Masa Raya Paskah diyakini sebagai sebuah kesempatan spiritual umat dan lembaga gereja untuk lebih mengenal kasih Allah di dalam Kristus melalui pertobatan yang sungguh.
Permulaan masa Pra Paskah adalah Rabu Abu. Rabu Abu merupakan masa pertobatan, perkabungan, introspeksi diri, pendekatan diri kepada Tuhan dan berpuasa. Dalam ibadah Rabu Abu ini, digunakan abu yang dioleskan di dahi. Simbol ini hendak mengingatkan umat pada ritual Israel kuno saat seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan. Melalui kegiatan ini umat kembali diingatkan bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Abu menjadi tanda akan ketidakabadian dan kefanaan manusia (Mzm 103:14; bnd. Kej 2:7), sehingga mengingatkan umat untuk menyesali diri dan bertobat, serta menegaskan bahwa satu-satunya keselamatan ialah dari Tuhan Yesus Kristus. Umumnya abu dibubuhkan di dahi dengan bentuk salib. Abu tersebut berasal dari hasil menyangrai daun-daun kering yang ditumbuk halus. GKI Perumahan Citra I telah melaksanakan Rabu Abu ini sejak tahun 2009.
Setelah Rabu Abu, kita mulai memasuki Minggu-minggu Pra Paskah. Minggu ini berlangsung selama 40 hari sejak Rabu Abu hingga hari raya Paskah. Angka 40 merupakan simbol persiapan. Selama 40 tahun umat Israel berjalan menuju tanah perjanjian dengan makan manna; selama 40 hari Musa berada di gunung Horeb untuk menerima 2 loh batu (Ul 9:9-11); selama 40 hari Yesus berpuasa di gurun pasir sebelum memulai pelayanannya (Mat 4:1-11).
Ada 6 minggu Pra Paskah yang dilakukan dalam ibadah saat ini:
Pra Paskah I. Minggu Pra Paskah I disebut dengan Invocabit atau “bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab” (Mzm 91:15a), bertema pencobaan yang Yesus alami di padang gurun dan berpuasa.
Pra Paskah II yaitu Reminiscere atau “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan” (Mzm 25:6), bertema penyataan Yesus bersama dengan Musa dan Elia.
Satu minggu setelahnya Minggu Pra Paskah III yang disebut Oculi atau “mataku tetap terarah kepada Tuhan” (Mzm 25:15). Ada beberapa kisah yang mengisi Minggu Pra Paskah III: Yesus menyucikan Bait Allah, percakapan Yesus dengan perempuan Samaria mengenai air hidup, dosa-penderitaan-pertobatan sebagai panggilan bagi para murid Yesus.
Selanjutnya Minggu Pra Paskah IV yang disebut dengan Laetare atau “bersukacitalah bersama-sama Yerusalem” (Yes 66:10). Dalam Minggu Pra Paskah IV ini muncul pula beberapa topik, yaitu: perjumpaan pribadi dengan Yesus yang dihubungkan dengan kisah orang buta sejak lahir; percakapan dengan Nikodemus tentang Anak Manusia yang ditinggikan supaya dunia diselamatkan; serta perumpamaan anak yang hilang yang mengingatkan akan rekonsiliasi antara Allah dan manusia yang berdosa.
Tema kebangkitan semakin jelas pada Minggu Pra Paskah V atau Judica “berilah keadilan kepadaku ya Allah” (Mzm 43:1). Leksionari untuk Minggu ini berkisar pada Yesus sebagai kebangkitan dan hidup; pemberitaan Yesus mengenai kematian-Nya; dan peristiwa pengurapan oleh Maria untuk mempersiapkan kematian dan penguburan-Nya.
Pra Paskah VI seringkali disebut dengan Minggu Palmarum. Minggu Palmarum ini merupakan pembuka Pekan Suci, yaitu Minggu sebelum hari raya Paskah. Dalam Minggu Palmarum, gereja mengenang peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem. Ia dielu-elukan sebagai Mesias, Anak Daud yang selama ini dinantikan kedatangan dan karya-Nya (dielu-elukan dengan daun palem dan seruan ‘Hosana’). Ada sebuah pemahaman bahwa dengan melambaikan daun palem sambil menyerukan ‘Hosana’, umat menaruh pengharapan akan kemenangan yang akan diraih Yesus di kota Yerusalem.
Dalam masa pra paskah ini, umat juga dihimbau untuk melakukan doa dan puasa. Doa dan puasa merupakan suatu ibadah, karena di dalamnya ada sebuah relasi yang intim dan sangat pribadi antara manusia dengan Allah (karena jika memperhatikan istilah ‘puasa’, ‘puasa’ sesungguhnya berasal dari dua kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu: (1) upa dan (2) wasa. Upa, diartikan dengan ‘dekat’, sedangkan wasa diartikan Yang Maha Kuasa).
Pelaksanaan doa dan puasa tidak dapat dipaksakan. Relasi dengan Allah adalah sebuah keyakinan pribadi kita dan tidak ada seorang pun yang dapat memaksakannya. Oleh karena itu, pelaksanaan doa dan puasa ini dikembalikan kepada pribadi masing-masing. Praktik puasa ada dua jenis, yaitu (1) puasa lahir : umumnya dilakukan secara periodik (yaitu pantang makan-minum serta pantang melakukan hal-hal yang disukai, misalnya merokok, berbelanja ke mall secara berlebihan, ataupun contoh lainnya) dan (2) puasa batin : dilakukan secara berkelanjutan (pantang melakukan kelaliman, ketidakadilan, kekerasan, ketamakan dan lain sebagainya).
Secara khusus, menyambut masa raya para paskah 2011 ini, umat dihimbau untuk doa dan berpuasa juga melakukan aksi penyangkalan diri, dengan cara menyisihkan hasil berpuasa tersebut (puasa kebutuhan jasmani, berbelanja, merokok, dll) dalam sebuah tabungan pribadi yang akan diserahkan setiap hari Minggu. Kegiatan ini akan dilakukan selama 6x hari minggu, sesuai dengan jumlah Minggu Pra Paskah.
Setelah Pra Paskah usai, umat memasuki Trihari Paskah. Tanda dimulainya Trihari Paskah adalah Kamis Putih. Kamis Putih dilaksanakan sebagai pengenangan akan perintah (mandatum novum) Yesus kepada para murid-Nya untuk saling mengasihi. Dua unsur utama dalam liturgi Kamis Putih adalah perjamuan malam terakhir (dan perintah untuk mengadakan perjamuan kudus), serta pembasuhan kaki sebagai simbol hamba yang melayani.
Setelah Kamis Putih, dilaksanakan Jumat Agung yaitu hari raya untuk mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus yang dimulai sejak Ia ditangkap, diadili, dianiaya, diarak menuju Golgota, disalib hingga pada akhirnya wafat. Setelah ibadah Jumat Agung selesai, gereja tetap menjaga keheningan pada hari raya Sabtu Sunyi. Bersama umat Tuhan di muka bumi, gereja mengenang kesendirian Yesus di dalam makam-Nya.
Puncak perayaan setelah berakhirnya Trihari Paskah adalah hari raya Paskah. Kata paskah berasal dari kata Ibrani pesakh, yaitu “melewati atau menyeberangi”. Paskah bagi umat Yahudi merupakan perayaan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir melewati gurun untuk memasuki tanah perjanjian. Sementara bagi umat Kristen, Paskah adalah perayaan pembebasan umat manusia dari perbudakan dosa lewat karya kebangkitan Yesus yang mengalahkan kuasa maut.
Ibadah Paskah dibagi menjadi Paskah subuh dan Paskah Sore. Paskah subuh dilayankan untuk mengenang peristiwa kebangkitan Yesus (dilambangkan dengan kubur kosong) yang disaksikan para perempuan dan murid-murid Yesus yang pagi-pagi benar hendak berziarah, sedangkan Paskah Sore kendati merupakan sebuah perayaan, bukan berarti umat berpesta pora dan makan-makan, selepas puasa panjang. Dalam tradisi perayaan Paskah biasanya muncul simbol telur dan kelinci. Telur merupakan lambang kehidupan baru manusia yang diberikan Allah melalui kematian dan kebangkitan Yesus, sedangkan kelinci melambangkan kehidupan yang berlimpah dalam Kristus. Lambang telur dan kelinci mengingatkan kita bahwa melalui peristiwa Paskah, hidup kita dimulai lagi secara baru, dari hidup yang penuh dosa menjadi hidup yang berlimpah oleh karena kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Keterangan:
-Masa Pra Paskah: Rabu tanggal 9 Maret – Kamis 21 April 2011
-Jumat Agung (Sakramen Perjamuan Kudus) : 22 April 2011
-Sabtu Sunyi : 23 April 2011
-Paskah : 24 April 2011