Kamis, 01 Desember 2011


Khotbah Minggu RC Usinda
25 September 2011
Wisma Abdi-Cipayung
KHOTBAH
Start dengan discussion
Siapa di antara kita yang tidak ingin awet muda? Rasa-rasanya ngga ada ya! semua orang ingin awet muda. Mau ikutin Tante Titik Puspa… oma waljinah… siapa lagi di TV yang awet muda? Masih banyak ya!
Oma, opa, semua orang ingin awet muda! Karena itu ada jamu awet muda. Ada pula senam kebugaran yang menjanjikan awet muda. Kalau jalan-jalan dan mampir ke toko kecantikan banyak dijual beraneka ragam jenis krim yang mencegah kulit menjadi keriput. Tidak hanya itu, salon-salon kecantikan juga menawarkan perawatan muka dengan masker. Dan bagi semua yang sudah beruban (termasuk juga saya-sudah ada ubannya), tersedia banyak semir rambut (mulai dari warna hitam, ungu, jingga, oranye, dlsb). Semuanya itu membuat kita tampak sekian tahun lebih muda.
Apakah ini salah? Tentu saja tidak! Boleh-boleh saja.
Namun Yang menjadi persoalan è ada 2 hal :
1)      Seringkali upaya awet muda itu dilakukan karena para lansia dibayangi ketakutan menjadi tua! Banyak orang memandang proses penuaan sebagai “HANTU” yang menakutkan! Padahal kalau kita boleh jujur, proses menjadi tua sesungguhnya adalah sebuah realitas yang tidak dapat dihindari pasti terjadi pada setiap kita. Saya pun pada waktunya akan mengalami fase ini. Proses menjadi tua juga sesungguhnya adalah tanda perkembangan dalam diri kita. tubuh berkembang, demikian pula kemampuan berpikir, kemampuan membuat pertimbangan, kemampuan membedakan yang baik/ buruk dlsb. Sehingga ada pepatah makin tua makin bijaksana. – ada persoalan pertama ketika awet muda hanya dipahami demikian.
2)      Persoalan kedua adalah banyak yang membatasi awet muda hanya pada hal-hal seperti tadi saya ceritakan di awal. Minum jamu, salonan, semir, dlsb. Padahal ada cara yang lebih utama lagi untuk kita supaya bisa terus awet muda, yaitu BERSUKACITA.
Apa sih arti bersukacita? Dalam salah satu pembelajaran tentang sifat dan karakter seseorang, sukacita memiliki makna yang amat indah. Sukacita merupakan sebuah perasaan yang muncul dalam diri seseorang SECARA ALAMIAH, yang dilandasi oleh IMAN kepada Tuhan. ada kata kunci yang muncul disini yaitu : perasaan diri secara alami dan iman kepada Tuhan. keduanya terkait! Saling berhubungan!
Bagaimana ciri orang yang bersukacita : jawabannya ada pada tema kita hari ini. Ketika seseorang bersukacita, salah satu ciri yang tampak adalah wajahnya akan senantiasa tersenyum dan berseri-seri. Wajah yang tersenyum dan berseri-seri yang dimaksud di sini tentu bukan hanya senyum yang dibuat-buat, tetapi sungguh-sungguh keluar dari hati.
Wajah berseri-seri ini tampak karena perasaan dalam diri yang merasakan karya dan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Dasarnya adalah iman kepada Tuhan (dari definisi sebelumnya).  Inilah yang dituliskan dalam bacaan kita hari ini.

Firman Tuhan yang kita baca dari Mazmur 68:4 dan Amsal 15:13 menuliskan 2 hal yang saling terkait.

Yang pertama MAZMUR: apa yang dapat kita pelajari ?

Dalam tradisi umat Israel dan gereja awal memang ada kecenderungan untuk mendaraskan (menyanyikan) mazmur dalam suatu ibadah.

  Mazmur tersebut umumnya dinyanyikan dalam upacara perarakan ke Yerusalem. Makna pendarasan nyanyian mazmur dalam arak-arakan yang terjadi? Keyakinan bahwa Allah turut serta, masuk ke dalam bait-Nya yang kudus.  

Kalau kita menilik Mazmur secara keseluruhan, ada berbagai tema teologis yang dapat kita lihat, misalnya saja: peristiwa penciptaan, penebusan, perjanjian, penyertaan Allah dalam setiap perjalanan Bangsa Israel, kesetiaan Allah, juga harapan akan keselamatan bagi umat manusia. Semuanya ini sebenarnya hendak menggambarkan akan kasih dan penyertaan Allah bagi kehidupan manusia.

 Oleh karena semua kebaikan-Nya tersebut, maka umat pun diajak untuk bersyukur dan bersukacita atas kasih Allah itu.

 Secara khusus, ayat ke-4 dari Mzm 68 menyebutkan : Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita”.

Makna ayat ini: mereka yang bersukacita dapat disebut sebagai orang benar, artinya orang yang sungguh-sungguh merasakan dan menghayati kebaikan Allah dalam hidupnya, dan ini semua nampak melalui wajahnya yang senantiasa berseri-seri.

Demikian pula apa yang ditegaskan oleh Amsal , ayat yang begitu familiar di telinga kita:

Amsal 15 ini tergabung dalam kelompok kalimat yang di dalamnya ada ungkapan-ungkapan yang bersifat anti-thesis/perlawanan kata. Dalam ayat ini perlawanan kata yang dimaksud adalah: hati yang gembira >< kepedihan hati.

Lebih khusus, ayat ke-13 ini hendak menyatakan bahwa alasan yang membuat wajah seseorang dapat berseri-seri adalah karena hatinya diliputi oleh kegembiraan.

Kegembiraan ini dapat terjadi karena apa? karena adanya perasaan/ ungkapan bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya.  Ini semakin menegaskan bahwa bentuk konkret orang yang bersukacita adalah hidupnya senantiasa bersyukur, dan dalam iman percaya kita, ungkapan syukur itu dapat terjadi karena Tuhan yang hadir dan menyapa kita melalui karya-Nya.

Hal ini berbeda dengan kebalikannya yaitu kepedihan hati. Kepedihan hati hanya menimbulkan hilangnya semangat dalam diri, sehingga wajahnya pun diliputi oleh kesedihan.   

Kalau ini kemudian dihubungkan dalam kehidupan kita:
Pertanyaannya susah atau gampang tersenyum, berseri/ bersukacita di usia senja seperti kita sekarang ini? Bisa dijawab gampang-gampang susah, gampang kalau kita hanya asal tersenyum, tetapi banyaknya mengatakan susah. Kenapa?  Karena di usia kita sekarang kita diperhadapkan pada begitu banyak KRISIS dalam diri kita.
-          Krisis kemunduran fisik organik (fungsi organ = pencernaan, pernapasan, panca indra, dlsb)
-          Krisis kemunduran fungsi saraf, otot, tulang, sendi
-          Krisis fungsi mental
-          Krisis kemunduran kesehatan total
-          Krisis kehilangan (pekerjaan, karena umumnya usinda sudah pada pensiun, tidak bekerja lagi,
-          Krisis perubahan (agak kaget, cerita tentang lansia di poris- suka bercerita masa lalu, sulit ketika ia pindah ke poris-masih terpengaruh dng kondisi lalu)
-          Krisis ketakutan mendasar (ditinggalkan, anak-anak pada ngga dateng, seperti dilupakan, takut disisihkan, terbuang dari masyarakat, dlsb)
-          Krisis masa lalu
-          Krisis Depresi
-          Krisis Ambivalensi terhadap kematian

Krisis yang kalau kita hitung jumlahnya amat banyak itu sulit membuat kita untuk tersenyum, berseri, dan bersukacita. Kalau begitu apa dan bagaimana yang harus kita perbuat? Ada 3 hal yang dapat kita lakukan :
1)      Miliki relasi yang intim/dekat dengan Tuhan.
Ibaratnya dengan kekasih è dikasih penggambarannya!
Salah satu yang utama adalah ketika kita BERDOA. Doa punya arti yang demikian besar. Doa = nafas hidup bagi kita umat Kristiani. Bayangkan bila dalam sehari kita tidak bernafas?! (bandingkan penelitian , 7-8 menit tidak bernafas kita bisa mati)
2)      Tetap melakukan apa yang masih dapat kita lakukan/perbuat di usia senja ini. (cerita tentang wanita tua usia 80 th yang masih bisa melakukan begitu banyak hal)
3)      Menggunakan kacamata positif dalam memandang sesuatu.  Bukan sebaliknya menggunakan kacamata negative! Positif è misalnya ketika anak-anak belum datang kita berpikir oh mereka sedang bekerja untuk keluarga, ketika sakit kita diingatkan untuk beristirahat dan semakin dekat dengan Tuhan, mungkin inilah cara berpikir positif.
Kalau ini yang dilakukan maka mestinya kita bisa dan akan terus bisa bersukacita, tersenyum dan bermuka gembira.
Namun harus tetap diingat, bahwa bersyukur, bersukacita, tersenyum, tidak hanya ketika kita memperoleh atau mengalami hal yang baik saja…yang enak saja, namun sebaliknya ketika kita menghadapi begitu banyak krisis dalam hidup kita, kita mestinya masih dapat bersyukur, tersenyum, mengapa? karena kita tidak melalui sendiri, ada Allah kita di dalam YK yang bersama dengan kita
Kita dapat belajar dari kisah seorang Ayub, yang walaupun mengalami pergumulan dan penderitaan hidup dalam berbagai hal, namun ia tetap dapat bersyukur kepada Allah, bahkan mukanya dapat tersenyum dan berseri-seri (Ayub 29:24). Ia menyatakan bahwa justru melalui penderitaan dan pergumulan yang dihadapinya, ia sungguh-sungguh dapat memandang Allah yang hidup (Ayub 42:5) Pengalaman pahit yang dialami Ayub justru telah membuatnya semakin sadar akan Allah yang berkarya dalam kehidupannya.
Ayub dapat bersikap demikian karena iman dan percayanya kepada Allah. Ia yakin dengan kesungguhan hati bahwa yang terjadi padanya adalah bagian dari karya dan rencana Allah terhadap dirinya. Apa yang terjadi kemudian? Ayub pun menjadi orang yang dibenarkan di hadapan Allah.
Pertanyaannya bagi kita, maukah kita terus tersenyum dan bermuka gembira di usia senja? Salah satu penelitian menyebutkan bahwa senyum itu punya banyak manfaat loh… seorang dokter bernama Agus, pakar lansia menyebutkan bahwa dengan tersenyum, dapat meningkatkan kekebalan tubuh,”.

Apabila seseorang bahagia, maka hormon Endorin meningkat sehingga kekebalan tubuh akan meningkat. Tidak hanya itu banyak manfaat baik yangdiperoleh dari tertawa dan tersenyum diantaranya meningkatkan HDL (High-Density  Lipoproteins / kolesterol baik) dalam tubuh.

Belum lagi kalau Lansia mempunyai wajah yang selalu tersenyum, maka akan mempunyai banyak teman (menunjukkan keramahan) ; sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan hubungan dengan orang lain.

Bergaul dan aktif secara sosial dianggap memenuhi kebutuhan psikologis. "Orang yang punya komunitas pertemanan di masa tua merasa lebih punya tujuan dan bisa mengasah kemampuan mereka, jika komunitas itu melibatkan keterampilan, ada daya dukung sosial yang bisa dilakukan è banyak manfaatnya!




Bahan P.A GKI Sumbawa II
Rabu, 16 November 2011

Perjamuan Kudus:
-          Perjamuan Kudus dirayakan sejak ada gereja di dunia ini.
-          Perjamuan Kudus adalah salah satu sakramen dalam Gereja Protestan (yang kedua: baptis) : Protestan menggunakan istilah “Perjamuan Tuhan”, “Perjamuan Kudus”, “Perjamuan Suci”, demikian pula Calvin “Perjamuan Malam”.
-          Dasar: perjamuan yang dirayakan oleh Yesus dengan murid-murid-Nya.
Arti Sakramen : Sacred : kudus.
PK : berarti: perbuatan kudus, yaitu perbuatan yang dapat kita lihat dengan mata kepala kita, perbuatan yang menyatakan dan memeteraikan kepada kita Kabar Keselamatan yang telah diberitakan kepada kita dengan Firman Allah.  Iman kita yang lemah, yang digerakkan oleh Firman Allah yang sudah kita dengar itu, menjadi dikuatkan, diteguhkan dan dimeteraikan oleh Sakramen-sakramen, yang kita lihat dan rasakan. 

Sakramen hendak menunjukkan perkara-perkara yang dalam dan sulit diutarakan dengan kata-kata.

Sakramen adalah peragaan sehingga yang tidak kelihatan menjadi kelihatan.  Melalui sakramen ini diharapkan agar peristiwa pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib dan karya keselamatan yang dibawa-Nya menjadi lebih mudah untuk kita mengerti dan pahami
-          Perjamuan kudus ditetapkan oleh Tuhan Yesus sendiri untuk dirayakan sebagai peringatan akan Dia, juga untuk memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang (I Kor 11:23-26).  Rasul Paulus kemudian meneruskan hal ini sebagai sesuatu yang diterima dari Tuhan kepada Jemaat Korintus (I Kor 11:23), sesuai dengan perintah “…perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!” (I Kor 11:24).

-          Perintah untuk melaksanakan Perjamuan Kudus ditujukan kepada gereja selaku tubuh-Nya (I Kor 11:18).. Ini berarti bahwa gerejalah yang bertanggungjawab u/ menyelenggarakan perjamuan tersebut.
Makna PK:
1)      Melalui Perjamuan Kudus, kita diingatkan kepada kematian Tuhan Yesus.  Seperti halnya roti yan dipecah-pecahkan dan kemudian dimakan oleh orang banyak, demikian pula tubuh Kristus yang diserahkan menjadi tebusan dosa dan menjadi keselamatan bagi dunia ini.  Seperti halnya anggur yang dituangkan dan diminum oleh orang banyak, demikianlah juga darah Kristus ditumpahkan-Nya untuk menjadi tebusan dosa dunia ini. Penegasan: Keselamatan & Persekutuan dengan Tuhan.

2)      Melalui Sakramen Perjamuan Kudus ini, kita juga mengalami persekutuan dan merasakan kehadiran Kristus, yang telah bangkit dan hidup bagi kita. Mengingat peristiwa pengorbanan Yesus di kayu salib pada masa lalu, yang dengan penuh kerelaan menanggung derita dan mati demi menebus dosa-dosa kita à ANAMNESIS.

3)      Kita juga akan mengalami persekutuan dan persatuan dengan segala orang beriman à ada ‘kesatuan dari gereja’, karena seperti mereka mengambil bagian dalam roti yang satu, demikianlah pula mereka satu dalam tubuh Kristus. Merasakan dan menikmati persekutuan dengan Tuhan Yesus dan sesama di masa kini, kita makan dan minum bersama dengan orang lain sebagai bukti Tuhan akan senantiasa memenuhi kebutuhan kita di masa sekarang

4)      Dalam Perjamuan Kudus, kita diperkuat dalam iman dan diperbaharui oleh Roh Kudus.  Karena Perjamuan Kudus pula, kita menyadari bahwa kita dapat hidup hanya oleh karena Yesus Kristus, yang hendak diam dalam diri kita masing-masing dan memperbaharui segenap hidup kita. Makna PK yang tidak dapat dilupakan : kita diingatkan untuk hidup seturut dengan kehendak-Nya. hidup dalam pertobatan dan pembaharuan senantiasa

Siapa yang memimpin Perjamuan Kudus?
-          Menurut sejarahnya, Perjamuan Kudus mula-mula dipimpin oleh mereka yang diakui dan disebut sebagai pemimpin (dalam hal ini: para rasul, bapa-bapa gereja/uskup-uskup dan selanjutnya yang selanjutnya diwariskan kepada pemimpin-pemimpin yang diurapi/ditahbiskan sampai sekarang). Ini juga masih relevan dan dilaksanakan di gereja-gereja kita saat ini, termasuk GKI. 

-          Hal penting lain à  ketentuan yang berlaku adalah Perjamuan Kudus diselenggarakan di bawah tanggung jawab Majelis Jemaat. Jadi meskipun dilaksanakan di penjara, RS, persidangan gerejawi, dll, penyelenggaranya tetap Majelis Jemaat yang ditunjuk itu. 
Mengapa Roti dan Anggur?
-          Pada perjamuan kudus, roti dan anggur yang digunakan merupakan tanda dan meterai dari tubuh dan darah Kristus yang dikurbankan di atas kayu salib untuk pengampunan dosa umat manusia. 
-          Proses pembuatan kedua benda ini tidak singkat, sebaliknya sangat panjang:
a)      roti bermula dari biji gandum à ditabur – ditanam di tanah  à mati à tumbuh menghasilkan bulir-bulir gandum à dipetik-ditumbuk-dihancurkan à jadi tepung à dicampur air dan ragi à dioleni-dibentuk-dibiarkan mekar-dipanggang à jadi roti
b)      air anggur berasal dari bauh-buah anggur à dipilih-diperas-disaring-diperam à mengalami proses fermentasi yang cukup panjang à jadilah air anggur yang digunakan sebagai minuman pesta yang menyegarkan dan simbol kegembiraan
-          Pdt Em Suatami mengatakan:
Siapa mau kenyang, harus makan roti
Siapa mau berpesta menunjukkan kegembiraan dalam hidupnya harus menghadirkan air anggur
Dalam sakramen PK, Yesus memakai roti dan anggur untuk menggambarkan tubuh dan darah-Nya.
Siapa yang mau kuat dan gembira dalam kehidupan ini, datanglah pada Sakramen PK.
Makanlah roti dan minumlah air anggur kehidupan
Biarkan tubuh dan darah Yesus menyati dengan tubuh dan darah kita untuk memampukan kita hidup dengan pola hidup-Nya.
Siapa yang sudah dikenyangkan oleh tubuh dan darah Yesus yang digambarkan dengan roti dan anggur yang dibuat melalui proses yang amat panjang, maka ia harus mau hidup menjalani proses pa njang juga dalam perjalanan di tengah kebersamaan dengan sesama orang percaya, menyangkal diri, memikul salib, mati dan bangkit bersama Yesus. Menjadi manusia baru yang memberikan kekuatan pada yang lemah dan memberikan kegembiraan, harapan bagi yang sedih dan dalam pergumulan.

-          Roti dan anggur itu selama dan sesudah perjamuan tetap adalah makanan biasa dan tidak pernah menjadi benda-benda yang mengandung khasiat/kuasa tertentu (PENTING!! Pengertian ini a/ pengertian yang salah mengenai arti dan makna perjamuan kudus).

-          Sifat-sifat dari roti dan anggur ini tetap ada, namun substantia (zat atau lebih tepat inti) roti dan anggur telah digantikan dengan substantia tubuh dan darah Kristus.

-          Dengan perjamuan kudus ini, umat diajak untuk menerima kenyataan juga merefleksikan Kristus yang mau berdiam di dalam dan menjadi bagian dari kehidupan kita.   
à Lebih jelas ditekankan pula bahwa dalam perjamuan kudus, Kristus betul-betul hadir untuk menjadi satu dengan orang-orang percaya dan memperkuat iman mereka. Melalui keikutsertaan seseorang dalam perjamuan kudus ini, ia menerima apa yang diperoleh Kristus pada kayu salib, yakni pengampunan dosa dan hidup yang kekal à Manusia menyadari kelemahan dan keberdosaannya.
Siapa saja yang boleh mengikuti Perjamuan Kudus?
-          Mereka yang diperkenankan ikut mengambil bagian dalam perjamuan kudus adalah anggota sidi dan anggota sidi gereja lain sebagai tamu, yang tidak berada di bawah penggembalaan khusus (penjelasan tentang penggembalaan ada di TaGer dan Talak GKI Bab XII hlm.81 ) à penjelasan teknis hal ini terdapat dalam Tata Laksana Bab VIII Pasal. 25
SIDI:
-          Seseorang yang dilantik sebagai anggota gereja dalam arti penuh. Seorang yang sudah SIDI, dapat mengikuti Perjamuan Kudus (ia terbuka menjadi anggota gereja secara penuh). Karena: ia sudah dapat bertanggung jawab secara iman kepada Allah.

Bagaimana dengan mereka yang sakit?
-          Perjamuan Kudus bagi orang jompo, sakit keras, atau yang karena keterbatasan fisiknya tidak dapat mengikuti Perjamuan Kudus di gereja, dapat dilaksanakan oleh Majelis Jemaat di rumah atau rumah sakit pada hari yang ditetapkan.
-          Pelayanan Perjamuan Kudus HARUS dilakukan di tengah dan di dalam kebaktian Jemaat. Karena itu tidak ada alasan untuk menyelenggarakannya di luar kebaktian Jemaat, kecuali bagi mereka yang tidak mungkin mengikutinya karena alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. 
Persiapan:
1.       Majelis Jemaat mempersiapkan perayaan Perjamuan Kudus dengan:
a.       Mewartakan waktu penyelenggaraan Perjamuan Kudus kepada anggota selama 3 hari Minggu berturut-turut.
b.      Mempersiapkan anggota untuk memahami dan menghayati arti Perjamuan Kudus dalam hidup mereka serta melakukan pemeriksaan diri (sensura morum) dengan menggunakan formulir liturgis yang ditetapkan oleh Majelis Sinode.

Umat:
Melakukan Sencura morum : Sensor + memori (pemeriksaan diri/sarana kita mengevaluasi diri) : Alkitabiah à ayat ke-28 dst…
Bnd formulir liturgis GKI ttg Sencura Morum.



Persekutuan Doa Wilayah Selasa, 1 November 2011
“Mengapa Harus Memaksa Tuhan?”
(Matius 6:7-8)

Persiapan (saat teduh pribadi-dapat diiringi instrument musik dari pemusik)


Pengantar :
Selamat malam umat yang dikasihi Tuhan, waktu bergulir begitu cepat hingga tak terasa hari ini kita memasuki Bulan November 2011. Kita bersyukur kepada Tuhan, oleh karena kasih setia-Nya kita dapat berkumpul kembali untuk mengikuti Persekutuan Doa Wilayah hari ini. Untuk memulai persekutuan malam ini, marilah kita memuji Tuhan dari PKJ 242:1-2 “Seindah Siang Disinari Terang”.

Doa Pembukaan (dipp. oleh pemimpin PDW)

Tema kita hari ini, “Mengapa harus Memaksa Tuhan?” Tanpa disadari, dalam doa yang kita panjatkan kita pernah bahkan kerapkali “memaksa Tuhan”, terutama ketika apa yang kita harapkan tidak terpenuhi. Melalui PDW malam ini, kita diingatkan pentingnya memiliki keyakinan dan pengharapan bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan yang terbaik, karena Ia mengetahui apa yang kita butuhkan. Marilah kita nyanyikan KJ 460:1-2 “Jika Jiwaku Berdoa”, kita hayati setiap syair dalam lagu ini.

Doa sebelum Firman Tuhan
Bapa yang rahmani, dalam kegelapan jasmani mata kami tidak bisa melihat.
Dalam kegelapan rohani, hati kami tidak bisa melihat.
Akibatnya, hati tidak melihat faedah Firman-Mu,
sehingga kami membacanya tanpa minat
Atau berminat namun tak melihat manfaat

Terangilah hati kami dengan Roh-Mu
Supaya kami membaca Firman dengan teliti dan memahami
Lalu melaksanakan Firman Tuhan dalam hidup kami hari lepas hari,
Karena firman-Mu adalah pelita bagi kaki, dan terang bagi jalan kami.

Inilah doa kami yang kami panjatkan di dalam nama Tuhan kami Yesus Kristus,
Sang Jurus’lamat yang hidup, kami telah berdoa,
 AMIN


Pembacaan Firman Tuhan Matius 6:7-8

Renungan

Kehidupan umat Kristiani tidak dapat dilepaskan dari doa. Apa arti doa? Doa merupakan nafas hidup bagi kita. Ibarat nafas, doa adalah sesuatu yang sangat vital, menjadi bagian yang integral dalam kehidupan orang percaya. Sebuah penelitian pernah menyatakan bahwa ketika kita menahan nafas di bawah 7 menit kita masih mampu bertahan. Namun ketika sudah memasuki menit ke 8 dan seterusnya, kita tidak akan mampu lagi menahan nafas, karena kita membutuhkannya.
Selain menjadi "nafas hidup, doa juga dimaknai sebagai sarana kita berkomunikasi kepada-Nya. Dengan berkomunikasi kita bisa mengungkapkan segala hal yang kita alami, rasakan, gumulkan, karena kita meyakini ada kekuatan dan kelegaan yang Tuhan anugerahkan bagi kita. Ada sebuah film berjudul “Letters to God”, yang menceritakan bagaimana seorang anak sanggup berkomunikasi dengan Tuhan melalui pengalaman dalam hidupnya. Film “Letters to God” dibuat berdasarkan kisah nyata seorang yang berasal dari Nashville, bernama Tyler Doughtie. Sejak usia 8 tahun, Tyler mulai bergumul dengan kanker otak di kepalanya.
Namun ada sebuah hal menarik dalam kisahnya yang menjadi inspirasi bagi kita semua. Semasa sakit, Tyler menulis surat kepada Tuhan. Setiap surat dimasukkannya ke dalam amplop, ia bubuhi perangko secukupnya, dan ia tulis di depan amplop itu- Untuk: Tuhan. Dari: Tyler.
Dalam isi suratnya, Tyler seperti sedang mencurahkan isi hati kepada sahabat dekatnya, yang diyakini akan membaca dan membalasnya. Ia menuliskan perasaan, pikiran, kekuatiran, dan harapannya, dan ini dilakukannya setiap hari, tanpa jemu. Semakin banyaknya intensitas Tyler menulis surat, ia pun semakin mengenal dan akrab dengan Tuhan. Ia memiliki komunikasi dengan Tuhan, kendati pergumulan akan penyakitnya bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi ia yakin bahwa ia senantiasa ada dalam pemeliharaan dan kasih Tuhan.
Kisah Tyler hendak menegaskan kembali bahwa doa merupakan sarana komunikasi kita dengan Tuhan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apa isi komunikasi tersebut? Kalau boleh jujur, sungguh amat disayangkan seringkali permohonan demi permohonanlah yang kita minta kepada Tuhan. Doa kita ibarat “daftar belanjaan”, kita mohon A, B, C dan seterusnya. Lebih ironis ternyata permohonan itu disertai dengan “paksaan” kita kepada Tuhan. Kita seolah memaksa agar Tuhan mengabulkan setiap permohonan kita dengan segera.
Ketika kemudian kita merasa bahwa permohonan kita tidak dikabulkan oleh Tuhan (karena kita menggunakan sudut pandang dan “kehendak kita” sendiri), maka kekecewaan bahkan amarah kepada Tuhan tidak dapat dibendung lagi. Tak jarang ada pula yang malah menjadi undur iman setelahnya. Sebagai manusia yang adalah ciptaan-Nya, kerapkali kita lupa bahwa Allah kita adalah Allah yang Maha Kuasa, yang memelihara dan memberikan yang terbaik bagi kita menurut waktu, cara, dan kehendak-Nya, yang terkadang tidak dipahami oleh manusia.
Firman Tuhan melalui Injil Matius pasal ke-6 memberikan pembelajaran bagi kita akan hal ini. Mat 6:8 menyatakan sebuah pernyataan yang amat tegas: “…karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan sebelum kamu minta kepada-Nya”. Ayat ini berbicara tentang adanya JAMINAN bahwa Sang Bapa mengetahui kebutuhan kita pribadi lepas pribadi, bahkan sebelum kita meminta kepada-Nya. Oleh karenanya kita diajak untuk memiliki keteguhan/keyakinan iman bahwa Ia pasti memberi yang terbaik kepada kita. Satu kunci utama yang tidak bisa ditinggalkan adalah “IMAN” kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Salah kaprah jika ada orang yang beranggapan bahwa dalam doa, yang diutamakan adalah indahnya dan banyaknya kata-kata yang digunakan, padahal tidak demikian (bnd. ayat ke-7). Iman kepada Tuhanlah yang utama. Iman berarti mempercayakan diri, berserah penuh, hanya kepada Dia Tuhan Yesus Kristus. Iman inilah yang kemudian menolong kita untuk terus bersabar dalam menanti jawaban atas setiap doa yang kita panjatkan.
“Mengapa harus memaksa Tuhan”, kalau kita yakin dan beriman bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik bagi kita indah dan tepat pada waktunya? Inilah refleksi kita malam ini. Tuhan menolong dan menguatkan kita. AMIN.
Sambutan atas Firman Tuhan PKJ 255 “Firman-Mu Kupegang Selalu”

Sharing (dibatasi 2-3 orang saja)

Pujian pengantar doa syafaat KJ 457:1-3 “Ya Tuhan Tiap Jam”

Doa syafaat
Pokok-pokok doa (dipilih 3 pendoa syafaat – diselingi refrein lagu “Ya Tuhan Tiap Jam”)

Refrein:
Setiap jam ya Tuhan
Dikau Kau kuperlukan
Ku datang Jurus’lamat berkatilah

-          Berdoa bagi kehidupan doa setiap umat (refleksi secara pribadi)

-          Berdoa bagi keluarga : hubungan suami-istri, pendidikan anak-anak, hubungan orangtua dan anak,
pekerjaan, juga pergaulan anak-anak.

-          Berdoa bagi gereja : program pelayanan yang dilakukan, berdoa bagi Pdt, Pnt, Badan Pelayanan, dan
 setiap umat Tuhan yang menjadi bagian dari gereja, berdoa juga bagi Panitia  
 Pemilihan Penatua dan Panitia Natal dalam setiap acara yang dipersiapkan.

-          Berdoa bagi umat yang sakit

-          Berdoa bagi Bangsa dan Negara Indonesia : Presiden dan pejabat negara lainnya, kondisi keamanan
dan kerukunan negara, upaya penegakkan hukum, pemberantasan korupsi, pengentasan kemiskinan.

-          Berdoa bagi korban bencana alam yang masih ditemui di beberapa daerah.

(Pemimpin PDW menutup dengan mengajak umat menaikkan Doa Bapa Kami bersama-sama, yang diakhiri dengan lagu “Bapa T’rima Kasih”).









Persekutuan Doa Wilayah Selesai
Tuhan memberkati