Kebaktian Minggu PORIS (Wil. 8) 12
Oktober 2014
“Teknologi, Ilah Modern”
Bacaan 1 : Keluaran 32:1-14
Antar Bacaan : Mzm 106:1-6, 19-23
Bacaan 2 : Filipi 4:1-9
Bacaan
Injil : Matius 22:1-14
K.H.O.T.B.A.H
Mangan ora mangan sing penting
connect. Plesetan peribahasa ini cukup tepat untuk menggambarkan realitas
penggunaan teknologi bagi masyarakat Indonesia.
Data kementrian komunikasi dan
informatika (Kemenkominfo) menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia :
63 juta orang. Kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai sekitar 216 jt, maka 1 dari 4 orang penduduk Indonesia adalah pengguna
internet.
Menariknya : 95% ternyata
menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Dan masih menurut
kemenkominfo : situs jejaring sosial yang paling banyak diakses : FB, TWITTER.
Bahkan yang wuah : Indonesia menempati peringkat 4 pengguna FB terbesar setelah
USA, Brazil dan India.
Teknologi lain yang sangat akrab dg
masyarakat kita : TELEVISI.
Hampir semua rumah tangga di
Indonesia memiliki TV. Bahkan dapat dikatakan bahwa TV : menjadi perlengkapan
utama rumah tangga. Menurut hasil riset Nielsen tentang pengukuran pemirsa TV
th 2012 menunjukkan bahwa konsumsi media televisi masih memimpin total konsumsi
media yaitu sebesar 94% dari total populasi media konvensional di Tanah Air.
Konon dalam sehari pemirsa bisa
menghabiskan sekitar 4,5 jam duduk di depan TV,
Data tsb menunjukkan bahwa menonton
TV adalah pilihan utama keluarga kita. Hingga ada yang menyebutkan bahwa saat
ini TV telah menjelma menjadi baby sitter *Tim Pustaka Familia*
Gereja pun tak luput dirambahi
teknologi. Hampir kebanyakan gereja saat ini pakai alat bantu LCD Proyektor.
LCD : Liquid Crystal Display
Proyektor : perangkat teknologi yg mampu menghadirkan gambar tayangan dan video
dari computer ke layar datar. Media ini menggantikan OHP yang hanya menampilkan
gambar dan tulisan yang kaku.
Kehadiran LCD Proyektor disambut
gereja dg antusias sebab dianggap menolong umat memahami berita Alkitab. Pernah
dilakukan sebuah survey dari tokoh bernama Quentin J Schultze tentang manfaat
yang dirasakan gereja dalam menggunakan teknologi multimedia:
-
Lebih relevan dg umat
-
Lebih relevan dg generasi muda
-
Lebih menyentuh
-
Secara teknis : mudah dilakukan
karena banyak umat yang memiliki kemampuan untuk operate
-
Irit : buku/kertas
-
Mampu mengeksplorasi liturgy
-
Lebih murah
-
Dapat memelihara relasional dg
gereja lain
Kenyataan ini menunjukkan bahwa kita
akrab dg teknologi. Bahkan keakraban ini seringkali disebut dg digital native untuk generasi yang lahir
di pertengahan th 90. Sebuah generasi (tadi di sambutan sudah disebut) generasi
Z yang sangat dekat dg teknologi.
Bnd. Gap Generasi yang ada!
•
BABY
BOOMERS (1945-1964) = RADIO ‘saur sepuh’, catatan si Boy,
•
GENERASI
X (1965-1980) = TELEVISI, hitam putih masuk ke warna boro-boro LED, LCD, J.
•
GENERASI
Y (1981-1994) = KOMPUTER, masih 486 (inget masuk buku sejarah), sistem –
disket, floppy, Pentium 1 udah lumayan… asrama – ngantri.
•
GENERASI
Z (> 1994) = INTERNET dan PERANGKAT ELEKTRONIK LAINNYA (era digital) à
komputer/laptop, HandPhone 3210, sampe BB Android S1-S Teler.. J, iPad, PDA, MP3 player dlsb.
•
GENERASI
ALFA .
Maka tak heran anak-anak zaman
sekarang fasih sekali main gadget.mereka ngga bisa dipisahkan dari gadget dan
WIFI (Wireless Fidelity). Apa yang dicari orang : colokan * cerita GT ke tempat
kopi anak masuk langsung cari bangku pojokan yang ada colokannya. Belinya/mesen
minumnya mah belom.. Jadi = cari tempat dengan fasilitas WIFI sudah menjadi
kebutuhan PRIMER * bnd zaman dulu keb primer : sandang pangan papan* sekarang
ternyata sudah bergeser.
Kenyataan ini
melahirkan juga dampak yang negative : teknologi menjadikan mereka a-sosial.
Individual space meningkat, yaitu meningkatnya
ruang invidual karena telah memperoleh informasi melalui media komunikasi yang
canggih seperti internet. Orang akan lebih menyukai duduk di depan computer
yang berinternet daripada bersosialisasi dengan orang lain di dunia nyata.
Dengan demikian, social space akan menyempit dan digusur dengan individual
space tersebut.
Sebuah artikel bahkan menuliskan
bahwa dampak yang negative dari gaya hidup modern yang sarat dengan teknologi
adalah Terbentuknya suatu generasi baru yang disebut ‘generasi merunduk’ atau
‘generasi bisu’. Generasi bisu adalah sebutan untuk sebuah generasi
yang tak banyak berkomunikasi secara tatap muka. Komunikasi mereka hanya
melalui dunia maya. Mereka lebih banyak mengenal orang-orang nun jauh
dari pelosok bumi yang mungkin tak memakai identitas mereka yang sebenarnya.
Sebuah generasi yang tak mengenal tenggang rasa. Teknologi informasi dan
komunikasi memungkinkan setiap orang untuk mengungkapkannya secara bebas tanpa
harus berbicara langsung. Sayangnya, kondisi ini membuat pemakainya menjadi
gagap ketika harus berbicara secara langsung. Chatting dan bahasa tulisan
lainnya ketika sedang berkomunikasi lewat internet membuat orang tidak
perduli dengan tata bahasa dan tata kalimat yang baik. Seolah-olah mereka
mempunyai bahasa ‘khusus’ yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri.
Masalah lain yang juga muncul :
tentu saja adalah kecanduan/adiksi. Mulai dari kecanduan game online. Cerita
pengalaman orang kecanduan game online.
Tidak hanya pada anak/remaja namun
juga mereka yang bekerja bahkan professional pun dapat kecanduan game. Pernah
diceritakan ada professional gemar sebuah permainan namanya HAYDAY, permainan
memberi makan ternak *NGGA ASLI*KAYA TOMOGACHi… saking asiknya, sampai lupa
bahwa ia sedang kerja, professional.
Belum lagi ada game yang ternyata di
dalamnya ada unsur perjudian. “poker online” yang hadir dg berbagai variasi
nama.
Itu baru game. Gimana dg kecanduan
media sosial? FB, Twitter, Path, Instagram…. Kata kuncinya apa? STATUS. UPDATE
STATUS. Pengguna merasakan keberadaannya penting jadi harus update status…
semakin banyak prang yang koment, reply, like : semakin merasa bahwa dirinya
penting…
Mereka lupa bahwa melalui medsos,
persoalan dan perasaan personal : menjadi miliki publik. Itu jalan masuk :
pemanfaatan medsos secara negatif. Mulai dari cinta kilat, cinta ’aneh’ ngga
pernah ketemu lalu kawin… penipuan.. *kasus hanung* bullying… mulai dari
kata-kata sampai tindakan. Berawal dari medsos. Bahkan teknologi khususnya
gadget di kalangan tertentu jadi GAYA HIDUP. awal bb ngga punya ‘ktinggalan.
Sekarang android.. : bukan perlunya tapi gayanya.. bangganya..
Bahasa dunia maya sudah mulai masuk
juga – masuknya dalam khasanan bahasa alay anak muda. Kata-kata yang muncul :
KELES – arti : kali “lu kemaren
dateng ya.. ihh salah keles”
BINGIT
KEPO – mau tau aja
LOL Laugh of Laugh
OMG – DITAMBAH PDA : Oh My God, Plis
Deh Ahh…
Apalagi ?
Banyak sekali.
Inilah penelusuran yang terjadi! Ada
dampak negative akibat penggunaan teknologi yang berlebihan. Dari sekian banyak
dampak yang ada, ada sebuah dampak negative yang cukup bahkan saya katakan
sangat parah yaitu ketika teknologi mampu mengalihkan perhatian kita pada
Tuhan. Ini sangat berbahaya. Ketika hidup manusia modern dikuasai oleh
teknologi, tidak bisa memanfaatkan secara bijak dan kritis, disitulah teknologi
menjadi ‘ilah dalam kehidupan manusia.
Arti
dijadikan ilah : ketika posisinya ‘menggantikan’ Tuhan. Harusnya Allah yang
utama, Tuhan yang utama, bahkan menjadi andalan kita, namun kita menggesernya
dengan yang lain.
Hari ini kita hendak belajar dari
pengalaman Bangsa Israel. Bangsa Israel pernah berada dalam posisi demikian
ketika mereka meminta Harun untuk membuat patung, ilah untuk disembah.
Ini diuraikan
dalam Kel 32.
3 hal menarik
Pergolakan Bangsa Israel terus berlanjut
-
Kitab
keluaran secara jelas menggambarkan pergolakan iman Bangsa Israel di tengah
ksulitan hidup yang mereka jalani saat keluar dari Mesir
-
Dalam
Kitab ini, kita menemukan bagaimana beratnya, seramnya keberdosaan bangsa yang
telah dipilih Allah
-
Mulai
dari ketika mereka menyebrang laut Teberau. Saat ksulitan air di mara dan saat
mereka menderita kelaparan.
-
Namun
cerita dalam Kel 32 : berbeda karena mereka telah menerima perjanjian dng Allah
dan menerima ke-10 Hukum Tuhan.
-
Oleh
karena itu pemberontakan mereka kali ini SUNGGUH SERIUS dibandingkan dg sungut2
yang mereka lakukan sebelumnya.
Perasaan ditinggalkan dan tidak adanya pegangan dalam
hidup mereka
-
Keadaan
semakin parah : Musa pergi ke Gunung Sinai untuk menerima petunjuk dari TUHAN.
-
Israel
dilanda kegelisahan.
-
Kegelisahan
tsb bukan semata-mata karena mereka mencemaskan nasib Musa, melainkan karena
mereka memikirkan diri mereka sendiri, karena mereka membutuhkan seorang
pemimpin (32:1) yang bisa menuntun mereka. Mereka kehilangan pegangan. Allah
dirasa jauh. – ini pula yang kerap kita alami bukan?
-
Singkat
cerita mereka mendatangi Harun dan memintanya “buatlah untuk kami allah yang
akan berjalan di depan kami..”
-
Dalam
pemikiran mereka yang SEMPIT : mereka mempertimbangkan nasib diri mereka di
tengah padang gurun itu – mereka masih harus berjalan mencari kehidupan yang
mapan, dan mereka menyadari bahwa mereka tak berdaya melakukannya tanpa sebuah
pegangan hidup.
-
Mereka
(Isr) ingin memiliki ‘allah’ yang dapat dilihat langsung., sekalipun mereka
mengetahui bahwa itu adalah buatan manusia, namun tokh mereka ingin
menghadirkan allah sesegera mungkin.
-
Sehingga
apa yang terjadi ? karena keinginan mereka yang besar itulah mereka menjadi
beralih. Dari menyembah Allah yang sejati, kepada menyembah dan memuja ilah
yang berwujud patung buatan.
-
Israel
mendesak Harun untuk segera membuat patung bagi mereka untuk disembah.
-
Kita
mungkin bertanya – kenapa Harun mau bahkan memakai nama Tuhan dan menerapkannya
pada pada anak lembu emas? Dimana kejernihan berpikir dan spiritualitasnya? Ada
bbrp jawaban. Mungkin saja bisa kita kaitkan dg desakan orang banyak yang
disertai ancaman agar Harun membuat allah yang kelihatan. Atau bisa juga Harun
terinspirasi kepercayaan bangsa lain dimana lazim dilakukan praktek pemujaan
terhadap lembu jantan atau anak lembu sebagai lambang kehadiran yang ilahi.
Dampak Tindakan Israel
-
Allah
murka atas apa yang dilakukan mereka.
-
Ay.
7 menuliskan kemarahan Allah yang mendalam. – Allah menyampaikan kepada Musa –
kata yang digunakan ‘bangsamu (bangsa musa – karena murkanya). Mereka telah
menyimpang dengan cepat, tanpa mengingat pertolongan Tuhan Allah selama ini
kepada mereka.
-
Respon
Musa : berupaya melunakkan hati Tuhan. –
mengingatkan Tuhan akan perbuatan yang sudah dilakukan-Nya kepada umat yaitu
melepaskan mereka dari tanah Mesir.
-
Ajaib
: sekalipun Israel tidak setia – Allah setia
-
Ini
diteguhkan dalam mazmur. Kasih setia Tuhan dinyatakan keselamatan Allah jg
dinyatakan.
PERENUNGAN
:
Pengalaman Bangsa Israel
mengingatkan kita bahwa bukan tidak mungkin kita pun tak ubahnya bangsa Israel.
Memang mungkin sedikit aga berbeda, karena ilah zaman sekarang tak lagi
berbentuk patung, anak lembu emas. Ilah di zaman modern ini sudah muncul dalam
berbagai bentuk yang kita temui dalam hidup kita sehari-hari. Bisa materi…
‘uang… hepeng… doi … * dari dulu lagunya sama ‘apa yang dicari orang…uang uang
uang… atau seperti tema kita dalam rangkaian Bulan Keluarga 2014 ini. Teknologi
pun bisa menjadi ilah, apalagi dalam kehidupan masyarakat modern saat ini.
Seperti ilah-ilah di sepanjang masa,
ilah zaman sekarang sangat menawan dan menarik perhatian. Namun tanpa disadari,
ternyata ia (ilah-ilah tersebut) telah menggantikan peran Tuhan.
Contoh paling gampangnya : nyaris
tidak ada orang yang merasa ada yang hilang/kurang dari dirinya, ketika ia
tidak berdoa pagi, tidak ke gereja, atau melakukan aktivitas religius lainnya.
Namun, orang zaman sekarang akan gundah ketika lupa membawa gadgetnya.
Bela-belain pulang lagi ke rumah, untuk ambil gadget itu. Meskipun untuk itu ia
harus terlambat ke gereja, atau ke tempat lain yang lebih penting.
Tentu, lembu emas, teknologi, uang,
hanyalah benda biasa. Sifatnya netral, tidak punya kuasa apapun. Namun yang
terjadi manusialah yang menempatkannya melebihi yang seharusnya, yang
semestinya.
Karena itu, yang diperlukan bukanlah
menjadikan manusia yang ANTI TEKNOLOGI… *ketinggalan juga kalau kita menjadi
ANTI* orang udah tau berita A, kita masih cengo.. bengong.. –cerita bb grup info kedukaan- Penting dan
Cepat!
Tentu = Bukan anti teknologi, namun
kita perlu mengembangkan diri menjadi manusia yang kritis dan sadar teknologi.
Disinilah tak bisa diabaikan peran keluarga untuk membekali setiap anggotanya
untuk tetap menggunakan teknologi sebagai alat bantu.
Apa yang bisa dilakukan? Apa langkah
konkret yang perlu kita upayakan supaya kita mengembalikan teknologi pada
fungsi yang seharusnya dan semestinya?
Salah satu yang dapat diupayakan
adalah dg mengadakan pembatasan penggunaan teknologi. Membuat semacam ‘daerah terlarang
bagi gadget. Misalnya tidak menggunakan gadget di meja makan, atau tempat
tidur.
Contoh lain : ini pernah diusulkan
oleh tim pustaka familia = yaitu melakukan diet Televisi. Diet-diet teknologi
memang diperlukan, karena tanpa itu pemakaiannya dapat membuat kebablasan.
Closing!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar