Rabu, 09 Februari 2011

KHOTBAH KEBAKTIAN MINGGU POS JEMAAT CURUG
12 Desember 2010
Sabar dalam Menantikan Syalom yang Sesungguhnya

§  DOA PELAYANAN FIRMAN
§  PEMBACAAN ALKITAB                                                                             
a.       Bacaan Pertama              : Yesaya 35:1-10
b.      Antar Bacaan                    : Mazmur 146:5-10
c.       Bacaan Kedua                   : Yakobus 5:7-10
d.      Injil        (gloria)
PF         :   Bacaan ketiga diambil dari Injil Tuhan Yesus Kristus menurut Matius 11:2-11. Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya. MARANATHA
 

-Khotbah-

Tidak dapat dipungkiri negeri di mana kita tinggal saat ini tidak dapat dilepaskan dari masalah. Betul? Tanggal 8 desember yang lalu saya iseng melihat berita online ingin mengetahui apa yang terjadi dalam berita pada hari itu. Tidak diduga, ternyata isinya begitu merisaukan kita sebagai masyarakat.

Ada berita mengenai dugaan Korupsi Obat di RS Duren Sawit, Dugaan Penyimpangan Dalam Pengelolaan Tabungan Haji, ada pula berita tentang Gayus yang tidak pernah berhenti, belum lagi kriminalitas yang terjadi di beberapa daerah. Salah satunya adalah berita tentang seorang Pelajar Luka Bacok Saat Tawuran di Depan LP Cipinang. Persoalan lain adalah masalah kondisi alam di Negara kita. dilaporkan oleh detik dot com tersebut bahwa akses Magelang-Yogya Tertutup Lahar Dingin Setinggi 1 Meter kendati saat ini menurut berita semua jalan sudah dibuka kembali-ini berita terakhir.

Tentu masih banyak berita lain yang muncul. Itu hanya segelintir saja… namun dari yang segelintir itu kita dapat melihat bagaimana pergumulan dan situasi yang terjadi di Negara kita tercinta ini.
Pertanyaannya apakah kondisi demikian yang diharapkan terjadi? tentu saja dengan tegas kita harus mengatakan TIDAK! sebaliknya…situasi yang kita harapkan adalah situasi yang damai. Tidak ada persoalan. Adem ayem saja seperti jalan tol cipularang. Mulus-mulus. Bukan begitu?

Keadaan yang demikianlah yang kemudian tema kita tuliskan sebagai sebuah syalom. Pertanyaannya adalah apa arti Syalom? Bacaan Firman Tuhan kita hari ini melalui perikop Yesaya 35:1-10 mengungkapkan bahwa syalom yang dimaksud adalah :

1.       Gambaran mengenai sebuah kondisi yang di dalamnya situasi lingkungan berada dalam keadaan baik.
2.       Syalom adalah sebuah keadaan dimana yang lemah dikuatkan, dan yang tawar hati akan mendapat penghiburan dan pengharapan. Syalom adalah sebuah keadaan yang di dalamnya tidak ada penderitaan.. kesusahan, tidak ada sakit penyakit dan kematian. Ayat ke-5 dan 6 bahkan menyatakan bahwa syalom juga berarti keadaan yang di dalamnya ada kondisi kesempurnaan, pemulihan dan pengampunan dosa dari Allah. Ini terkhusus ditujukan kepada mereka yang dituliskan adalah orang-orang buta, bisu, tuli, lumpuh, dan cacat lainnya.
3.       Terakhir syalom yang dimaksud juga adalah sebuah gambaran jalan pembebasan yang dikerjakan oleh Allah bagi manusia, yang kemudian seperti telah dinubuatkan Yesaya, sosok itu tampak dalam diri Yesus Kristus, Sang Penebus umat manusia.

Menarik, bahwa apa yang diungkapkan oleh bacaan I kita ternyata berpadanan dengan Injil Matius (Injil hari ini).  Matius 11 khususnya ayat 4-6 menjelaskan perihal sosok Mesias yang ada dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Konsep Mesias yang bagaimana yang tampak di sini? Mesias yang digambarkan menurut Injil Matius adalah Mesias yang membawa pembebasan dan memberitakan kabar baik. Orang buta dicelikkan, orang lumpuh dapat berjalan, orang kusta ditahirkan, orang tuli mendengar, juga orang mati dibangkitkan, semuanya itu merupakan bukti yang menjelaskan kemesiasan Yesus.

Kehadiran Yesus di tengah dunia inilah yang merupakan bayang-bayang shalom yang sesungguhnya. Syalom yang sejati dan kekal baru akan datang kemudian yaitu pada saat kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya. 
Minggu ini kita telah memasuki Minggu Adven III.  Seperti namanya ‘adventus’, saat ini kita masih berada dalam masa penantian akan kedatangan Kristus dalam hidup kita. Kedatangan-Nya bukanlah sebuah ketidakpastian, namun justru kita meyakini bahwa kedatangan-Nya adalah kepastian. Kristus yang adalah Mesias itu pasti datang kedua kali sebagai Hakim yang mengadili setiap kita manusia.

Aplikasi:

Karena kita telah meyakini Kristus sebagai Mesias dalam hidup kita, maka penting bagi kita untuk memiliki sikap yang tepat di dalam masa penantian tersebut. Sikap yang bagaimana yang mestinya kita lakukan? Kita dapat belajar dari Bacaan II kita hari ini yaitu Surat Yakobus, yang dengan tegas berbicara mengenai sikap SABAR.

Pertanyaannya adalah “sabar” yang bagaimana yang dimaksud? Penulis Surat Yakobus dalam Yakobus 5:7-10 menyatakan bahwa sabar yang dimaksud seperti diungkapkan dalam bahasa aslinya yaitu “makrothameo”, yang berarti tetap memiliki semangat yang panjang. Makrothameo akan memampukan setiap orang percaya untuk tetap setia dan tekun dalam menantikan kedatangan Tuhan. 

Perumpamaan yang digunakan oleh Yakobus adalah perumpamaan tentang hidup seorang petani. Apa yang dilakukan oleh petani ketika panen tiba? Dituliskan dengan jelas bahwa Ia akan sabar menunggu dan penuh ketekunan dalam menanti waktu panen tiba.

Belajar dari petani:
v  Mereka mengawali dengan bangun pagi setiap hari.
v  Pergi ke sawah menanam benih,
v  ketika benih itu mulai tumbuh, ia menyiangi rumput yang tumbuh bersama benih, sebab kalau rumput itu dibiarkan hidup akan menggangu pertumbuhan tanaman padi.
v  Ketika tananam padi itu sudah saatnya diberi pupuk, mereka memberi pupuk dan bekerja keras kembali tanpa mengenal lelah.
v  Siang dan malam menjaga tanaman padi. Tidak mengeluh manakala terik matahari menyengat kulit atau saat hujan mengguyur tubuh mereka.
v  Kesabaran merekapun terus diuji manakala mereka harus berhadapan dengan hama wereng yang menyerang tananam padi. Itu yang dilakukan petani untuk mendapatkan hasil panennya  

Kalau melihat gambaran seorang petani ini, maka kita dapat tiba pada sebuah pemahaman bahwa sabar menunggu dan penuh ketekunan (seperti tertulis dalam Yakobus) kita artikan sebagai sebuah sikap yang tidak hanya pasif semata, namun justru sebaliknya kita bersikap aktif!

Jika petani itu dikatakan sabar menunggu dan memiliki ketekunan, ini sesungguhnya berarti bahwa:
 1) petani itu mempunyai pengharapan bahwa akan diperoleh hasil yang terbaik dari apa yang dilakukannya dan
2) petani itu pun tidak hanya berpangku tangan saja dalam menanti, namun ia juga tetap bekerja dengan keras dan giat.

Atau secara singkat dapat disimpulkan bahwa berkaca dari ilustrasi “petani” tersebut, kita diajak tidak hanya berserah tanpa usaha sama sekali/hanya mengharapkan hasil tanpa pernah bekerja keras untuk mendapatkannya. Yakobus tidak bermaksud membuat umat Kristen menanti saja dengan pasrah waktu kedatangan Tuhan (parousia) yang memang tidak diketahui waktunya secara pasti. Namun setiap kita harus siap sedia, melakukan sesuatu dalam masa penantian tersebut. Inilah sesungguhnya hakekat Adven yang tengah kita jalani saat ini. 

Sikap yang seyogyanya juga diterapkan dalam masa penantian ini adalah seperti diuraikan oleh penulis Surat Yakobus:
1.       Keteguhan hati (ayat ke-8) : ini merupakan penegasan ulang tentang sikap sabar. Apa arti keteguhan hati? Keteguhan hati berarti kita tetap tegar tatkala menghadapai penderitaan, tanpa kehilangan prinsip iman yang harus diperjuangkan. (ilustrasi Joseph Scruven)

Pada awalnya hidup terasa begitu sempurna: keluarga berada, lulus universitas, tunangannya cantik dan mereka mau menikah. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan. Dia bergumul dengan keluarganya, dan yang paling menghancurkan perasaan Joseph pada waktu itu adalah tunangannya meninggal karena sebuah kecelakaan tepat satu hari sebelum mereka menikah.

Dua tahun dia berjuang untuk memulihkan diri, bangkit dari rasa duka itu. Joseph pun memutuskan untuk pergi merantau. Hidupnya kembali bersemangat ketika di perantauannya, Joseph bertemu dengan seorang gadis dan mereka bertunangan. Tapi, sekali lagi maut merebut sukacita dalam diri Joseph, tunangannya -sekali lagi- meninggal dunia karena sakit keras, tepat beberapa hari sebelum mereka menikah.

Sekali lagi dia jatuh terhantam dengan kesedihan mendalam. Dan karena rasa sedihnya itu dia mulai menyendiri. Kesedihan yang tidak terobati. Kedukaan yang tidak terhiburkan. Itu akan semakin merenggut sukacita yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita.

Ratapan 3:18-20
"Sangkaku hilang lenyaplah kemasyuranku dan harapanku kepada Tuhan. Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu. Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku."

Perasaan-perasaan bahwa Tuhan tidak peduli,
Perasaan-perasaan bahwa aku yang paling bersalah untuk kejadian itu
Itulah yang menjadi jangkar bagi kapal kehidupan kita sekarang,
yang membuat kapal kita tak bisa lepas dari rasa duka dan sedih dan tekanan di jiwa. Joseph bergumul akan hal itu, dia tarik ulur terus dengan jangkar kesedihan hatinya.

Hingga satu hari dia mendengar ibunya di kampung halaman sakit keras dan dia tidak bisa datang menjenguk ibunya. Joseph kemudian menuliskan sebuah syair dan mengirimkan syair itu untuk menghibur ibunya. Syair lagu itu kita temukan dalam Kidung Jemaat 453 “Yesus Kawan Yang Sejati”. Apa yang terjadi dalam diri Joseph pada waktu itu? Dia berjuang untuk beralih dari suasana kesedihan hatinya menuju sesuatu yang dapat menenangkan dan mengangkat beban kehidupannya.

Dan Joseph menemukan kedamaian itu dalam diri Dia, sosok Yesus yang selalu menjadi kawan baginya…  imannya tidak goyah, dan itulah sesungguhnya prinsip tegar tatkala menghadapi penderitaan.
Inilah Keteguhan hati. Dgn keteguhan hati ada sebuah keyakinan yang kokoh, shg tidak mengalami kebimbangan dlm menanti kedatangan Kristus. 

2.       Tidak bersungut-sungut (ayat ke-9) : dalam masa penantian, sikap ini juga merupakan sikap yang sangat penting terutama untuk bisa memelihara persekutuan jemaat. Jangan bersungut-sungut! Ini pula yang mestinya kita lakukan. Kendati ironisnya dalam hidup kita mungkin bersungut-sungut atas penderitaan, persoalan hidup inilah yang kita lakukan… namun melalui bacaan FIrman Tuhan kita diingatkan untuk tidak bersungut-sungut.

Sikap ini kemudian dilanjutkan dengan tidak saling mempersalahkan. Orang-orang yang tidak sabar dan tidak memiliki keteguhan hati, umumnya akan bersungut-sungut dan kemudian saling mempersalahkan satu sama lain. Istilah asli saling mempersalahkan adalah “katakrino” juga berarti saling menghakimi. Apakah kita pernah atau mungkin saat ini sedang berada dalam situasi demikian? hanya diri kita yang mengetahuinya. Sikap demikian sesungguhnya juga patut kita hindari. Jangan saling menghakimi di antara kita karena itu tidak dikehendaki oleh Tuhan.

3.       Mengikuti teladan para nabi (ayat ke-10) : sikap ini juga merupakan anjuran yang ditujukan kepada jemaat masa Yakobus. Mengikuti teladan para nabi adalah sikap holistik yang mengandaikan bahwa pembaca Yakobus memahami cara hidup para nabi dalam urusan yang jasmaniah maupun rohaniah. Hal-hal yang positif yang menjadi teladan para nabi inilah, mestinya menjadi sikap yang dilakukan dalam masa penantian akan kedatangan Kristus di dalam kehidupan kita.  

Umat Tuhan, inilah sikap-sikap yang dapat kita renungkan dalam Minggu Adven III ini. Sikap yang pertama ditekankan adalah sabar (seperti tema kita). Mengapa? karena melalui sikap sabar, sesungguhnya akan timbul keteguhan hati, tidak bersungut-sungut, dan tidak saling mempersalahkan satu dengan yang lain.  Pertanyaannya adalah apakah kita mampu bersikap sabar dalam masa penantian ini? Hanya diri kita pribadi yang mampu menjawabnya. Selamat menyongsong kehadiran Kristus dalam masa Adven ini. Tuhan Memberkati kita semua. AMIN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar