KHOTBAH NATAL GKI CITRA 1
Kamis, 25 Desember’14, pk. 18.00
“Natal, Kala Allah Mentransformasi Umat-Nya”
(Yesaya
62:6-12; Mazmur 97; Titus 3:4-7; Lukas 2:8-2)
Natal
dan Revolusi Mental. Itulah judul renungan Natal, pesan Natal yang tertulis
dalam Kompas Rabu 24 Desember 2014 kemarin, yang ditulis oleh MGR (monsegneur -
pemimpin Katolik) Yustinus Harjosusanto MSF, seorang uskup Tanjung Selor.
Dalam
pesannya dituliskan bahwa ada sebuah hal yang istimewa dalam perayaan Natal
tahun ini karena dirayakan di tengah ajakan pemerintah kepada seluruh rakyat
Indonesia untuk melakukan revolusi mental. Seperti kita ketahui Revolusi Mental
adalah visi utama yang digaungkan dan disuarakan oleh Presiden terpilih yaitu
Joko Widodo yang berpasangan dg wakil Presiden Jusuf Kalla.
Kehadiran
presiden baru dalam diri Jokowi memberikan angin segar dalam dunia politik di
Indonesia. Dari beberapa pengamatan masyarakat – banyak yang menyebutkan bahwa sosok
Jokowi berbeda dari pemimpin kebanyakan. Ia muncul dari
rakyat, dan berasal dari
keluarga sederhana. Oleh karenanya kalau kita perhatikan sosok Jokowi
ini dikenal sangat bersahaja, ia begitu sederhana. Kalau lihat proses
pengumuman menteri bahkan hingga pelantikannya, pakaian yang dikenakan oleh pemimpin ini
sangat sederhana namun mengandung makna. Pengumuman – putih (lengan juga
ditarik-tekad mau langsung kerja); pelantikan batik. – mendobrak hal umum yang
terjadi – batik simbol ‘Indonesia. Itu baru dari pakaian. Belum lagi berita
yang menyebutkan beberapa waktu lalu ia menghadiri wisuda anaknya di luar
negeri, ia duduk di kursi kelas biasa. DIanya biasa-biasa saja, ehh masyarakat
yang “KEPO”, beritain inilah…itulah… yang mempertanyakan kok pemimpin Negara…
presiden lagi… duduknya di kelas biasa…
Itulah contoh konkret
kesederhanaan Jokowi. Namun demikian, di tengah kesederhanaannya itu,
Jokowi hadir menampilkan keberanian yang ditampakkan dalam tindakan bahkan ciri khasnya ‘blusukan’, menunjukkan kualitas dirinya yang mau
berjuang untuk kesejahteraan
bagi masyarakat. Ketika ada bencana di sinabung, ia blusukan “langsung
kesana…”, ketika beberapa waktu lalu bencana longsor “ia juga blusukan ke
sana,,, bahkan dituliskan dalam berita Tempo : dengan pengawalan yang tidak
terlalu ketat, ia langsung ke lokasi pencarian korban, membaur dg para relawan,
tentara dan polisi yang tengah sibuk mencari korban.
Dari sekian hal yang bisa kita
saksikan, visi revolusi mental menjadi sebuah JARGON yang terus dikumandangkan dan
disuarakan oleh sosok Jokowi. Melalui visi “Revolusi Mental”
yang disuarakannya Jokowi hendak menyatakan bahwa semangat untuk mengembangkan
bangsa dan negara memang TIDAK BISA TIDAK harus dimulai dari pembangunan mental dan karakter manusianya.
Kalau tidak dimulai dari itu semua : perubahan diri, mental masyarakat ‘mental dalam artian yang tidak hanya
menyangkut hal batiniah namun menyeluruh : mental bicara soal cara berpikir,
cara bernalar, cara membuat pertimbangan dan mengambil keputusan-jadi
berkaitan dg keseluruhan diri; maka tidak akan terjadi perubahan.
Kalau
demikian : maka pertanyaannya apa hubungan Natal yang mentransformasi *demikian
tema besar Natal th ini dg revolusi mental? Tentu ada hubungannya. Bahkan sangat terkait
erat. Keduanya dg tegas menyatakan pentingnya sebuah
perubahan. Kata transformasi menurut KBBI berarti
perubahan bentuk; perubahan sifat, juga perubahan rupa. Kalau bicara tentang transformasi maka
istilah ini erat dihubungkan dengan mengubah dan memunculkan yang baru, tentunya
bermakna positif. Ketika ada suatu
perubahan tentunya perubahan yang mengarah pada hal positif : memberikan makna
tersendiri dalam kehidupan kita. Tak beda dg itu revolusi juga mengarah pada
adanya perubahan, bahkan perubahan yang radikal, cepat, untuk mencapai sesuatu.
Ambil contoh revolusi industri – maka itu terkait dg perubahan radikal dalam
usaha mencapai produksi dg menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga
penggerak/pemroses.
Peristiwa
Natal sesungguhnya merupakan bentuk transformasi Allah kepada manusia. Natal
adalah peristiwa ketika Tuhan yang mengenal manusia yang lemah dan tak berdaya
karena dosa, mau menyatakan bela rasa dan bertindak langsung untuk
menyelamatkan manusia. Pengenalan keadaan itu bukan hanya menanti pihak manusia
berseru minta tolong, namun terlebih dari pihak Allah yang Maha mengenal setiap
kita. Bela rasa dan kasih Allah inilah, yang ketika tiba waktunya membuat Ia
bertindak dengan cara apapun agar manusia diselamatkan, dan itu dinyatakan
ketika Ia rela mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama
dg manusia. Sebuah tindakan yang amat istimewa. Seorang Raja mulia, rela
‘menjadi hamba’ untuk melaksanakan misi Allah penyelamatan dunia.
Kalau
kita membaca Injil Lukas bacaan kemarin yang dilanjutkan hari ini, dituliskan
bagaimana kehambaan Yesus nampak ketika pilihan tempat lahir bukanlah Yerusalem
kota terbesar zaman itu, namun Betlehem, kota yang kecil. *lagu
Hai Kota Mungil-uraikan syairnya- . Tidak hanya itu, dituliskan dalam Firman
Tuhan Yesus
lahir bukan di istana megah, namun di sebuah tempat yang hina. Bayi Yesus dibungkus dg lampin
bahkan harus diletakkan di dalam palungan (tempat makanan ternak), karena tiada
tempat bagi mereka untuk tinggal disana.
Belum lagi para penyaksi kelahiran Yesus
pertama-tama adalah para gembala Luk 2:8-20, komunitas yang juga sederhana
bahkan kerap dipandang sebelah mata dipandang hina. Karena kesibukan mereka mengurus ternak,
kerap menjadikan mereka jarang terlibat dalam seremoni/ibadah di Bait Suci.
Mereka juga kerap mengesampingkan aturan baku agama Yahudi, misalnya mencuci
tangan dan berpuasa. Karena itu amat IRONIS, gembala dipandang sejajar dengan
orang kafir bahkan sampah masyarakat.
Namun
amat indah berita Firman justru menuliskan bahwa kelahiran Yesus pertama kali
disampaikan kepada para gembala di padang Efrata. Bahkan kita melihat respons mereka. Kejadian spektakuler : tidak
membuat mereka berdiam diri berlama-lama. Sesaat setelah malaikat pergi : Lukas
2:15 = “… marilah…” TAKE ACTION Mereka
bertindak. Bahkan tidak hanya bertindak = mereka bertindak dengan cepat
“Take action =” SEGERA! Tanpa menunggu dan menunda. Tanpa berdebat panjang
untuk mengambil keputusan = SEGERA. IMMEDIATELY. Alkitab menuliskan “…mereka
cepat-cepat berangkat”. Karena mereka meyakini bahwa kelahiran Yesus adalah
sebuah peristiwa yang membawa perubahan bagi dunia. Berita Natal membawa damai
sejahtera bagi manusia yang berkenan kepada-Nya.
Yesus hadir dalam kesederhanaan. Ia hadir
menjumpai komunitas sederhana ‘para gembala’. Melalui kisah kelahiran
Yesus kita dapat melihat bahwa sejak
kelahiran-Nya, bayi Yesus hadir bersama mereka yang tertindas, mentransformasi hidup
dan
mengembalikan harapan hidup mereka. Apakah keadaan para gembala
setelah kedatangan malaikat Tuhan memberitakan kabar sukacita kelahiran Yesus
Kristus menjadi berubah? TIDAK! Mereka tetap adalah gembala yang sederhana. Namun
Tuhan mengubah mereka dengan memberikan makna dan harapan baru, harapan akan
dunia yang di dalamnya ada kasih dan damai sejahtera Allah. Mereka yang awalnya dipandang
hina, merasakan keberhargaan hidup sebagai manusia. Sama dg manusia yang lain.
Inilah sesungguhnya makna
Natal..arti Natal yang sejati. Natal mengajak kita berefleksi akan karya Allah
yang mentransformasi dan membawa kehidupan yang baru bagi manusia. Tranformasi
itu nyata melalui kehadiran Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.
Natal,
Kala Allah Mentransformasi Umat-Nya. Kalau Allah telah melakukan secara konkret
‘transformasi’ itu, maka bagaimana dengan kita? Kehadiran Allah yang
mentransformasi mestinya juga mendorong kita untuk JUGA melakukan dan menunjukkan
transformasi hidup itu dalam praktik dan kebiasaan hidup kita sehari-hari
terhadap apa yang ada di sekitar kita. Apalagi di tengah dunia yang terus berubah dg cepat… Transformasi
yang Allah nyatakan melalui peristiwa Natal mengajak kita umat Tuhan untuk mengalami
hidup yang juga diubahkan dan mengubah diri sehingga semakin serupa dg Kristus.
Hidup yang diubahkan dan dibarui adalah hidup yang
tidak lagi diarahkan hanya untuk diri sendiri. Kesenangan diri… kebahagiaan
dalam ukuran kita ‘tadi visualisasi tarian menggambarkan bahwa itulah tantangan
dunia… yang kerapkali membuat kita lupa siapa yang harus kita cari-
spiritualitas yang harus kita kejar… keberserahan penuh kepada Allah Sang
pemilik hidup kita… bukan yang lainnya… bukan tidak mungkin kita kerap ada
dalam tahap seperti dilukiskan oleh ulat-ulat tadi… dijabarkan-
Namun
melalui Firman Tuhan, berita Natal kita diingatkan bahwa hidup yang diubahkan,
ditransformasi, dibarui adalah hidup yang tidak diarahkan untuk diri sendiri,
kenikmatan diri dan dunia; namun diarahkan untuk sekitarnya. Transformasi
yang Allah lakukan mestinya menginspirasi dan mendorong kita untuk berjuang bersama Allah bagi proses
transformasi
hidup di tengah kehidupan kita. Bentuk transformasi yang dapat dilakukan adalah
memperjuangkan hidup dengan baik dan bijaksana, sehingga hidup menjadi bermakna, keadilan dan kebenaran mendapat tempat di hati
setiap manusia.
Tentu
hal ini amat tidak mudah. Ngga gampang. Oleh karenanya perlu memiliki kemauan
dan komitmen seraya dengan itu kita mohon hikmat Tuhan melalui Roh Kudus-Nya
untuk menolong dan memampukan kita. Kita meyakini pertolongan Tuhan selalu
dinyatakan.
Akhirnya
:
Selamat
mengalami proses transformasi hidup melalui momen Natal yang kita rayakan
bersama.
Selamat
Natal 2014.
Tuhan
Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar