Rabu, 04 Mei 2011

Masa Raya Paskah diyakini sebagai sebuah kesempatan spiritual umat dan lembaga gereja untuk lebih mengenal kasih Allah di dalam Kristus melalui pertobatan yang sungguh.

Permulaan masa Pra Paskah adalah Rabu Abu. Rabu Abu merupakan masa pertobatan, perkabungan, introspeksi diri, pendekatan diri kepada Tuhan dan berpuasa. Dalam ibadah Rabu Abu ini, digunakan abu yang dioleskan di dahi. Simbol ini hendak mengingatkan umat pada ritual Israel kuno saat seseorang menabur abu di atas kepalanya atau di seluruh tubuhnya sebagai tanda kesedihan, penyesalan dan pertobatan. Melalui kegiatan ini umat kembali diingatkan bahwa mereka berasal dari debu tanah dan akan kembali menjadi debu. Abu menjadi tanda akan ketidakabadian dan kefanaan manusia (Mzm 103:14; bnd. Kej 2:7), sehingga mengingatkan umat untuk menyesali diri dan bertobat, serta menegaskan bahwa satu-satunya keselamatan ialah dari Tuhan Yesus Kristus. Umumnya abu dibubuhkan di dahi dengan bentuk salib. Abu tersebut berasal dari hasil menyangrai daun-daun kering yang ditumbuk halus. GKI Perumahan Citra I telah melaksanakan Rabu Abu ini sejak tahun 2009.

Setelah Rabu Abu, kita mulai memasuki Minggu-minggu Pra Paskah. Minggu ini berlangsung selama 40 hari sejak Rabu Abu hingga hari raya Paskah. Angka 40 merupakan simbol persiapan. Selama 40 tahun umat Israel berjalan menuju tanah perjanjian dengan makan manna; selama 40 hari Musa berada di gunung Horeb untuk menerima 2 loh batu (Ul 9:9-11); selama 40 hari Yesus berpuasa di gurun pasir sebelum memulai pelayanannya (Mat 4:1-11).  

Ada 6 minggu Pra Paskah yang dilakukan dalam ibadah saat ini:
Pra Paskah I. Minggu Pra Paskah I disebut dengan Invocabit atau “bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab” (Mzm 91:15a), bertema pencobaan yang Yesus alami di padang gurun dan berpuasa.

Pra Paskah II yaitu Reminiscere atau “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan” (Mzm 25:6), bertema penyataan Yesus bersama dengan Musa dan Elia.

Satu minggu setelahnya Minggu Pra Paskah III yang disebut Oculi  atau “mataku tetap terarah kepada Tuhan” (Mzm 25:15). Ada beberapa kisah yang mengisi Minggu Pra Paskah III: Yesus menyucikan Bait Allah, percakapan Yesus dengan perempuan Samaria mengenai air hidup, dosa-penderitaan-pertobatan sebagai panggilan bagi para murid Yesus. 

Selanjutnya Minggu Pra Paskah IV yang disebut dengan Laetare atau “bersukacitalah bersama-sama Yerusalem” (Yes 66:10). Dalam Minggu Pra Paskah IV ini muncul pula beberapa topik, yaitu: perjumpaan pribadi dengan Yesus yang dihubungkan dengan kisah orang buta sejak lahir; percakapan dengan Nikodemus tentang Anak Manusia yang ditinggikan supaya dunia diselamatkan; serta perumpamaan anak yang hilang yang mengingatkan akan rekonsiliasi antara Allah dan manusia yang berdosa.

Tema kebangkitan semakin jelas pada Minggu Pra Paskah V atau Judica “berilah keadilan kepadaku ya Allah” (Mzm 43:1). Leksionari untuk Minggu ini berkisar pada Yesus sebagai kebangkitan dan hidup; pemberitaan Yesus mengenai kematian-Nya; dan peristiwa pengurapan oleh Maria untuk mempersiapkan kematian dan penguburan-Nya.

Pra Paskah VI seringkali disebut dengan Minggu Palmarum. Minggu Palmarum ini merupakan pembuka Pekan Suci, yaitu Minggu sebelum hari raya Paskah. Dalam Minggu Palmarum, gereja mengenang peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem. Ia dielu-elukan sebagai Mesias, Anak Daud yang selama ini dinantikan kedatangan dan karya-Nya (dielu-elukan dengan daun palem dan seruan ‘Hosana’). Ada sebuah pemahaman bahwa dengan melambaikan daun palem sambil menyerukan ‘Hosana’, umat menaruh pengharapan akan kemenangan yang akan diraih Yesus di kota Yerusalem. 

Dalam masa pra paskah ini, umat juga dihimbau untuk melakukan doa dan puasa. Doa dan puasa merupakan suatu ibadah, karena di dalamnya ada sebuah relasi yang intim dan sangat pribadi antara manusia dengan Allah (karena jika memperhatikan istilah ‘puasa’, ‘puasa’ sesungguhnya berasal dari dua kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu: (1) upa dan (2) wasa. Upa, diartikan dengan ‘dekat’, sedangkan wasa diartikan Yang Maha Kuasa).

Pelaksanaan doa dan puasa tidak dapat dipaksakan. Relasi dengan Allah adalah sebuah keyakinan pribadi kita dan tidak ada seorang pun yang dapat memaksakannya. Oleh karena itu, pelaksanaan doa dan puasa ini dikembalikan kepada pribadi masing-masing. Praktik puasa ada dua jenis, yaitu (1) puasa lahir : umumnya dilakukan secara periodik (yaitu  pantang makan-minum serta pantang melakukan hal-hal yang disukai, misalnya merokok, berbelanja ke mall secara berlebihan, ataupun contoh lainnya) dan (2) puasa batin : dilakukan secara berkelanjutan (pantang melakukan kelaliman, ketidakadilan, kekerasan, ketamakan dan lain sebagainya).

Secara khusus, menyambut masa raya para paskah 2011 ini, umat dihimbau untuk doa dan berpuasa juga melakukan aksi penyangkalan diri, dengan cara menyisihkan hasil berpuasa tersebut (puasa kebutuhan jasmani, berbelanja, merokok, dll) dalam sebuah tabungan pribadi yang akan diserahkan setiap hari Minggu. Kegiatan ini akan dilakukan selama 6x hari minggu, sesuai dengan jumlah Minggu Pra Paskah. 

Setelah Pra Paskah usai, umat memasuki Trihari Paskah. Tanda dimulainya Trihari Paskah adalah Kamis Putih. Kamis Putih dilaksanakan sebagai pengenangan akan perintah (mandatum novum) Yesus kepada para murid-Nya untuk saling mengasihi. Dua unsur utama dalam liturgi Kamis Putih adalah perjamuan malam terakhir (dan perintah untuk mengadakan perjamuan kudus), serta pembasuhan kaki sebagai simbol hamba yang melayani.

Setelah Kamis Putih, dilaksanakan Jumat Agung yaitu hari raya untuk mengenang kesengsaraan Tuhan Yesus yang dimulai sejak Ia ditangkap, diadili, dianiaya, diarak menuju Golgota, disalib hingga pada akhirnya wafat. Setelah ibadah Jumat Agung selesai, gereja tetap menjaga keheningan pada hari raya Sabtu Sunyi. Bersama umat Tuhan di muka bumi, gereja mengenang kesendirian Yesus di dalam makam-Nya. 

Puncak perayaan setelah berakhirnya Trihari Paskah adalah hari raya Paskah. Kata paskah berasal dari kata Ibrani pesakh, yaitu “melewati atau menyeberangi”. Paskah bagi umat Yahudi merupakan perayaan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir melewati gurun untuk memasuki tanah perjanjian. Sementara bagi umat Kristen, Paskah adalah perayaan pembebasan umat manusia dari perbudakan dosa lewat karya kebangkitan Yesus yang mengalahkan kuasa maut.

Ibadah Paskah dibagi menjadi Paskah subuh dan Paskah Sore. Paskah subuh dilayankan untuk mengenang peristiwa kebangkitan Yesus (dilambangkan dengan kubur kosong) yang disaksikan para perempuan dan murid-murid Yesus yang pagi-pagi benar hendak berziarah, sedangkan Paskah Sore kendati merupakan sebuah perayaan, bukan berarti umat berpesta pora dan makan-makan, selepas puasa panjang. Dalam tradisi perayaan Paskah biasanya muncul simbol telur dan kelinci. Telur merupakan lambang kehidupan baru manusia yang diberikan Allah melalui kematian dan kebangkitan Yesus, sedangkan kelinci melambangkan kehidupan yang berlimpah dalam Kristus. Lambang telur dan kelinci mengingatkan kita bahwa melalui peristiwa Paskah, hidup kita dimulai lagi secara baru, dari hidup yang penuh dosa menjadi hidup yang berlimpah oleh karena kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Keterangan:
-Masa Pra Paskah: Rabu tanggal 9 Maret – Kamis 21 April 2011
-Jumat Agung (Sakramen Perjamuan Kudus) : 22 April 2011
-Sabtu Sunyi : 23 April 2011
-Paskah : 24 April 2011

Renungan Warta Jemaat 24 April 2011

Renungan Warta Jemaat Minggu, 24 April 2011
Paskah, Kala Allah Berbela Rasa pada Dunia
Enam Minggu Pra-Paskah telah berlalu. Hari ini kita tiba pada peristiwa yang amat penting dan juga menentukan bagi hidup manusia yaitu peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus atau yang kemudian disebut dengan Paskah (Ibrani: Pesakh, artinya berlalu atau melewati – kerapkali dihubungkan dengan Paskah Yahudi dalam konteks Perjanjian Lama, yaitu peristiwa pembebasan Bangsa Israel dari tanah Mesir). Bagi umat Kristen, Paskah memberikan makna yang amat bernilai, yaitu sebagai puncak karya keselamatan Allah yang dinyatakan melalui Tuhan Yesus Kristus.
Paskah di GKI Perumahan Citra I mengambil tema: “Paskah, Kala Allah Berbela Rasa pada Dunia”.  Tema ini mengajak kita sebagai umat Tuhan untuk menyatakan kasih dan kepedulian kepada dunia, yaitu mereka yang ada di sekitar kita. Melihat situasi yang terjadi akhir-akhir ini, sungguh hati kita begitu miris. Kondisi alam yang bergejolak, anomali cuaca yang ‘ikut merepotkan’ manusia dalam mengantisipasi gejala-gejala alam yang ada, telah mengakibatkan terjadi rentetan bencana alam tidak hanya di Indonesia, namun juga seluruh dunia.
Kondisi inilah yang kemudian menimbulkan begitu banyak pertanyaan dalam benak manusia. Mempertanyakan kehadiran Allah dalam pergumulan manusia. Dalam situasi seperti ini, menjadi tanggungjawab kita untuk bukan saja bergumul dalam begitu banyak pertanyaan, namun berupaya untuk menemukan langkah-langkah bijak dan sesuai dengan kemampuan kita untuk ikut berperan dalam menanggung beban sesama kita. Paskah tahun ini diharapkan menjadi sarana umat untuk melakukan tindakan nyata bagi sesama sebagai wujud belarasa Allah kepada manusia. Peristiwa kesengsaraan, kematian dan kebangkitan Kristus adalah sebuah bentuk konkrit belarasa Allah pada penderitaan manusia. Ia berbela rasa karena Ia mengasihi dan menyatakan kepedulian-Nya kepada kita.
Firman Tuhan yang menjadi bacaan leksionaris pada hari Minggu Paskah ini juga berbicara tentang kepedulian Allah. Bacaan I Kisah Para Rasul 10:34-43 menguraikan tentang kepedulian Allah kepada bangsa-bangsa lain di luar umat-Nya.  Melalui kisah Petrus dan penghayatannya atas panggilan Allah kepadanya, menjadi nyata bahwa keselamatan yang ditujukan bagi bangsa-bangsa sungguh dapat terjadi melalui anugerah dan kasih Allah yang universal, dan itu dinyatakan melalui Yesus Kristus yang mati di kayu salib, dan akhirnya bangkit.
Demikian pula Mazmur yang menjadi antar bacaan yaitu Mazmur 118, dengan jelas menguraikan tentang kepedulian Allah kepada bangsa pilihan-Nya yaitu Bangsa Israel. Melalui karya dan kuasa-Nya, Ia membebaskan Bangsa Israel dari tangan musuh, sehingga mereka beroleh kemenangan. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah Bangsa Israel mengucap syukur dan menyampaikan mazmur kepada Allah, atas kasih setia-Nya yang kekal.
Dalam Injil Yohanes 20:1-18, kepedulian Allah juga nampak melalui peristiwa kebangkitan Yesus yang dinyatakan melalui para murid, di antaranya Petrus, murid lain yang dikasihi Yesus, dan Maria Magdalena. Bacaan Injil dalam Minggu Paskah ini mengisahkan jelas kesedihan yang dialami Maria karena mengira bahwa mayat Yesus telah dicuri oleh orang (ayat 2 mengatakan, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu dimana Ia diletakkan!”).  Tampak sekali bahwa pesan itu menunjukkan sebuah kebingungan, ketakutan atau juga sebuah ketidakmengertian setelah Maria melihat kubur kosong. Respon berikutnya yang dilakukan Maria saat kembali ke kubur kosong, Maria menangis tanpa pengharapan. Ada duka yang sangat mendalam yang dirasakan sehingga saat malaikat maupun Yesus datang menemuinya, hati Maria tetap memandang kubur kosong dengan perasaan duka tanpa pengharapan. Barulah setelah Yesus memanggil namanya, Maria tampak terbangun dari tidur rohaninya sehingga ia tersentak. Perjumpaan spiritualnya dengan Yesus membuat Maria menyadari bahwa Yesus tidak hilang, melainkan ada di dekatnya. Terlukis jelas bahwa melalui peristiwa kebangkitan Yesus yang terjadi pada pagi hari Paskah itulah, ada keselamatan yang disediakan Allah bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya.  
Allah telah berbela rasa kepada manusia. Allah yang berbela rasa adalah Allah yang hadir dan dekat dengan manusia, menyatakan kasih serta kepeduliannya bagi kita. Pertanyaannya adalah bagaimana semestinya kita memaknai momentum Paskah, khususnya di tengah situasi dan kondisi yang tengah terjadi saat ini? Tentu saja melalui momentum Paskah tahun 2011 ini, setiap kita dipanggil untuk menjadi berkat, menyatakan bela rasa kepada sesama yang ada di sekitar kita.  Menjadi kerinduan kita agar hidup kita dapat menjadi “kitab terbuka” yang dibaca oleh sesama kita dan setiap pembacanya sungguh melihat kehadiran Yesus yang nyata dalam hidup kita.
Kiranya melalui masa Pra Paskah yang telah berakhir dan masa Paskah yang tengah kita jalani saat ini, menolong kita untuk semakin merefleksikan bela rasa Allah, sehingga sebagai pribadi dan gereja kita pun pada akhirnya mewujudnyatakan bela rasa Allah melalui bela rasa terhadap sesama. AMIN.

Selamat Paskah
Selamat menikmati anugerah Tuhan.
Tuhan memberkati

Pnt. Gloria Tesalonika S.Si (Teol)