Selasa, 24 Agustus 2010

Bila Muka dengan Muka - KJ 267 info lagu

BILA MUKA DENGAN MUKA
Kidung Jemaat 267

Saudara-saudara yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak, akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci (I Yohanes 3:2,3)

            Dalam tulisannya “Apa sebabnya dikarang?” Pengarang lagu ini, Grant Colfax Tullar, menceritakan keadaan yang cukup aneh yang kemudian mendorong untuk mengarangnya. Ia menyebut lagu ini “lagu selei”. Peristiwanya sebagai berikut: “Suatu kali pada waktu kami bertiga makan, saya melihat bahwa selei dalam botol tinggal sedikit lagi. Memang sore itu kami sibuk sekali mengunjungi orang-orang sakit, sehingga tidak teringat bahwa selei di rumah sudah hampir habis. Demi menghormati dua sahabat yang lain, saya persilahkan untuk menyendoknya, tetapi rupanya di muka saya terbaca, bahwa saya sudah takut mereka akan menghabisinya. Kedua sahabat saya itu menolak, sehingga dengan suara yang cukup gembira saya bertanya: “Jadi ini semua untuk saya saja?”
            Tiba-tiba kata-kata “Untuk saya” mempunyai arti yang sangat mendalam bagi saya. Sebagai refleks saya taruh lagi selei itu di atas meja, pergi ke piano, ambil sehelai kertas dan seketika itu juga lahir satu lagu dengan kata-kata awal: Untuk saya Yesus mati, menderita di salib.
            Besoknya, saya menerima surat dari Nyonya Beck dan di dalamnya ada beberapa syair. Ternyata ada satu syair yang pas cocok untuk melodi yang saya karang malam sebelumnya. Tuhan mengatur segalanya dengan baik. Lagu saya dan syair itulah yang dikenal dunia sekarang. “Terpujilah Tuhan”.
            Pengarang syair ini, Carrie E.Breck lahir 22 Januari 1855 di Walden, Vermont, Amerika. Ia menikah dan mempunyai lima anak perempuan. Ia sudah mengarang lebih dari 2000 syair. Hidupnya cukup sibuk sebagai isteri, ibu, dan pengarang. Ia mencatat demikian: “Saya menulis syair kapan saja dan di mana saja, kadang-kadang sambil menggendong bayi, bahkan sambil menyapu atau mencuci piring, otak saya mengarang terus. Sayang, saya tidak dapat mengarang lagu, tetapi saya suka music dan dapat merasakan irama.
            Pengarang melodinya, Grant Colfax Tullar, lahir pada tanggal 5 Agustus 1869 di Bolton, Connecticut, Amerika. Ibunya meninggal ketika ia baru berumur 2 tahun. Pengalaman di masa mudanya cukup pahit, penuh pergumulan, suka minum bahkan hingga mabuk. Dalam sebuah pertemuan muda-mudi, ia mengalami pertobatan dan mulai menata kembali hidupnya. Ia akhirnya menyadari bahwa dirinya memiliki bakat menyanyi, bermain organ dan mengarang lagu. Tidak berapa lama setelah itu, ia membuat sebuah keputusan yang tidak mudah yaitu menjadi seorang pendeta di sebuah gereja Metodis, juga menjadi seorang penginjil. Ia mendirikan satu penerbitan yang menerbitkan cukup banyak nyanyian.
            Ada satu ceita yang menarik mengenai lagu “Bila Muka Dengan Muka” ini. Ada sepasang suami isteri yang bekerja untuk China Inland Mission dan bekerja di Tiongkok. Suatu kali, mereka ditangkap oleh beberapa teroris Tiongkok dan dibawa ke atas suatu bukit. Ketika algojonya menghunus pisau panjang dari pundaknya, suami isteri mulai menyanyikan “Bila Muka Dengan Muka” dengan keyakinan bahwa mereka akan melihat muka Tuhan nantinya. Hal yang mencengangkan adalah algojo itu malah menyarungkan pisaunya. Kedua hamba Tuhan ini pada akhirnya tidak dibunuh, sebaliknya mereka dilepaskan dan dipulangkan ke Shanghai kembali. Setelah mengalami peristiwa tersebut, suami isteri terus menjalankan pelayanannya sambil menceritakan apa yang mereka alami itu kepada orang banyak.

Sumber: Kisah Kidung (Alfred Simanjuntak)     





Gloria Tesalonika S.Si (Teol)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar