Selasa, 24 Agustus 2010

“Tuntun Aku Tuhan Allah“
(Kidung Jemaat 412)

Tanpa terasa kita telah memasuki tahun 2010. Itu berarti bahwa sebuah kehidupan yang baru, disertai dengan aktivitas yang akan dilalui di tahun baru ini menjadi bagian dalam kehidupan kita. Apa yang terjadi di depan, tidak ada yang mengetahuinya. Baik suka maupun duka, senang atau sedih, kecewa atau sebaliknya bahagia, ini akan menjadi pergumulan yang sudah pasti kita temui dalam perjalanan kita setiap harinya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menyerahkan hidup ini hanya kepada Dia yang menuntun setiap langkah kehidupan kita. Ini seperti diungkapkan oleh lagu dalam Kidung Jemaat nomor 412 berjudul “Tuntun Aku, Tuhan Allah”. Bagaimana sejarah lagu ini ditulis? Kita akan melihatnya dalam kisah lagu berikut ini. 
Sudah berabad-abad orang-orang di Wales Inggris terkenal sebagai penyanyi. Sampai sekarang pun, tiap tahun mereka mengadakan pesta dan lomba menyanyi di sebuah kota bernama Liangollen. Wajarlah, bila Wales kemudian menyumbangkan lagu-lagu ke masyarakat dunia, dan KJ 412 yang berjudul “Tuntun Aku, Tuhan Allah” inilah salah satunya.
Awal abad ke-18, seorang pengkhotbah yang bernama Howell Harris menggugah hidup kerohanian penduduk dengan khotbahnya dan caranya mengajak umat untuk menyanyi dengan penuh semangat penginjilan. Salah seorang yang hidupnya tersentuh karena khotbahnya adalah William Williams. Siapakah Williams ini? Williams adalah seorang yang terkenal sebagai Sweet Singer of Wales”. Ia juga diangkat menjadi diaken/syamas kala itu. Sebenarnya, Williams ini mengambil bidang kedokteran untuk studinya. Akan tetapi, setelah mendengar khotbah dan melihat semangat menginjili dari Harris, maka Williams yang masih muda ini bersedia memberikan seluruh hidupnya untuk pelayanan penginjilan. Ia sempat menjadi pendeta di dua jemaat gereja Anglikan, namun ia tidak betah melayani dalam gereja yang penuh tatacara kebaktian itu, yang dilakukan dalam bahasa Latin.
Selama empat puluh tiga tahun, ia menginjili dan bernyanyi, bahkan ia pun naik kuda sejauh hampir seratus enam puluh ribu kilometer, namun ia tidak terikat pada satu jemaat. Hidup yang dilaluinya penuh dengan pergumulan, tetapi orang sangat menghormatinya. Di seluruh wilayah Wales, ia dihormati sebagai pengkhotbah yang penuh dengan kuasa, namun lebih dari itu, Williams juga dihormati dan disayangi sebagai penyanyi. Sayang, kebanyakan lagu-lagunya justru dinyanyikan dalam bahasa Wales, sehingga tidak dimengerti secara penuh. Kendati demikian menarik bahwa ternyata lagu ini menembus batas-batas di wilayah tersebut bahkan selanjutnya menjadi lagu yang terkenal di seluruh dunia.
Bila kita memperhatikan dengan saksama isi syair lagu ini, maka kita dapat menemukan adanya kemiripan hidup manusia dengan perjalanan bangsa Israel yang keluar dari perbudakan di Mesir, menuju tanah perjanjian yang sudah dijanjikan oleh Allah kepada mereka. Perhatikanlah kata-kata yang terdapat dalam baris pertama, dimana dituliskan: “Tuntun aku, Tuhan Allah, lewat gurun dunia”; kemudian dilanjutkan dengan “Roti sorga”, “Sumber air Hidup”, “Berjalanlah di muka dengan tiang awan-Mu”, dan “Pada batas sungai Yordan”. Ungkapan-ungkapan yang digunakan semakin menjelaskan penyerahan diri kita kepada Tuhan, karena Dialah yang dapat menuntun kita dalam melewati pergumulan dunia yang tidak mudah yang harus kita hadapi.
Melodi lagu ini ditulis pada tahun 1907 oleh John Hughes, seorang komponis yang dilahirkan pada tanggal 22 November 1873, yang juga berasal dari daerah Wales. Hughes dikenal sebagai pengarang lagu-lagu Sekolah Minggu dan nyanyian gereja. Lagu KJ 412 ini adalah salah satu lagunya yang menjadi lagu sangat popular di Wales dan sekitarnya. Menarik bahwa tak jarang penonton yang tengah menyaksikan pertandingan rugby pun tiba-tiba dapat menyanyikan lagu ini dengan suara yang membahana. Sebagai informasi, lagu ini sudah diterjemahkan dalam lebih dari 80 bahasa di seluruh dunia. Ini berarti bahwa lagu ini sangat disukai oleh banyak orang.
Melalui lagu ini kita belajar untuk senantiasa berpegang pada janji Tuhan yang diberikan kepada kita. Penting bagi kita untuk terus teguh beriman kepada-Nya, dalam setiap langkah hidup kita. Karena apa? Karena kita harus meyakini bahwa Tuhanlah yang menuntun dan menopang hidup kita.

Sdri. Gloria Tesalonika S.Si (Teol)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar