Senin, 15 April 2013

Melihat Kemuliaan-Nya, Melanjutkan Karya-Nya



KHOTBAH KEBAKTIAN MINGGU GKI CITRA
Minggu, 10 Februari 2013
Melihat Kemuliaan-Nya, Melanjutkan Karya-Nya

Bacaan I              : Keluaran 34:29-35
Antar Bacaan    : Mzm 99:1-9
Bacaan II             : II Korintus 3:12-4:2
Bacaan Injil     : Lukas 9:28-43

K-H-O-T-B-A-H

Gong Xi Fat Choi!!! Wang Xe Ru i... ‘ang paw na lai?”

Hari ini special à Tepat bersamaan dengan IMLEK.

Tahun 2010, IMLEK jatuh pada hari Minggu juga, malah bersamaan dng Valentine – day.  14 Feb’10.

Kita masuk tahun ular “status rekan saya” : besok mau makan ular goreng J

Karena ini hari Imlek saya mau bagi angpaw... saya mau nyanyi sebuah lagu, saudara yang bisa tebak ya...

3 3 4 5 5 4 3 2 1 1 2 3 3 2 2

“Kami Puji dengan Riang”.

Adakah saudara yang tahu siapa penulis lagu ini ? –diskusi-

Ya dialah
Beethoven.

Sosok beethoven : familiar di telinga kita.  Seorang pengarang lagu ternama, mengarang ratusan simfoni, kuartet, sonata ‘biola’, variasi’cello’, fidelio, kantata, bahkan lagu-lagunya akrab dimainkan oleh adik-adik kita yang latihan main piano. Fur Elise (dinyanyiin)

Mengapa saya memulai khotbah ini dengan sosok Beethoven?

Karena saya amat tersentuh dengan sebuah pernyataan Beethoven dalam buku Selamat Berkembang karya Pdt. Andar Ismail.
Dikatakan demikian : Bagiku tak ada hal yang lebih menggembirakan selain bertemu Allah lalu sesudah itu memantulkan cahaya wajah-Nya kepada orang lain…

Tulisan itu : ungkapan perasaan-nya setiap kali ia mengurung diri dan menghasilkan karya musik yang hebat.

Setiap hari ia mengarang karya musik. Tiap kali mencari ilham, ia mengurung diri sampai berhari-hari. Bahkan sering lupa makan (santapannya suka basi)

Setiap kali berhasil menyelesaikan karya, ia keluar ruangan dengan rasa girang. Ia merasa telah melihat wajah Tuhan.  Ia merasa telah melihat cahaya ilahi, dan ia ingin memantulkan cahaya itu kepada orang lain melalui karya musiknya.

Spiritualitas Beethoven berbuah dalam bentuk karya musik. Tujuanku adalah menghadirkan kemuliaan Tuhan dan menggetarkan kalbu para pemusik yang melantunkan lagu-lagunya juga untuk para pendengarnyademikian diungkapkan oleh Beethoven sebagai refleksi pribadinya.

Amat luar biasa à Kendati dalam perjalanan hidupnya ia mengalami begitu banyak kesulitan… persoalan…. derita.... terutama akan kondisi kesehatannya…. Kalau mengingat kisah hidupnya saudara….ternyata ketika ia mengarang lagu KJ 3 “Kami Puji dengan Riang”…Beethoven tengah berada dalam suatu fase kehidupannya yang sulit… ia menderita penyakit tuli… Bayangkan saudara…seorang pencipta lagu tidak dapat mendengar lagu yang ia ciptakan…  

Namun demikian…patut diteladani bahwa ia adalah pribadi yang beriman….yang terus menyatakan perkataan tadi…. “Bagiku tak ada hal yang lebih menggembirakan selain bertemu Allah lalu sesudah itu memantulkan cahaya wajah-Nya kepada orang lain…

Inilah iman seorang Beethoven….iman yang terus merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap langkah hidupnya…. Ada sebuah perjumpaan (kata kuncinya) antara Beethoven dengan Tuhan, dan ini pun akhirnya terwujud dalam suatu tindakan Tuhan dalam kehidupannya à tindakan untuk terus memancarkan kemuliaan Tuhan dalam pasang surut kehidupannya secara pribadi….

----------------------------------------renungan--------------------------------------------

Melihat dan merasakan Kemuliaan Tuhan ! inilah yang dialami oleh Musa dalam bacaan I kita (Keluaran 34:29-35).
-          Kala itu kewibawaan Musa à tengah digugat oleh bangsa Israel, orang-orang yang dipimpinnya.
-          Konteks : Kita perlu memahami bacaan ini secara menyeluruh
-          Dalam keseluruhan narasi (Kel 32-34) à dikisahkan bagaimana Bangsa Israel meminta kepada Harun agar membuat bagi mereka sebuah patung lembu emas.
-          Desakan membuat patung emas mucul karena mereka mempersalahkan Musa yang kala itu dipandang memiliki otoritas sebagai wakil (representasiNya) Tuhan.
-          Melalui Musa, Tuhan memberikan hukum-hukum kepada umat-Nya.  Sehingga mereka menggugat dan berupaya menyingkirkan Musa.
-          Amat luar biasa : kemuliaan Allah justru dinyatakan dalam peristiwa ini.
-          Ia memperkenankan cahaya kemuliaan Allah melekat pada wajah Musa sehingga bangsa Israel pada akhirnya menyadari bahwa Musa memang diberikan mandat untuk melakukan tugas kepemimpinan yang dipercayakan Tuhan.
-          Point ini mengajak kita belajar bahwa dalam hidup pelayanan kita ada banyak tantangan, bukan tidak mungkin pula hambatan ketika kita dipanggil melayani-Nya. Ditegaskan!
-          Namun kisah Musa menuntun kita untuk melihat bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita berjuang sendirian, namun kemuliaan Allah akan dinyakan agar kita beroleh kekuatan ketika terlibat berkarya dan melayani-Nya.
POINT PERTAMA YANG BISA KITA BELAJAR:
Kemuliaan Allah dinyatakan karena Allah hendak memberikan dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam karya-Nya.

KEDUA
Injil Lukas : Kemuliaan Allah nampak melalui peristiwa transfigurasi Yesus.
-          Transfigurasi : harfiah : perubahan rupa Menariknya à perubahan rupa, tidak hanya wajah-Nya yang berubah, pakaian-Nya pun turut berubah, salah satu penafsiran menuliskan pakaiannya ’mengelantang’ (sangat putih, berkilau, berkilat dan bercahaya). Ada pancaran sinar ilahi keluar dari pakaian Yesus itu.
-          Peristiwa transfigurasi ini terjadi : setelah terungkapnya jati diri mesianik Yesus dan penderitaan yang akan dan harus dihadapi-Nya. 
-          Ini tampak melalui percakapan 2 figur yang sangat dihormati oleh orang Yahudi, yakni Musa dan Elia. 
-          Dua tokoh ini berbicara tentang tujuan Yesus yang akan segera digenapi-Nya di Yerusalem
-          Penegasan : Inilah Anak-Ku yang kupilih, dengarkanlah Dia.
-          Suara ini mengingatkan : peristiwa pembaptisan Yesus. Peristiwa ini memberi tanda bahwa pekerjaan Yesus dimulai.
-          Sementara pada peristiwa transfigurasi, suara ini juga memberi tanda bahwa perjalanan Yesus ke Yerusalem u/ menuntaskan karya-Nya sudah dimulai.
-          Sosok menarik : Petrus. (ay. 33)
-          Petrus mengingini suasana kemuliaan itu terus ada dalam jangkauannya.
-          Ia tidak mengerti bahwa kemuliaan Yesus yang sesungguhnya bukan dalam bentuk wajah dan pakaian-Nya yang berkilau cahaya.
-          Petrus juga tidak ngeh bahwa kemuliaan Yesus bukan terletak pada hadirnya tokoh-tokoh utama Perjanjian Lama, yakni Musa dan Elia.
-          Kemuliaan Yesus yang sesungguhnya adalah ketika Ia menuju Yerusalem untuk menggenapi semua yang diperintahkan Bapa-Nya!
-          Oleh karenanya kepada para murid diperlihatkan kemuliaan Allah, agar mereka memahami karya-Nya melalui YK, dan mengambil bagian di dalamnya. Bukan untuk berlama-lama menikmati kemuliaan itu.
RANGKUM PADA POINT KEDUA!
Allah menunjukkan kemuliaan-Nya agar kehendak dan rencana Allah terwujud dalam kehidupan umat-Nya.
TERAKHIR (KETIGA):  Mengapa Allah menyatakan kemuliaan-Nya kepada manusia à agar kehidupan kita, sebagai, orang-orang percaya juga pada akhirnya termotivasi... terdorong.. untuk memancarkan kemuliaan Allah melalui hidup dan karya kita. 
-          Belajar dari Rasul Paulus
-          Paulus dalam uraiannya di 2 Korintus 3:1-18 tentang “pelayan-pelayan Perjanjian Baru” menyadarkan kita bahwa setiap orang yang berjumpa dengan Kristus adalah cerminan kemuliaan Tuhan (ditegaskan)
-          Ia bagaikan surat Kristus yang dikenal dan dibaca oleh setiap orang (ayat2).
-          Meminjam peristiwa wajah Musa bersinar setelah berbicara dengan Allah di gunung Sinai (Keluaran 34:29-35), Paulus mengingatkan bahwa kemuliaan Allah itu mestinya tidak mempunyai selubung (ayat 18).
-          Selubung? sesuatu yang dapat menghalangi seseorang melihat kemuliaan Allah. Kita pun bisa gagal, sama seperti kebanyakan orang Yahudi pada zaman Paulus apabila hanya mau dihormati, dimuliakan tanpa mampu memancarkan kemuliaan-Nya dalam hidup sehari-hari.
-          Paulus memberikan teladan yang patut kita contoh à Melakukan tugas pemberitaan Injil dengan sebuah keyakinan bahwa penyertaan Tuhan senantiasa dinyatakan.
-          Paulus bahkan mengembangkan sikap etis seorang pemberita Injil sejati (4:1-2) : memiliki spirit, semangat, tidak melakukan tindakan yang memalukan, tidak berlaku licik, dan tidak menyalahgunakan firman Allah demi kepentingan pribadi.
-          Bnd. kisah selanjutnya ‘harta dalam bejana tanah liat’
-          ketika ia menderita….dia tidak putus asa…ketika ditindas, dianiaya, tidak ditinggalkan sendirian….juga tidak binasa… ini menjadi sebuah kesaksian iman seorang Paulus… yang juga penting untuk kita terapkan dalam kehidupan kita
-          Paulus menyaksikan bahwa kendati hidupnya sekalipun menderita, ini tidak membuatnya kehilangan gairah untuk melayani Tuhan. Mengapa ia dapat mengatakan demikian? karena kekuatan Allah senantiasa ada dalam dirinya
-          Amat luar biasa! Keteguhan iman seorang Paulus.

Kalau Paulus bisa, sanggup, bagaimana dengan kita?

Ketika kita berjumpa dengan kemuliaan Allah melalui pengalaman hidup kita sehari-hari... bisa menikmati anugerah kehidupan sampai saat ini ... bisa melayani... bisa bertemu dan bersama dengan keluarga yang kita kasihi ... itu bentuk kita mengalami kemuliaan Allah...

Salah kaprah kalau kemuliaan Allah HANYA tampak melalui peristiwa yang spektakuler... yang bombastis... yang hebat.... Orang-orang memang menyaksikannya terpesona namun sayangnya itu tidak bertahan lama... seringkali kita tidak peduli bagaimana mestinya peristiwa-peristiwa, pengalaman kita menyaksikan kemuliaan Allah pada akhirnya berdampak secara nyata dalam hidup kita sehari-hari.
Ibaratnya lampion.
Lampion atau Deng Long (Bahasa Mandarin), pada zaman dulu dipakai saat melakukan ronda malam (skrg : petromax), penerang jalan atau rumah. Biasanya, lampion ditambah tulisan Bahasa Mandarin, ada yang berwarna merah maupun putih.
"Pada zaman Dinasti Ming, ada perampok budiman Lie Cu Seng di Kota Kai Feng. Dia dengan anak buahnya merampok orang kaya, kemudian hasilnya dibagikan ke orang miskin," ujar Romi.
Suatu hari, lanjut Romi, Lie Cu Seng berencana menyerang kota raja. Sebelum merampok, ia mendapati masyarakat memandang kelompoknya kejam. Lie Cu Seng bingung dan ingin mengubah nama buruknya.
"Ia menyuruh rakyat miskin menggantung lampion di depan rumahnya, maka perompak akan memberikan hasil rampokannya. Pada malam harinya, dia merampok orang kaya lalu membagikannya di rumah-rumah yang ada lampion. Sejak saat itulah lampion terkenal dan membawa berkah," jelas Romi.
Darman Wijaya, Ketua Majelis Tinggi Ulama Konghucu Jambi memaparkan, lampion juga dipercaya bisa mengusir roh-roh halus, dan membawa rezeki.
Sementara, The Li Enteng, rohaniwan Konghucu menerangkan, lampion untuk mengingat jasa leluhur juga memberi penerangan kepada diri dan keluarga.
"Supaya bisa berkembang, selain itu juga negara tenteram. Kalau negara sudah tenteram, rakyat kan makmur dan sejahtera. Lampion merupakan kode Imlek," Lampion identik dengan Imlek! cetusnya.
Namun sdr/i, sayangnya, pancaran cahaya lampion yang memberikan penerangan itu, tidak berlangsung lama.. Gegap gempita lampion akan berhenti ketika IMLEK pun berakhir malam ini... orang-orang yang berjualan lampion pun sedikit-demi sedikit merapikan dagangannya menyimpan lampion itu, dan kalaupun muncul baru akan ada lagi tahun depan...dalam rentang waktu yang amat lama...
Perwujudan kemuliaan Allah di hadapan manusia seringkali berujung sama dengan hiasan lampion yang menerangi ketika IMLEK tiba. Gegap gempita hanya sesaat, lambat laun menjadi lenyap. Kita ngga mau seperti itu khan?
Kemuliaan Allah yang tampak melalui pengalaman kita bersama dengan Tuhan... mengalami penyertaan Tuhan dalam hidup... dan dapat memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitar kita... mestinya berlangsung terus... terus dan terus... karena itulah yang dikehendaki Allah terjadi dalam hidup kita.

Bersediakah kita?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar