Rabu, 17 November 2010

Let Yourself Be Loved

KHOTBAH KEBAKTIAN Pemuda
GKI Citra I
14 November 2010
Let Yourself Be Loved”

§  DOA PELAYANAN FIRMAN
§  PEMBACAAN ALKITAB : Hosea 3:1-5
Tujuan:
1.     Pemuda diingatkan bahwa Allah mengajarkan kita untuk mengekspresikan kasih dengan segala kerendahan hati dan sukacita, melalui keterbukaan dalam menerima kasih itu sendiri
2.     Pemuda menyadari sulitnya memiliki keterbukaan dalam menerima kasih, karena timbulnya ego atau rasa harga diri yang justru menghalangi kasih yang berlimpah di sekitar mereka. 
 

-Khotbah-

§  Apakah barang yang kita miliki / yang kita anggap berharga/penting? MengaPa? –diskusi dengan pemuda-

§  Rangkum diskusi!
1)      Tidak dapat dipungkiri setiap kita punya sesuatu yang kita sebut dengan ‘milik kita’ tadi, dan kita pandang berharga à apapun itu bentuknya!
2)      Kalau kita memiliki sesuatu yang kita anggap berharga tadi, maka sudah pasti kita akan menjaganya…memeliharanya…. Menyayanginya… dan hal lain yang sejenis dengan itu… betul tidak?
3)      Ini sesuatu yang umum….wajar…manusiawi…yang terjadi dalam kehidupan kita, saya dan rekan-rekan sekalian.
§  Mungkin rekan-rekan bertanya, mengapa saya berbicara tentang ‘milik’ / barang-barang yang kita miliki? Karena dalam khotbah ini kita diajak untuk merenungkan keberadaan diri kita sebagai milik Allah.

§  Sebagai milik Allah, sudah tentu kita pun dipelihara…dijaga…dicintai…dan dikasihi oleh Allah sebagai BAPA kita. setuju ya!

§  Akan tetapi sungguh disayangkan persoalan kerapkali muncul tatkala kita yang adalah milik Allah itu justru seringkali tidak menyadari keberadaan diri kita tersebut. Tanpa kita sadari atau bahkan dengan kita sadari ada kalanya kita memandang bahwa diri kita kurang berharga, terutama ketika kita diperhadapkan pada masalah yang kita alami, yang sepertinya tak kunjung berakhir.

§  Kecenderungan kita adalah kita kemudian bertanya terus kepada Tuhan ”apakah Tuhan mengasihiku” (padahal jika kita mengingat khotbah minggu lalu kita diingatkan bagaimana Allah itu adalah kasih dan sungguh besar kasih-Nya kepada kita). Kita kemudian tidak puas…mengeluh… bertanya-tanya…bahkan hingga berteriak berulang kali dengan menanyakan pertanyaan tadi “Apakah Tuhan mengasihiku?”

§  Oleh karena itu pada hari ini kita hendak diingatkan oleh Firman Tuhan dalam tema kita, keberadaan kita sebagai umat yang dikasihi Allah meskipun dalam hidup kita, seringkali penuh dengan pertanyaan yang meragukan kasih Allah tersebut. Mari kita belajar dari Kitab Hosea (3:1-5).

Hosea 3:1-5
Latar belakang Kitab Hosea :
-          Hosea adalah bentuk singkat dari nama Ibrani “Hoshaiah” yang berarti “Tuhan telah menyelamatkan”. 
-          Jika kita memperhatikan 3 pasal pertama kitab ini bercerita tentang pernikahan Hosea dengan Gomer, perempuan yang mungkin pernah menjadi pelacur di Kuil Baal, dewa kesuburan orang Kanaan.
-          Dalam cerita-cerita Alkitab ternyata ada dua jenis pelacuran yang umumnya terjadi:
(a)    Perempuan yang menawarkan hubungan seks dengan laki-laki demi uang/keuntungan lainnya. Sejumlah perempuan melacur dengan maksud untuk dapat bertahan hidup ketika mereka sudah tidak lagi berada di bawah perlindungan/pemeliharaan suami, ayah, atau anggota keluarga lainnya.
(b)   Jenis pelacuran yang kedua adalah hubungan seks antara perempuan atau laki-laki dengan orang yang datang menyembah dewa/dewi dalam kuil. Dewa/dewi tertentu banyak yang dianggap mendatangkan kesuburan bagi tanah dan penduduknya.

-          Kehidupan keluarga Hosea menjadi sebuah ilustrasi hidup  dari berita yang disampaikannya.

-          Lalu yang menjadi pertanyaan: kira-kira apa maksud awal dari penulisan kitab ini? Jawabannya 1 à Hosea hendak mengingatkan orang Israel dan Yehuda untuk setia kepada Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Tujuan semulanya hanya ini!

-          Namun bagaimana dengan praktik/realitas kehidupan bangsa Israel kala itu? Sungguh disayangkan ternyata mereka justru melakukan dosa dan pelanggaran di hadapan Allah dengan menyembah ilah lain.

-          Tidak hanya itu, untuk melindungi bangsa, para pemimpin lebih mengandalkan kekuatan militer sendiri dan negeri-negeri asing sekutunya, daripada mengandalkan TUHAN, ALLAH mereka.

-          Jadi melalui kitab Hosea sesungguhnya ada dua pokok pesan/message yang hendak disampaikan di sini:
1)      Hosea memperingatkan bangsa Israel bahwa mereka akan dihukum karena tidak setia kepada TUHAN,
2)      Namun di sisi lain, ia juga memberi harapan bahwa Allah akan mengampuni mereka dan memberi mereka sebuah permulaan yang baru sebagai umat pilihan Allah.

§  Menarik jika kita perhatikan pesan Nabi Hosea ini. Mengapa? karena pesan ini hendak memberikan sebuah penegasan bahwa ada sebuah harapan dan pengampunan Allah kepada umat-Nya, atas dosa yang telah dilakukan.

§  Kendati sebagai anak-anak Tuhan kerapkali umat tidak setia, namun Allah tetap setia. Apa arti setia di sini? saya mengutip Pdt. Raprap dalam bukunya kumpulan khotbah jenaka, ia mengungkapkan bahwa setia berarti ‘tidak berubah’. Akar kata setia sebenarnya berarti “tidak berubah”. Ini point utamanya! Orang yang setia berarti orang yang tidak berubah dalam hal apa yang sudah ia berikan komitmennya. Janjinya, imannya, semuanya tidak berubah. Dalam kehidupan à contoh utama: suami harus setia kepada istri demikian pula sebaliknya.

§  Kalau begitu apa artinya jika Tuhan setia kepada kita? artinya Dia tidak berubah! Mengapa Tuhan setia/ Tidak berubah? Jawabannya jelas! Karena kita adalah milik-Nya, kita adalah makhluk yang dikasihi Allah…. (seperti telah disampaikan di awal khotbah ini (tentang ‘milik’).

§  Jika demikian, maka bagaimana kita menanggapi kasih Allah itu dalam hidup kita? à dirangkumkan dengan 3-K
1.       KETERBUKAAN UNTUK MENERIMA KASIH ALLAH DALAM HIDUP KITA. kita membuka diri kita…hati kita untuk menerima kasih Allah. Sungguh disayangkan jika dalam kehidupan yang kita jalani, ternyata hati kita cenderung menutup diri akan kasih Allah, karena kita lebih mengutamakan diri kita sendiri. Ego kita.

Jika kita berkaca pada hidup yang kita jalani sungguh disayangkan jika ternyata kita merasa tidak memerlukan kasih Allah dalam hidup kita. Merasa sudah cukup dengan apa yang ada pada kita, kita berpikir bisa melakukan segala sesuatunya sendiri! sehingga dalam praktiknya kita pun lupa untuk merenungkan kasih dan cinta Allah kepada kita. ini tentu harus kita perhatikan bersama dalam praktiknya.

2.       KERENDAHAN HATI KITA DALAM MENANGGAPI KASIH ALLAH. Jika kita telah terbuka menerima kasih Allah, maka diperlukan kerendahan hati di dalamnya. Kerendahan hati yang dimaksud adalah kerendahan hati dalam menyambut dan menanggapi kasih Allah yang demikian besar dicurahkan kepada kita sehingga kita menjadi milik-Nya. Umat yang dipelihara, dijaga, dicintai bahkan teramat dikasihi-Nya.
Apa bentuk konkret yang dapat kita lakukan? SEDERHANA! Saya meminjam sebuah judul dalam renungan wasiat persis hari ini 14 Nov, “Mencetak Kebaikan”. Jika dengan kerendahan hati kita menyambut kasih Allah, maka hidup kita menjadi berkat bagi orang lain, karena setiap hari kita mencetak kebaikan, bukan malah sebaliknya. Ini menjadi hal yang penting pula yang perlu dan mestinya kita gumulkan.

3.       KESEDIAAN MENGEKSPRESIKAN KASIH DARI ALLAH YANG ADA DALAM DIRI KITA: jika kita telah mengalami kasih Allah dalam hidup kita, maka kita juga diajak untuk bersedia mengekspresikan kasih itu kepada orang lain.

Singkatnyaà jika Allah telah lebih dahulu mengasihi kita, mengampuni kita dan memberikan pengharapan baru, maka sudah sepatutnyalah kita pun memiliki kesediaan untuk menyatakan kasih kepada orang lain. Hal inilah yang akan dibahas lebih lanjut minggu mendatang sebagai kelanjutan tema KASIH kita sebulan ini.





Godbless

Let Yourself Be Loved

KHOTBAH KEBAKTIAN Pemuda
GKI Citra I
14 November 2010
Let Yourself Be Loved”

§  DOA PELAYANAN FIRMAN
§  PEMBACAAN ALKITAB : Hosea 3:1-5
Tujuan:
1.     Pemuda diingatkan bahwa Allah mengajarkan kita untuk mengekspresikan kasih dengan segala kerendahan hati dan sukacita, melalui keterbukaan dalam menerima kasih itu sendiri
2.     Pemuda menyadari sulitnya memiliki keterbukaan dalam menerima kasih, karena timbulnya ego atau rasa harga diri yang justru menghalangi kasih yang berlimpah di sekitar mereka. 
 

-Khotbah-

§  Apakah barang yang kita miliki / yang kita anggap berharga/penting? MengaPa? –diskusi dengan pemuda-

§  Rangkum diskusi!
1)      Tidak dapat dipungkiri setiap kita punya sesuatu yang kita sebut dengan ‘milik kita’ tadi, dan kita pandang berharga à apapun itu bentuknya!
2)      Kalau kita memiliki sesuatu yang kita anggap berharga tadi, maka sudah pasti kita akan menjaganya…memeliharanya…. Menyayanginya… dan hal lain yang sejenis dengan itu… betul tidak?
3)      Ini sesuatu yang umum….wajar…manusiawi…yang terjadi dalam kehidupan kita, saya dan rekan-rekan sekalian.
§  Mungkin rekan-rekan bertanya, mengapa saya berbicara tentang ‘milik’ / barang-barang yang kita miliki? Karena dalam khotbah ini kita diajak untuk merenungkan keberadaan diri kita sebagai milik Allah.

§  Sebagai milik Allah, sudah tentu kita pun dipelihara…dijaga…dicintai…dan dikasihi oleh Allah sebagai BAPA kita. setuju ya!

§  Akan tetapi sungguh disayangkan persoalan kerapkali muncul tatkala kita yang adalah milik Allah itu justru seringkali tidak menyadari keberadaan diri kita tersebut. Tanpa kita sadari atau bahkan dengan kita sadari ada kalanya kita memandang bahwa diri kita kurang berharga, terutama ketika kita diperhadapkan pada masalah yang kita alami, yang sepertinya tak kunjung berakhir.

§  Kecenderungan kita adalah kita kemudian bertanya terus kepada Tuhan ”apakah Tuhan mengasihiku” (padahal jika kita mengingat khotbah minggu lalu kita diingatkan bagaimana Allah itu adalah kasih dan sungguh besar kasih-Nya kepada kita). Kita kemudian tidak puas…mengeluh… bertanya-tanya…bahkan hingga berteriak berulang kali dengan menanyakan pertanyaan tadi “Apakah Tuhan mengasihiku?”

§  Oleh karena itu pada hari ini kita hendak diingatkan oleh Firman Tuhan dalam tema kita, keberadaan kita sebagai umat yang dikasihi Allah meskipun dalam hidup kita, seringkali penuh dengan pertanyaan yang meragukan kasih Allah tersebut. Mari kita belajar dari Kitab Hosea (3:1-5).

Hosea 3:1-5
Latar belakang Kitab Hosea :
-          Hosea adalah bentuk singkat dari nama Ibrani “Hoshaiah” yang berarti “Tuhan telah menyelamatkan”. 
-          Jika kita memperhatikan 3 pasal pertama kitab ini bercerita tentang pernikahan Hosea dengan Gomer, perempuan yang mungkin pernah menjadi pelacur di Kuil Baal, dewa kesuburan orang Kanaan.
-          Dalam cerita-cerita Alkitab ternyata ada dua jenis pelacuran yang umumnya terjadi:
(a)    Perempuan yang menawarkan hubungan seks dengan laki-laki demi uang/keuntungan lainnya. Sejumlah perempuan melacur dengan maksud untuk dapat bertahan hidup ketika mereka sudah tidak lagi berada di bawah perlindungan/pemeliharaan suami, ayah, atau anggota keluarga lainnya.
(b)   Jenis pelacuran yang kedua adalah hubungan seks antara perempuan atau laki-laki dengan orang yang datang menyembah dewa/dewi dalam kuil. Dewa/dewi tertentu banyak yang dianggap mendatangkan kesuburan bagi tanah dan penduduknya.

-          Kehidupan keluarga Hosea menjadi sebuah ilustrasi hidup  dari berita yang disampaikannya.

-          Lalu yang menjadi pertanyaan: kira-kira apa maksud awal dari penulisan kitab ini? Jawabannya 1 à Hosea hendak mengingatkan orang Israel dan Yehuda untuk setia kepada Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Tujuan semulanya hanya ini!

-          Namun bagaimana dengan praktik/realitas kehidupan bangsa Israel kala itu? Sungguh disayangkan ternyata mereka justru melakukan dosa dan pelanggaran di hadapan Allah dengan menyembah ilah lain.

-          Tidak hanya itu, untuk melindungi bangsa, para pemimpin lebih mengandalkan kekuatan militer sendiri dan negeri-negeri asing sekutunya, daripada mengandalkan TUHAN, ALLAH mereka.

-          Jadi melalui kitab Hosea sesungguhnya ada dua pokok pesan/message yang hendak disampaikan di sini:
1)      Hosea memperingatkan bangsa Israel bahwa mereka akan dihukum karena tidak setia kepada TUHAN,
2)      Namun di sisi lain, ia juga memberi harapan bahwa Allah akan mengampuni mereka dan memberi mereka sebuah permulaan yang baru sebagai umat pilihan Allah.

§  Menarik jika kita perhatikan pesan Nabi Hosea ini. Mengapa? karena pesan ini hendak memberikan sebuah penegasan bahwa ada sebuah harapan dan pengampunan Allah kepada umat-Nya, atas dosa yang telah dilakukan.

§  Kendati sebagai anak-anak Tuhan kerapkali umat tidak setia, namun Allah tetap setia. Apa arti setia di sini? saya mengutip Pdt. Raprap dalam bukunya kumpulan khotbah jenaka, ia mengungkapkan bahwa setia berarti ‘tidak berubah’. Akar kata setia sebenarnya berarti “tidak berubah”. Ini point utamanya! Orang yang setia berarti orang yang tidak berubah dalam hal apa yang sudah ia berikan komitmennya. Janjinya, imannya, semuanya tidak berubah. Dalam kehidupan à contoh utama: suami harus setia kepada istri demikian pula sebaliknya.

§  Kalau begitu apa artinya jika Tuhan setia kepada kita? artinya Dia tidak berubah! Mengapa Tuhan setia/ Tidak berubah? Jawabannya jelas! Karena kita adalah milik-Nya, kita adalah makhluk yang dikasihi Allah…. (seperti telah disampaikan di awal khotbah ini (tentang ‘milik’).

§  Jika demikian, maka bagaimana kita menanggapi kasih Allah itu dalam hidup kita? à dirangkumkan dengan 3-K
1.       KETERBUKAAN UNTUK MENERIMA KASIH ALLAH DALAM HIDUP KITA. kita membuka diri kita…hati kita untuk menerima kasih Allah. Sungguh disayangkan jika dalam kehidupan yang kita jalani, ternyata hati kita cenderung menutup diri akan kasih Allah, karena kita lebih mengutamakan diri kita sendiri. Ego kita.

Jika kita berkaca pada hidup yang kita jalani sungguh disayangkan jika ternyata kita merasa tidak memerlukan kasih Allah dalam hidup kita. Merasa sudah cukup dengan apa yang ada pada kita, kita berpikir bisa melakukan segala sesuatunya sendiri! sehingga dalam praktiknya kita pun lupa untuk merenungkan kasih dan cinta Allah kepada kita. ini tentu harus kita perhatikan bersama dalam praktiknya.

2.       KERENDAHAN HATI KITA DALAM MENANGGAPI KASIH ALLAH. Jika kita telah terbuka menerima kasih Allah, maka diperlukan kerendahan hati di dalamnya. Kerendahan hati yang dimaksud adalah kerendahan hati dalam menyambut dan menanggapi kasih Allah yang demikian besar dicurahkan kepada kita sehingga kita menjadi milik-Nya. Umat yang dipelihara, dijaga, dicintai bahkan teramat dikasihi-Nya.
Apa bentuk konkret yang dapat kita lakukan? SEDERHANA! Saya meminjam sebuah judul dalam renungan wasiat persis hari ini 14 Nov, “Mencetak Kebaikan”. Jika dengan kerendahan hati kita menyambut kasih Allah, maka hidup kita menjadi berkat bagi orang lain, karena setiap hari kita mencetak kebaikan, bukan malah sebaliknya. Ini menjadi hal yang penting pula yang perlu dan mestinya kita gumulkan.

3.       KESEDIAAN MENGEKSPRESIKAN KASIH DARI ALLAH YANG ADA DALAM DIRI KITA: jika kita telah mengalami kasih Allah dalam hidup kita, maka kita juga diajak untuk bersedia mengekspresikan kasih itu kepada orang lain.

Singkatnyaà jika Allah telah lebih dahulu mengasihi kita, mengampuni kita dan memberikan pengharapan baru, maka sudah sepatutnyalah kita pun memiliki kesediaan untuk menyatakan kasih kepada orang lain. Hal inilah yang akan dibahas lebih lanjut minggu mendatang sebagai kelanjutan tema KASIH kita sebulan ini.





Godbless