Kamis, 31 Juli 2014

IKATAN PERJANJIAN ALLAH DENGAN MANUSIA


Renungan Warta Jemat 27 Juli 2014

IKATAN PERJANJIAN ALLAH DENGAN MANUSIA

K
ita sangat terbiasa dengan segala bentuk perjanjian. Baik itu perjanjian tertulis maupun tidak tertulis. Relasi kita pun diikat dengan perjanjian. Perjanjian  suami - istri, orang tua - anak, janji calon anggota legislatif terhadap rakyat atau calon presiden, dan lain sebagainya. Dasar dari perjanjian adalah kepercayaan. Dengan kepercayaan itulah seseorang mengambil keputusan tertentu dengan yakin dalam hidupnya. Namun, kita sering menjumpai bahwa perjanjian dapat dengan mudah dibatalkan karena ketidaktulusan dan kecurangan pihak lain. Perjanjian yang seharusnya bersifat mengikat, dapat dengan mudah dihancurkan atau dibatalkan.

Hidup kita diikat dalam ikatan perjanjian antara Allah dan manusia, yaitu ikatan perjanjian karya keselamatan Allah bagi dunia. Berbeda dengan perjanjian manusia, perjanjian dengan Allah adalah sebuah bentuk perjanjian yang tidak dapat dibatalkan. Ada satu pihak yang dapat diandalkan dalam ikatan perjanjian tersebut. Pihak itu adalah Allah, yang tidak akan pernah ingkar dan membatalkan perjanjian. Amat indah, ikatan itu dibawa dalam rencana dan rancangan Allah yang menghasilkan berkat bagi kehidupan. Kita sebagai umat perjanjian diajak menghayati hidup dalam Allah, terus berpaut pada-Nya dalam segala situasi, termasuk dalam situasi penderitaan dan kesesakan, karena Allah akan tetap setia pada perjanjian-Nya dan memberi kelegaan bagi kita.

Yakub, di tengah perlarian dan ketakutannya, mengharapkan perjumpaan dengan Laban, saudaranya, menjadi perjumpaan yang melegakan. Namun, hal itu berujung pada kisah manipulasi yang lain. Jika dulu ia memanipulasi Esau, kini ia dimanipulasi Laban. Dengan pengalaman ini, Yakub belajar bahwa manipulasi adalah perlakuan yang mencerminkan ketidakadilan. Yakub berada pada sisi lemah, tidak bisa lari dari ketetapan Laban. Yang dapat dilakukannya adalah bekerja keras untuk bertahan hidup dan mendapatkan cintanya dengan menambah waktu pengabdian pada mertuanya.

Jika kita melihat secara utuh kisah percintaan dan kehidupan rumah tangga Yakub, maka kita akan melihat bagaimana perlindungan dan penyertaan Allah dinyatakan kepada Yakub. Di balik semua kerja keras dan upayanya menghadapi intrik Laban, ada tangan Allah yang tetap menjaga dan memberkati. Allah membebaskan Yakub dari cengkraman Laban. Allah juga menahan Laban untuk tidak menciderai Yakub dan keluarganya, serta merelakan mereka pergi dalam segala kelimpahan, hasil dari kerja keras Yakub selama 21 tahun. Allahlah pihak yang menganugerahkan anak-anak dalam hidupnya. Allah pula pihak yang dipandang baik oleh Rahel dan Lea, sebagai pembela untuk mendapatkan perhatian Yakub, suami mereka. Allah yang memberi kekuatan Yakub untuk mendapatkan Rahel. Janji Allah kepada Yakub mengenai hak kesulungan tetap digenapi, kendati tak dipungkiti Yakub banyak menghadapi hambatan dari orang di sekitarnya.

Hal yang sama dialami oleh pemazmur. Ia menaikkan ungkapan syukur kepada Allah, karena Allah memegang perjanjian-Nya dengan penuh kesetiaan, Ia tidak pernah ingkar janji. Ungkapan syukur pemazmur ini didasarkan pada perbuatan-perbuatan Allah dalam kehidupan umat. Perbuatan yang dilakukan-Nya mendatangkan kebaikan bagi umat termasuk teguran dan penghukuman. Firman dan perjanjian yang diikat Allah dengan umat digenapi dalam keadilan dan kasih-Nya. Sekali Ia mengikat perjanjian, maka Ia akan tetap setia untuk selamanya. Tidak ada yang dapat membatalkannya. Inilah bukti bahwa Allah adalah pihak yang dapat diandalkan dalam kehidupan umat. Pemazmur dapat melihat bahwa hukuman yang diterima manusia termasuk pengajaran/cara Allah untuk menggenapi janjiNya. Penggenapan janji Allah tidak hanya dapat dirasakan manusia dalam kelimpahan dan sukacita, tetapi juga dalam proses hukuman untuk kita taat.

Setiap manusia perlu menyadari keterbatasan dan kelemahannya. Pada saat penderitaan menekan berat, kita semakin menyadari segala keterbatasan kita. Ketika diperhadapkan pada situasi penuh tekanan dan penderitaan, kita seperti tidak punya kekuatan lagi, bahkan untuk mengungkapkan hal itu dalam doa. Lidah menjadi kelu untuk menguntai kata dan mengutarakan maksud kepada Allah. Penderitaan terlalu berat untuk dilukiskan dengan kata-kata. Dalam situasi demikian, kemudian dinyatakan bahwa Roh menolong kita untuk menyampaikannya kepada Allah. Ia berbicara melebihi kata-kata untuk mengantarkan penderitaan yang tak tertahankan. Allah mengenal umat-Nya, Dia tahu yang kita butuhkan. Umat yang setia dan taat akan membuktikan rancangan Allah adalah rancangan yang mendatangkan kebaikan.

Kerajaan Allah seperti pukat yang disebar kepada semua orang tanpa kecuali. Ia menjaring tanpa batas. Akan tetapi pada akhirnya, dari hasil tangkapan di dalam pukat, sang nelayan akan melakukan pemisahan, mana ikan yang baik, berguna, dan mana yang tidak. Demikianlah, Kerajaan Allah juga soal pemisahan. Pemisahan dilakukan dengan dasar keadilan dan kasih Allah.

Penggenapan janji Allah sedang berlangsung kepada kita semua, bila kita setia dan taat maka kita akan tersenyum mengucapkan syukur untuk semua yang terjadi dari Allah.

Tuhan memberkati.



Pulo RS Banjarnahor















Tidak ada komentar:

Posting Komentar