Khotbah
Minggu RC Usinda
25 September 2011
Wisma Abdi-Cipayung
KHOTBAH
Start dengan
discussion
Siapa di antara kita yang tidak ingin awet muda?
Rasa-rasanya ngga ada ya! semua orang ingin awet muda. Mau ikutin Tante Titik
Puspa… oma waljinah… siapa lagi di TV yang awet muda? Masih banyak ya!
Oma, opa, semua orang ingin awet muda! Karena itu ada jamu awet muda. Ada pula senam kebugaran
yang menjanjikan awet muda. Kalau jalan-jalan dan mampir ke toko kecantikan
banyak dijual beraneka ragam jenis krim yang mencegah kulit menjadi keriput. Tidak hanya itu, salon-salon kecantikan juga
menawarkan perawatan muka dengan masker. Dan bagi semua yang sudah beruban
(termasuk juga saya-sudah ada ubannya), tersedia banyak semir rambut (mulai dari warna hitam, ungu, jingga, oranye, dlsb).
Semuanya itu membuat kita tampak sekian tahun lebih muda.
Apakah ini salah? Tentu saja tidak! Boleh-boleh saja.
Namun Yang menjadi persoalan è ada 2 hal :
1) Seringkali upaya awet muda itu dilakukan karena para
lansia dibayangi ketakutan menjadi tua! Banyak orang memandang proses penuaan
sebagai “HANTU” yang menakutkan! Padahal kalau kita boleh jujur, proses menjadi
tua sesungguhnya adalah sebuah realitas yang tidak dapat dihindari pasti
terjadi pada setiap kita. Saya pun pada waktunya akan mengalami fase ini.
Proses menjadi tua juga sesungguhnya adalah tanda perkembangan dalam diri kita.
tubuh berkembang, demikian pula kemampuan berpikir, kemampuan membuat
pertimbangan, kemampuan membedakan yang baik/ buruk dlsb. Sehingga ada pepatah
makin tua makin bijaksana. – ada persoalan pertama ketika awet muda hanya
dipahami demikian.
2) Persoalan kedua adalah banyak yang membatasi awet muda
hanya pada hal-hal seperti tadi saya ceritakan di awal. Minum jamu, salonan,
semir, dlsb. Padahal ada cara yang lebih utama lagi untuk kita supaya bisa
terus awet muda, yaitu BERSUKACITA.
Apa sih arti bersukacita? Dalam salah satu pembelajaran
tentang sifat dan karakter seseorang, sukacita memiliki makna yang amat indah.
Sukacita merupakan sebuah perasaan yang muncul dalam diri seseorang SECARA ALAMIAH, yang
dilandasi oleh IMAN kepada Tuhan. ada kata kunci yang muncul disini
yaitu : perasaan diri secara alami dan iman kepada Tuhan. keduanya terkait!
Saling berhubungan!
Bagaimana ciri orang yang bersukacita : jawabannya ada
pada tema kita hari ini. Ketika seseorang bersukacita, salah satu ciri yang
tampak adalah wajahnya akan
senantiasa tersenyum dan berseri-seri. Wajah yang tersenyum dan berseri-seri yang dimaksud di
sini tentu bukan hanya senyum yang dibuat-buat, tetapi sungguh-sungguh keluar
dari hati.
Wajah berseri-seri ini tampak karena perasaan dalam diri yang merasakan
karya dan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Dasarnya adalah iman kepada Tuhan
(dari definisi sebelumnya). Inilah yang dituliskan dalam
bacaan kita hari ini.
Firman Tuhan yang kita baca dari Mazmur 68:4 dan Amsal 15:13 menuliskan 2 hal yang saling
terkait.
Yang pertama MAZMUR: apa yang dapat
kita pelajari ?
Dalam tradisi umat Israel dan gereja awal memang ada kecenderungan untuk
mendaraskan (menyanyikan) mazmur dalam suatu ibadah.
Mazmur tersebut umumnya dinyanyikan dalam upacara
perarakan ke Yerusalem. Makna pendarasan nyanyian mazmur dalam arak-arakan yang
terjadi? Keyakinan bahwa Allah
turut serta, masuk ke dalam bait-Nya yang kudus.
Kalau kita menilik Mazmur secara keseluruhan, ada berbagai tema teologis
yang dapat kita lihat, misalnya saja: peristiwa penciptaan, penebusan,
perjanjian, penyertaan Allah dalam setiap perjalanan Bangsa Israel, kesetiaan
Allah, juga harapan akan keselamatan bagi umat manusia. Semuanya ini sebenarnya
hendak menggambarkan akan kasih dan penyertaan Allah bagi
kehidupan manusia.
Oleh karena semua kebaikan-Nya tersebut, maka umat
pun diajak untuk bersyukur dan bersukacita atas kasih Allah itu.
Secara khusus, ayat ke-4 dari Mzm 68 menyebutkan : “Tetapi orang-orang benar
bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita”.
Makna ayat ini: mereka yang bersukacita dapat disebut sebagai orang benar, artinya orang
yang sungguh-sungguh merasakan dan menghayati kebaikan Allah dalam hidupnya,
dan ini semua nampak melalui wajahnya yang senantiasa berseri-seri.
Demikian pula
apa yang ditegaskan oleh Amsal , ayat yang begitu familiar di telinga kita:
Amsal 15 ini tergabung dalam kelompok kalimat yang di
dalamnya ada ungkapan-ungkapan
yang bersifat anti-thesis/perlawanan kata. Dalam ayat ini perlawanan kata yang dimaksud adalah:
hati yang gembira >< kepedihan hati.
Lebih khusus, ayat ke-13 ini hendak menyatakan bahwa alasan yang membuat
wajah seseorang dapat berseri-seri adalah karena hatinya
diliputi oleh kegembiraan.
Kegembiraan ini dapat terjadi karena apa? karena adanya perasaan/
ungkapan bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya. Ini
semakin menegaskan bahwa bentuk
konkret orang yang bersukacita
adalah hidupnya senantiasa
bersyukur, dan dalam iman percaya
kita, ungkapan syukur itu dapat terjadi karena Tuhan yang hadir dan menyapa
kita melalui karya-Nya.
Hal ini berbeda dengan kebalikannya yaitu kepedihan hati. Kepedihan hati
hanya menimbulkan hilangnya semangat dalam diri, sehingga wajahnya pun diliputi
oleh kesedihan.
Kalau ini kemudian
dihubungkan dalam kehidupan kita:
Pertanyaannya susah atau gampang tersenyum, berseri/
bersukacita di usia senja seperti kita sekarang ini? Bisa dijawab
gampang-gampang susah, gampang kalau kita hanya asal tersenyum, tetapi
banyaknya mengatakan susah. Kenapa? Karena
di usia kita sekarang kita diperhadapkan pada begitu banyak KRISIS dalam diri
kita.
-
Krisis kemunduran
fisik organik (fungsi organ = pencernaan, pernapasan, panca indra, dlsb)
-
Krisis kemunduran
fungsi saraf, otot, tulang, sendi
-
Krisis fungsi mental
-
Krisis kemunduran
kesehatan total
-
Krisis kehilangan (pekerjaan,
karena umumnya usinda sudah pada pensiun, tidak bekerja lagi,
-
Krisis perubahan (agak
kaget, cerita tentang lansia di poris- suka bercerita masa lalu, sulit ketika
ia pindah ke poris-masih terpengaruh dng kondisi lalu)
-
Krisis ketakutan
mendasar (ditinggalkan, anak-anak pada ngga dateng, seperti dilupakan, takut
disisihkan, terbuang dari masyarakat, dlsb)
-
Krisis masa lalu
-
Krisis Depresi
-
Krisis Ambivalensi
terhadap kematian
Krisis yang kalau kita hitung jumlahnya amat banyak itu
sulit membuat kita untuk tersenyum, berseri, dan bersukacita. Kalau begitu apa
dan bagaimana yang harus kita perbuat? Ada 3 hal yang dapat kita lakukan :
1) Miliki
relasi yang intim/dekat dengan Tuhan.
Ibaratnya dengan kekasih è dikasih penggambarannya!
Salah satu yang utama adalah ketika kita
BERDOA. Doa punya arti yang demikian besar. Doa = nafas hidup bagi kita umat
Kristiani. Bayangkan bila dalam sehari kita tidak bernafas?! (bandingkan
penelitian , 7-8 menit tidak bernafas kita bisa mati)
2) Tetap
melakukan apa yang masih dapat kita lakukan/perbuat di usia senja ini. (cerita tentang
wanita tua usia 80 th yang masih bisa melakukan begitu banyak hal)
3) Menggunakan
kacamata positif dalam memandang sesuatu.
Bukan sebaliknya menggunakan kacamata
negative! Positif è misalnya ketika
anak-anak belum datang kita berpikir oh mereka sedang bekerja untuk keluarga,
ketika sakit kita diingatkan untuk beristirahat dan semakin dekat dengan Tuhan,
mungkin inilah cara berpikir positif.
Kalau ini yang dilakukan maka mestinya kita bisa dan akan
terus bisa bersukacita, tersenyum dan bermuka gembira.
Namun harus tetap diingat, bahwa bersyukur, bersukacita,
tersenyum, tidak hanya ketika kita memperoleh atau mengalami hal yang baik
saja…yang enak saja,
namun sebaliknya ketika kita menghadapi begitu banyak krisis dalam hidup kita,
kita mestinya masih dapat bersyukur, tersenyum, mengapa? karena kita tidak
melalui sendiri, ada Allah kita di dalam YK yang bersama dengan kita
Kita dapat belajar dari
kisah seorang Ayub,
yang walaupun mengalami pergumulan dan penderitaan hidup dalam berbagai hal,
namun ia tetap dapat bersyukur kepada Allah, bahkan mukanya dapat tersenyum dan
berseri-seri (Ayub 29:24). Ia menyatakan bahwa justru melalui penderitaan dan
pergumulan yang dihadapinya, ia
sungguh-sungguh dapat memandang Allah yang hidup (Ayub 42:5). Pengalaman
pahit yang dialami Ayub justru telah membuatnya semakin sadar akan Allah yang
berkarya dalam kehidupannya.
Ayub dapat bersikap
demikian karena iman dan percayanya kepada Allah. Ia yakin dengan kesungguhan hati bahwa yang
terjadi padanya adalah bagian dari karya dan rencana Allah terhadap dirinya.
Apa yang terjadi kemudian? Ayub pun menjadi orang yang dibenarkan di hadapan
Allah.
Pertanyaannya bagi kita,
maukah kita terus tersenyum dan bermuka gembira di usia senja? Salah satu
penelitian menyebutkan bahwa senyum itu punya banyak manfaat loh… seorang
dokter bernama Agus, pakar lansia menyebutkan bahwa dengan tersenyum, dapat meningkatkan
kekebalan tubuh,”.
Apabila seseorang bahagia,
maka hormon Endorin meningkat sehingga kekebalan tubuh akan meningkat. Tidak
hanya itu banyak manfaat baik yangdiperoleh dari tertawa dan tersenyum
diantaranya meningkatkan HDL (High-Density Lipoproteins / kolesterol baik) dalam tubuh.
Belum lagi kalau Lansia
mempunyai wajah yang selalu tersenyum, maka akan mempunyai banyak teman (menunjukkan
keramahan) ; sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan hubungan dengan
orang lain.
Bergaul dan aktif secara sosial dianggap memenuhi kebutuhan
psikologis. "Orang yang punya komunitas pertemanan di masa tua merasa
lebih punya tujuan dan bisa mengasah kemampuan mereka, jika komunitas itu
melibatkan keterampilan, ada daya dukung sosial yang bisa dilakukan è banyak manfaatnya!