Kamis, 08 Januari 2015

Natal Kala Allah Mentransformasi UmatNya



KHOTBAH NATAL GKI CITRA 1
Kamis, 25 Desember’14, pk. 18.00
“Natal, Kala Allah Mentransformasi Umat-Nya”
(Yesaya 62:6-12; Mazmur 97; Titus 3:4-7; Lukas 2:8-2)

Natal dan Revolusi Mental. Itulah judul renungan Natal, pesan Natal yang tertulis dalam Kompas Rabu 24 Desember 2014 kemarin, yang ditulis oleh MGR (monsegneur - pemimpin Katolik) Yustinus Harjosusanto MSF, seorang uskup Tanjung Selor.

Dalam pesannya dituliskan bahwa ada sebuah hal yang istimewa dalam perayaan Natal tahun ini karena dirayakan di tengah ajakan pemerintah kepada seluruh rakyat Indonesia untuk melakukan revolusi mental. Seperti kita ketahui Revolusi Mental adalah visi utama yang digaungkan dan disuarakan oleh Presiden terpilih yaitu Joko Widodo yang berpasangan dg wakil Presiden Jusuf Kalla.

Kehadiran presiden baru dalam diri Jokowi memberikan angin segar dalam dunia politik di Indonesia. Dari beberapa pengamatan masyarakat – banyak yang menyebutkan bahwa sosok Jokowi berbeda dari pemimpin kebanyakan. Ia muncul dari rakyat, dan berasal dari keluarga sederhana. Oleh karenanya kalau kita perhatikan sosok Jokowi ini dikenal sangat bersahaja, ia begitu sederhana. Kalau lihat proses pengumuman menteri bahkan hingga pelantikannya, pakaian yang dikenakan oleh pemimpin ini sangat sederhana namun mengandung makna. Pengumuman – putih (lengan juga ditarik-tekad mau langsung kerja); pelantikan batik. – mendobrak hal umum yang terjadi – batik simbol ‘Indonesia. Itu baru dari pakaian. Belum lagi berita yang menyebutkan beberapa waktu lalu ia menghadiri wisuda anaknya di luar negeri, ia duduk di kursi kelas biasa. DIanya biasa-biasa saja, ehh masyarakat yang “KEPO”, beritain inilah…itulah… yang mempertanyakan kok pemimpin Negara… presiden lagi… duduknya di kelas biasa…

Itulah contoh konkret kesederhanaan Jokowi. Namun demikian, di tengah kesederhanaannya itu, Jokowi hadir menampilkan keberanian yang ditampakkan dalam tindakan bahkan ciri khasnya ‘blusukan’, menunjukkan kualitas dirinya yang mau berjuang untuk kesejahteraan bagi masyarakat. Ketika ada bencana di sinabung, ia blusukan “langsung kesana…”, ketika beberapa waktu lalu bencana longsor “ia juga blusukan ke sana,,, bahkan dituliskan dalam berita Tempo : dengan pengawalan yang tidak terlalu ketat, ia langsung ke lokasi pencarian korban, membaur dg para relawan, tentara dan polisi yang tengah sibuk mencari korban. 

Dari sekian hal yang bisa kita saksikan, visi revolusi mental menjadi sebuah JARGON yang terus dikumandangkan dan disuarakan oleh sosok Jokowi. Melalui visi “Revolusi Mental” yang disuarakannya Jokowi hendak menyatakan bahwa semangat untuk mengembangkan bangsa dan negara memang TIDAK BISA TIDAK harus dimulai dari pembangunan mental dan karakter manusianya. Kalau tidak dimulai dari itu semua : perubahan diri, mental masyarakat ‘mental dalam artian yang tidak hanya menyangkut hal batiniah namun menyeluruh : mental bicara soal cara berpikir, cara bernalar, cara membuat pertimbangan dan mengambil keputusan-jadi berkaitan dg keseluruhan diri;  maka tidak akan terjadi perubahan.

Kalau demikian : maka pertanyaannya apa hubungan Natal yang mentransformasi *demikian tema besar Natal th ini dg revolusi mentalTentu ada hubungannya. Bahkan sangat terkait erat. Keduanya dg tegas menyatakan pentingnya sebuah perubahan. Kata transformasi menurut KBBI berarti perubahan bentuk; perubahan sifat, juga perubahan rupa. Kalau bicara tentang transformasi maka istilah ini erat dihubungkan dengan mengubah dan memunculkan yang baru, tentunya bermakna positif. Ketika ada suatu perubahan tentunya perubahan yang mengarah pada hal positif : memberikan makna tersendiri dalam kehidupan kita. Tak beda dg itu revolusi juga mengarah pada adanya perubahan, bahkan perubahan yang radikal, cepat, untuk mencapai sesuatu. Ambil contoh revolusi industri – maka itu terkait dg perubahan radikal dalam usaha mencapai produksi dg menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga penggerak/pemroses.

Peristiwa Natal sesungguhnya merupakan bentuk transformasi Allah kepada manusia. Natal adalah peristiwa ketika Tuhan yang mengenal manusia yang lemah dan tak berdaya karena dosa, mau menyatakan bela rasa dan bertindak langsung untuk menyelamatkan manusia. Pengenalan keadaan itu bukan hanya menanti pihak manusia berseru minta tolong, namun terlebih dari pihak Allah yang Maha mengenal setiap kita. Bela rasa dan kasih Allah inilah, yang ketika tiba waktunya membuat Ia bertindak dengan cara apapun agar manusia diselamatkan, dan itu dinyatakan ketika Ia rela mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dg manusia. Sebuah tindakan yang amat istimewa. Seorang Raja mulia, rela ‘menjadi hamba’ untuk melaksanakan misi Allah penyelamatan dunia.

Kalau kita membaca Injil Lukas bacaan kemarin yang dilanjutkan hari ini, dituliskan bagaimana kehambaan Yesus nampak ketika pilihan tempat lahir bukanlah Yerusalem kota terbesar zaman itu, namun Betlehem, kota yang kecil. *lagu Hai Kota Mungil-uraikan syairnya- . Tidak hanya itu, dituliskan dalam Firman Tuhan Yesus lahir bukan di istana megah, namun di sebuah tempat yang hina. Bayi Yesus dibungkus dg lampin bahkan harus diletakkan di dalam palungan (tempat makanan ternak), karena tiada tempat bagi mereka untuk tinggal disana.

Belum lagi para penyaksi kelahiran Yesus pertama-tama adalah para gembala Luk 2:8-20, komunitas yang juga sederhana bahkan kerap dipandang sebelah mata dipandang hina. Karena kesibukan mereka mengurus ternak, kerap menjadikan mereka jarang terlibat dalam seremoni/ibadah di Bait Suci. Mereka juga kerap mengesampingkan aturan baku agama Yahudi, misalnya mencuci tangan dan berpuasa. Karena itu amat IRONIS, gembala dipandang sejajar dengan orang kafir bahkan sampah masyarakat.

Namun amat indah berita Firman justru menuliskan bahwa kelahiran Yesus pertama kali disampaikan kepada para gembala di padang Efrata. Bahkan kita melihat respons mereka. Kejadian spektakuler : tidak membuat mereka berdiam diri berlama-lama. Sesaat setelah malaikat pergi : Lukas 2:15 = “… marilah…” TAKE ACTION Mereka bertindak. Bahkan tidak hanya bertindak = mereka bertindak dengan cepat “Take action =” SEGERA! Tanpa menunggu dan menunda. Tanpa berdebat panjang untuk mengambil keputusan = SEGERA. IMMEDIATELY. Alkitab menuliskan “…mereka cepat-cepat berangkat”. Karena mereka meyakini bahwa kelahiran Yesus adalah sebuah peristiwa yang membawa perubahan bagi dunia. Berita Natal membawa damai sejahtera bagi manusia yang berkenan kepada-Nya.  

Yesus hadir dalam kesederhanaan. Ia hadir menjumpai komunitas sederhana ‘para gembala’. Melalui kisah kelahiran Yesus kita dapat melihat bahwa sejak kelahiran-Nya, bayi Yesus hadir bersama mereka yang tertindas, mentransformasi hidup dan mengembalikan harapan hidup mereka. Apakah keadaan para gembala setelah kedatangan malaikat Tuhan memberitakan kabar sukacita kelahiran Yesus Kristus menjadi berubah? TIDAK! Mereka tetap adalah gembala yang sederhana. Namun Tuhan mengubah mereka dengan memberikan makna dan harapan baru, harapan akan dunia yang di dalamnya ada kasih dan damai sejahtera Allah. Mereka yang awalnya dipandang hina, merasakan keberhargaan hidup sebagai manusia. Sama dg manusia yang lain.

Inilah sesungguhnya makna Natal..arti Natal yang sejati. Natal mengajak kita berefleksi akan karya Allah yang mentransformasi dan membawa kehidupan yang baru bagi manusia. Tranformasi itu nyata melalui kehadiran Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.

Natal, Kala Allah Mentransformasi Umat-Nya. Kalau Allah telah melakukan secara konkret ‘transformasi’ itu, maka bagaimana dengan kita? Kehadiran Allah yang mentransformasi mestinya juga mendorong kita untuk JUGA melakukan dan menunjukkan transformasi hidup itu dalam praktik dan kebiasaan hidup kita sehari-hari terhadap apa yang ada di sekitar kita. Apalagi di tengah dunia yang terus berubah dg cepat… Transformasi yang Allah nyatakan melalui peristiwa Natal mengajak kita umat Tuhan untuk mengalami hidup yang juga diubahkan dan mengubah diri sehingga semakin serupa dg Kristus. Hidup yang diubahkan dan dibarui adalah hidup yang tidak lagi diarahkan hanya untuk diri sendiri. Kesenangan diri… kebahagiaan dalam ukuran kita ‘tadi visualisasi tarian menggambarkan bahwa itulah tantangan dunia… yang kerapkali membuat kita lupa siapa yang harus kita cari- spiritualitas yang harus kita kejar… keberserahan penuh kepada Allah Sang pemilik hidup kita… bukan yang lainnya… bukan tidak mungkin kita kerap ada dalam tahap seperti dilukiskan oleh ulat-ulat tadi… dijabarkan-

Namun melalui Firman Tuhan, berita Natal kita diingatkan bahwa hidup yang diubahkan, ditransformasi, dibarui adalah hidup yang tidak diarahkan untuk diri sendiri, kenikmatan diri dan dunia; namun diarahkan untuk sekitarnya. Transformasi yang Allah lakukan mestinya menginspirasi dan mendorong kita untuk berjuang bersama Allah bagi proses transformasi hidup di tengah kehidupan kita. Bentuk transformasi yang dapat dilakukan adalah memperjuangkan hidup dengan baik dan bijaksana, sehingga hidup menjadi bermakna, keadilan dan kebenaran mendapat tempat di hati setiap manusia.

Tentu hal ini amat tidak mudah. Ngga gampang. Oleh karenanya perlu memiliki kemauan dan komitmen seraya dengan itu kita mohon hikmat Tuhan melalui Roh Kudus-Nya untuk menolong dan memampukan kita. Kita meyakini pertolongan Tuhan selalu dinyatakan.

Akhirnya :
Selamat mengalami proses transformasi hidup melalui momen Natal yang kita rayakan bersama.
Selamat Natal 2014.
Tuhan Memberkati.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar