Minggu, 05 Februari 2012


Ibadah Syukur Rumah Baru


Adakah diantara kita yang ingat dengan sebuah binatang bernama KLOMANG /Umang-umang ? KLOMANG è merupakan sejenis kepiting (tetapi bukan kepiting sungguhan) yang memiliki rumah seperti siput. Hewan ini terkadang ada diperjual belikan, teristimewa di sekolah-sekolah dasar karena banyak anak anak yang menyenanginya. 

Hermit crab atau yang disebut kelomang, umang, keong dalam bahasa daerah Indonesia, merupakan binatang sejenis kepiting. Hermit crab termasuk invertebrate, hewan tidak bertulang belakang.

Berdasarkan tempat tinggalnya di alam, ada 2 macam hermit crab, yaitu Land hermit crab yang tinggal di darat, dipesisir pantai sampai ke hutan terdekat dan hanya ke laut untuk bertelur dan Marine hermit crab yang hidup dalam air laut.

Menurut ensiklopedia Columbia edisi ke enam tahun 2007, umang-umang termasuk filum arthropoda, subfilum crustacea, dan ordo dekapoda.

Hewan ini memiliki bagian perut berbentuk panjang, melingkar seperti spiral, lembut, serta ujung perutnya berbentuk seperti kait yang asimetrik.bagian perut ini terlindung dalam cangkangnya yang berbentuk seperti rumah siput.

Kelomang darat hidup di batu karang di pinggir pantai, mengubur diri di pasir, di pohon-pohon atau bahkan bisa sampai jauh ke dalam pepohonan di darat. Umumnya aktif di waktu malam hari (nocturnal) dan bersembunyi di siang hari.

Sedangkan kelomang laut bisa ditemukan di karang-karang di dalam laut, di dasar laut, jika kita snorkeling/ menyelam.

Apa yang menarik dari umang-umang?

1)      Hewan ini senang memanjat, oleh sebab itu, ketinggian kandang perlu diperhitungkan, atau bagian atas kandang ditutup dengan kawat kasa yang unitnya berukuran 0,5 cm x 0,5 cm atau 1,0cm x 1,0cm. Bahan pengisi alas kandang bisa dari pasir halus yang berwarna putih (biasanya pasir pantai) Bahan alas kandang perlu ditambahkan zat kapur yang berupa kalsium karbonat yang bisa didapatkan dari tulang sejenis cumi cumi (Sepia sp.). 

2)      Makanan dan minuman umang-umang tidak sembarangan! Jangan memberi daging mentah/ makanan dalam bentuk daging utuh pada umang-umang, karena daging mudah berbau, buah-buahan seperti semangka, apel, mangga, labu, atau buah mentimun bisa digunakan sebagai pakannya. Jangan memberikan air minum yang mengandung klorin (air kran, air dari kolam renang, dan air yang telah mengalami proses) pada umang-umang, air hujan yang sudah ditampung langsung, atau air sungai/ mata air/ air dari tanah adalah baik untuk mereka. 

Gunakan tempat air yang tidak terbuat dari logam, akan lebih baik jika menggunakan kulit kerang/ lokan, tetapi sering tumpah, atau gunakan tempat yang bagian bawahnya lebih lebar dari atasnya, agar air tidak tumpah. 

3)      Umang-umang merupakan hewan yang senang hidup mengelompok (gossip??), hewan ini memiliki ”kesetiakawanan sosial” yang tinggi, pastikan kita memiliki minimal 3 ekor. 

4)      Kelomang termasuk pemakan segala (Omnivora), jadi bisa makan ikan/udang atau juga daun daunan. Jika dipelihara di rumah, kelomang darat, bisa diberi kelapa, wortel, sayur hijau, buah buahan, udang kering, sampai makanan ikan atau kura-kura. Disamping makan, kelomang juga minum, jadi perlu disediakan air tawar juga. Sediakan juga air laut, karena mereka juga senang berendam dan minum air laut. Air ini juga berguna supaya mereka bisa membasahi insang dan perut. Kelomang laut makan ikan, udang, plankton di dalam laut. Jika dipelihara dalam aquarium bisa diberikan potongan ikan atau udang dan dengan capitnya mereka akan menyambut makanan yang kita berikan dengan antusias. 

Dari begitu banyak hal menarik dari umang-umang, ada sebuah hal yang juga bisa menjadi pengetahuan bagi kita. Kelomang suka berganti ganti rumah sampai mereka merasa cocok. Sediakan selalu shell shell baru dalam berbagai ukuran. Kelomang dapat menyukai shell yang sedang dipakai kelomang lain. Ia akan menarik kelomang lain tersebut keluar dari shell yang disukainya untuk kemudian dipakai.

Menemukan kecocokan, kenyamanan, di tempat yang baru. Inilah yang dilakukan oleh umang-umang/klomang. Tentu ketika pindah kelomang tidak sembarang pindah, namun menemukan “sesuatu” di tempatnya yang baru, tanpa meninggalkan apa yang telah dilalui di tempatnya yang lama.

Penerapan:

Seperti halnya umang kita pun kerapkali berada pada sebuah situasi demikian. Berpindah, mencari sesuatu yang baru, yang kita pandang baik dan membangun kehidupan kita baik secara pribadi maupun  komunal bersama keluarga, ataupun orang di sekitar kita.  

Inilah yang dirasakan dan dialami oleh keluarga di tempat ini. Saat ini keluarga hendak bersyukur untuk karya pemeliharaan Tuhan, kebaikan Tuhan sehingga keluarga dapat menempati rumah yang baru di sini.

Tentu ada “sesuatu” yang dirasakan di tempat yang baru ini, yang akhirnya membuat keluarga memutuskan untuk pindah kesini.  

Kalau boleh tahu, mengapa memilihnya ke daerah sini? apa “sesuatu” yang membuat keluarga memutuskan pindahnya kesini –diskusi—

Rangkum:
Ada kebahagiaan, ada sukacita, ada kegembiraan, ada ketenangan dan kedamaian yang ditemukan oleh keluarga disini. Ini menjadi sebuah hal yang amat positif. Baik. Untuk kehidupan ke depannya.

Tentu, kendati sudah pindah ke sini, dukungan dan aktivitas pelayanan keluarga bersama kita khususnya di pengembangan wilayah 8 tidak terputus. Masih tetap berlangsung.

Karena kalau kembali berkaca pada kisah umang, umang suka berpindah, namun tidak meninggalkan apa yang telah dilalui di tempatnya yang lama. Ada kenangan dan kebersamaan yang terus melekat dan menjadi bagian hidupnya.

Menempati rumah baru, itulah kebahagiaan keluarga di tempat ini. itulah ungkapan syukur keluarga. bagaimana kehidupan yang dibangun ke depan di rumah ini, itulah yang terutama.

Bagaimana membangun “home”nya, dibandingkan “house-nya” itulah yang terutama. Fisik mungkin boleh sederhana, tidak besar, tidak mewah, atau sebaliknya boleh saja besar, mewah, namun yang lebih penting….yang lebih utama…. adalah bagaimana kita membangun hubungan, relasi, aktivitas, spiritualitas, hidup rohani, dan begitu banyak perencanaan lain di rumah tersebut.

Dalam bahasa Jawa, ada pengertian yang bersifat filosofis yang tentunya menarik jika berbicara tentang arti rumah. Rumah berasal dari kata om dan mah (Sunda = imah). Om artinya = langit, menghadap ke bawah, sifatnya laki-laki. Sedangkan mah = bumi, menghadap ke bawah, sifatnya perempuan. Sehingga dapat dituliskan didefinisikan bahwa rumah adalah tempat perjumpaan antara laki-laki dan perempuan dalam cinta. Laki-laki dan perempuan yang membangun keluarga disebut emah-emah, hubungan di antara keduanya disebut semah.

Dari penjelasan yang barusan saya ungkapkan ini sungguh kita dapat semakin dibukakan untuk melihat bagaimana suasana rumah, fungsi rumah bagi keluarga amatlah penting bagi kehidupan kita.

Selain sebagai tempat kita berteduh, tempat kita beristirahat dari segudang aktivitas yang kita jalani setiap hari, ternyata ada fungsi rumah yang tidak dapat diabaikan oleh kita yaitu rumah adalah tempat kita hidup dalam sebuah komunitas keluarga à bersama dengan orangtua (bagi yang masih tinggal bersama orangtua), dengan pasangan, anak/anak-anak, bahkan juga dengan sanak saudara… di rumah à  aktivitas, bercerita, sharing bersama keluarga, dan segala kegiatan lainnya terlaksana. Ini menjadi hal utama yang tidak bisa tidak penting untuk kita perhatikan yaitu FUNGSI RUMAH. 

Oleh karena itu dasar dan landasan yang ada dalam rumah tersebut juga harus kokoh dan kuat à kalau begitu apakah landasan yang digunakan dalam kehidupan di rumah/keluarga kita? Jawabannya diungkapkan jelas dari Firman Tuhan dalam Mazmur 127:1 bagian Firman Tuhan yang sudah amat sering kita baca bahkan mungkin ayat ini sudah kita hafal.

Firman Tuhan menuliskan jelas bahwa sebagai keluarga Tuhan, kita diajak dan senantiasa diingatkan untuk melandasi hidup keluarga di rumah ini dengan terus bersandar pada Tuhan à Membiarkan Tuhan yang menjadi sentral dalam hidup berumah tangga kita. Karena apa? Karena jika bukan Tuhan yang menjadi pijakan atau dasar di dalam kehidupan rumah dan keluarga, maka sesungguhnya itu tidak bermakna apa-apa.

Keluarga yang melandasi hidup rumah tangganya dengan pijakan Tuhan akan melakukan segala aktivitas, pelayanan, kebersamaan, komunikasi, yang tentunya AMAT BAIK. Karena menyadari sungguh ada Tuhan yang bersama dengan keluarga.

Manakala mungkin terjadi perbedaan (pendapat, pemahaman, kesenangan), dapat diselaraskan tanpa menjadi konflik yang berkepanjangan. Itulah keluarga yang menjadikan Tuhan sebagai pijakan mereka. Terdengar begitu ideal, indah, dan memang demikian yang mestinya terjadi. kendati kita memandang itu tidak mudah, namun harus terus diupayakan.

Relevansi

Hari ini keluarga di tempat ini hendak mengucap syukur atas anugerah rumah/tempat tinggal yang boleh mereka diami. Tentu perasaan sukacita terus dan terus mereka rasakan dan dibagikan bersama dengan kita, sebagai rekan sepelayanan. Di rumah ini ada begitu banyak rencana yang telah disusun dan dipersiapkan. Di rumah ini pula segala aktivitas akan berjalan. Namun bagaimana kehidupan dalam keluarga ini dibangun ke depan itulah yang akan senantiasa kita doakan bersama. Kiranya keluarga senantiasa menjadikan Tuhan sebagai dasar/pijakan dalam kehidupan keluarga yang dibangun. Homy/suasana yang nyaman, yang menjadi dambaan dan harapan itu tetap menjadi yang utama.