memberi kekuatan kepada kita untuk memenuhi tugas panggilan itu.

§  Kalau 3 D ini dikembalikan kepada kita, saya dan saudara, maka apa jawaban dan respon kita? hanya diri kita pribadi yang mampu menjawabnya. Tuhan menolong dan memampukan kita. AMIN.