Kamis, 01 Desember 2011


Khotbah Minggu RC Usinda
25 September 2011
Wisma Abdi-Cipayung
KHOTBAH
Start dengan discussion
Siapa di antara kita yang tidak ingin awet muda? Rasa-rasanya ngga ada ya! semua orang ingin awet muda. Mau ikutin Tante Titik Puspa… oma waljinah… siapa lagi di TV yang awet muda? Masih banyak ya!
Oma, opa, semua orang ingin awet muda! Karena itu ada jamu awet muda. Ada pula senam kebugaran yang menjanjikan awet muda. Kalau jalan-jalan dan mampir ke toko kecantikan banyak dijual beraneka ragam jenis krim yang mencegah kulit menjadi keriput. Tidak hanya itu, salon-salon kecantikan juga menawarkan perawatan muka dengan masker. Dan bagi semua yang sudah beruban (termasuk juga saya-sudah ada ubannya), tersedia banyak semir rambut (mulai dari warna hitam, ungu, jingga, oranye, dlsb). Semuanya itu membuat kita tampak sekian tahun lebih muda.
Apakah ini salah? Tentu saja tidak! Boleh-boleh saja.
Namun Yang menjadi persoalan è ada 2 hal :
1)      Seringkali upaya awet muda itu dilakukan karena para lansia dibayangi ketakutan menjadi tua! Banyak orang memandang proses penuaan sebagai “HANTU” yang menakutkan! Padahal kalau kita boleh jujur, proses menjadi tua sesungguhnya adalah sebuah realitas yang tidak dapat dihindari pasti terjadi pada setiap kita. Saya pun pada waktunya akan mengalami fase ini. Proses menjadi tua juga sesungguhnya adalah tanda perkembangan dalam diri kita. tubuh berkembang, demikian pula kemampuan berpikir, kemampuan membuat pertimbangan, kemampuan membedakan yang baik/ buruk dlsb. Sehingga ada pepatah makin tua makin bijaksana. – ada persoalan pertama ketika awet muda hanya dipahami demikian.
2)      Persoalan kedua adalah banyak yang membatasi awet muda hanya pada hal-hal seperti tadi saya ceritakan di awal. Minum jamu, salonan, semir, dlsb. Padahal ada cara yang lebih utama lagi untuk kita supaya bisa terus awet muda, yaitu BERSUKACITA.
Apa sih arti bersukacita? Dalam salah satu pembelajaran tentang sifat dan karakter seseorang, sukacita memiliki makna yang amat indah. Sukacita merupakan sebuah perasaan yang muncul dalam diri seseorang SECARA ALAMIAH, yang dilandasi oleh IMAN kepada Tuhan. ada kata kunci yang muncul disini yaitu : perasaan diri secara alami dan iman kepada Tuhan. keduanya terkait! Saling berhubungan!
Bagaimana ciri orang yang bersukacita : jawabannya ada pada tema kita hari ini. Ketika seseorang bersukacita, salah satu ciri yang tampak adalah wajahnya akan senantiasa tersenyum dan berseri-seri. Wajah yang tersenyum dan berseri-seri yang dimaksud di sini tentu bukan hanya senyum yang dibuat-buat, tetapi sungguh-sungguh keluar dari hati.
Wajah berseri-seri ini tampak karena perasaan dalam diri yang merasakan karya dan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Dasarnya adalah iman kepada Tuhan (dari definisi sebelumnya).  Inilah yang dituliskan dalam bacaan kita hari ini.

Firman Tuhan yang kita baca dari Mazmur 68:4 dan Amsal 15:13 menuliskan 2 hal yang saling terkait.

Yang pertama MAZMUR: apa yang dapat kita pelajari ?

Dalam tradisi umat Israel dan gereja awal memang ada kecenderungan untuk mendaraskan (menyanyikan) mazmur dalam suatu ibadah.

  Mazmur tersebut umumnya dinyanyikan dalam upacara perarakan ke Yerusalem. Makna pendarasan nyanyian mazmur dalam arak-arakan yang terjadi? Keyakinan bahwa Allah turut serta, masuk ke dalam bait-Nya yang kudus.  

Kalau kita menilik Mazmur secara keseluruhan, ada berbagai tema teologis yang dapat kita lihat, misalnya saja: peristiwa penciptaan, penebusan, perjanjian, penyertaan Allah dalam setiap perjalanan Bangsa Israel, kesetiaan Allah, juga harapan akan keselamatan bagi umat manusia. Semuanya ini sebenarnya hendak menggambarkan akan kasih dan penyertaan Allah bagi kehidupan manusia.

 Oleh karena semua kebaikan-Nya tersebut, maka umat pun diajak untuk bersyukur dan bersukacita atas kasih Allah itu.

 Secara khusus, ayat ke-4 dari Mzm 68 menyebutkan : Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita”.

Makna ayat ini: mereka yang bersukacita dapat disebut sebagai orang benar, artinya orang yang sungguh-sungguh merasakan dan menghayati kebaikan Allah dalam hidupnya, dan ini semua nampak melalui wajahnya yang senantiasa berseri-seri.

Demikian pula apa yang ditegaskan oleh Amsal , ayat yang begitu familiar di telinga kita:

Amsal 15 ini tergabung dalam kelompok kalimat yang di dalamnya ada ungkapan-ungkapan yang bersifat anti-thesis/perlawanan kata. Dalam ayat ini perlawanan kata yang dimaksud adalah: hati yang gembira >< kepedihan hati.

Lebih khusus, ayat ke-13 ini hendak menyatakan bahwa alasan yang membuat wajah seseorang dapat berseri-seri adalah karena hatinya diliputi oleh kegembiraan.

Kegembiraan ini dapat terjadi karena apa? karena adanya perasaan/ ungkapan bersyukur kepada Allah atas kebaikan-Nya.  Ini semakin menegaskan bahwa bentuk konkret orang yang bersukacita adalah hidupnya senantiasa bersyukur, dan dalam iman percaya kita, ungkapan syukur itu dapat terjadi karena Tuhan yang hadir dan menyapa kita melalui karya-Nya.

Hal ini berbeda dengan kebalikannya yaitu kepedihan hati. Kepedihan hati hanya menimbulkan hilangnya semangat dalam diri, sehingga wajahnya pun diliputi oleh kesedihan.   

Kalau ini kemudian dihubungkan dalam kehidupan kita:
Pertanyaannya susah atau gampang tersenyum, berseri/ bersukacita di usia senja seperti kita sekarang ini? Bisa dijawab gampang-gampang susah, gampang kalau kita hanya asal tersenyum, tetapi banyaknya mengatakan susah. Kenapa?  Karena di usia kita sekarang kita diperhadapkan pada begitu banyak KRISIS dalam diri kita.
-          Krisis kemunduran fisik organik (fungsi organ = pencernaan, pernapasan, panca indra, dlsb)
-          Krisis kemunduran fungsi saraf, otot, tulang, sendi
-          Krisis fungsi mental
-          Krisis kemunduran kesehatan total
-          Krisis kehilangan (pekerjaan, karena umumnya usinda sudah pada pensiun, tidak bekerja lagi,
-          Krisis perubahan (agak kaget, cerita tentang lansia di poris- suka bercerita masa lalu, sulit ketika ia pindah ke poris-masih terpengaruh dng kondisi lalu)
-          Krisis ketakutan mendasar (ditinggalkan, anak-anak pada ngga dateng, seperti dilupakan, takut disisihkan, terbuang dari masyarakat, dlsb)
-          Krisis masa lalu
-          Krisis Depresi
-          Krisis Ambivalensi terhadap kematian

Krisis yang kalau kita hitung jumlahnya amat banyak itu sulit membuat kita untuk tersenyum, berseri, dan bersukacita. Kalau begitu apa dan bagaimana yang harus kita perbuat? Ada 3 hal yang dapat kita lakukan :
1)      Miliki relasi yang intim/dekat dengan Tuhan.
Ibaratnya dengan kekasih è dikasih penggambarannya!
Salah satu yang utama adalah ketika kita BERDOA. Doa punya arti yang demikian besar. Doa = nafas hidup bagi kita umat Kristiani. Bayangkan bila dalam sehari kita tidak bernafas?! (bandingkan penelitian , 7-8 menit tidak bernafas kita bisa mati)
2)      Tetap melakukan apa yang masih dapat kita lakukan/perbuat di usia senja ini. (cerita tentang wanita tua usia 80 th yang masih bisa melakukan begitu banyak hal)
3)      Menggunakan kacamata positif dalam memandang sesuatu.  Bukan sebaliknya menggunakan kacamata negative! Positif è misalnya ketika anak-anak belum datang kita berpikir oh mereka sedang bekerja untuk keluarga, ketika sakit kita diingatkan untuk beristirahat dan semakin dekat dengan Tuhan, mungkin inilah cara berpikir positif.
Kalau ini yang dilakukan maka mestinya kita bisa dan akan terus bisa bersukacita, tersenyum dan bermuka gembira.
Namun harus tetap diingat, bahwa bersyukur, bersukacita, tersenyum, tidak hanya ketika kita memperoleh atau mengalami hal yang baik saja…yang enak saja, namun sebaliknya ketika kita menghadapi begitu banyak krisis dalam hidup kita, kita mestinya masih dapat bersyukur, tersenyum, mengapa? karena kita tidak melalui sendiri, ada Allah kita di dalam YK yang bersama dengan kita
Kita dapat belajar dari kisah seorang Ayub, yang walaupun mengalami pergumulan dan penderitaan hidup dalam berbagai hal, namun ia tetap dapat bersyukur kepada Allah, bahkan mukanya dapat tersenyum dan berseri-seri (Ayub 29:24). Ia menyatakan bahwa justru melalui penderitaan dan pergumulan yang dihadapinya, ia sungguh-sungguh dapat memandang Allah yang hidup (Ayub 42:5) Pengalaman pahit yang dialami Ayub justru telah membuatnya semakin sadar akan Allah yang berkarya dalam kehidupannya.
Ayub dapat bersikap demikian karena iman dan percayanya kepada Allah. Ia yakin dengan kesungguhan hati bahwa yang terjadi padanya adalah bagian dari karya dan rencana Allah terhadap dirinya. Apa yang terjadi kemudian? Ayub pun menjadi orang yang dibenarkan di hadapan Allah.
Pertanyaannya bagi kita, maukah kita terus tersenyum dan bermuka gembira di usia senja? Salah satu penelitian menyebutkan bahwa senyum itu punya banyak manfaat loh… seorang dokter bernama Agus, pakar lansia menyebutkan bahwa dengan tersenyum, dapat meningkatkan kekebalan tubuh,”.

Apabila seseorang bahagia, maka hormon Endorin meningkat sehingga kekebalan tubuh akan meningkat. Tidak hanya itu banyak manfaat baik yangdiperoleh dari tertawa dan tersenyum diantaranya meningkatkan HDL (High-Density  Lipoproteins / kolesterol baik) dalam tubuh.

Belum lagi kalau Lansia mempunyai wajah yang selalu tersenyum, maka akan mempunyai banyak teman (menunjukkan keramahan) ; sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan hubungan dengan orang lain.

Bergaul dan aktif secara sosial dianggap memenuhi kebutuhan psikologis. "Orang yang punya komunitas pertemanan di masa tua merasa lebih punya tujuan dan bisa mengasah kemampuan mereka, jika komunitas itu melibatkan keterampilan, ada daya dukung sosial yang bisa dilakukan è banyak manfaatnya!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar