KHOTBAH
MINGGU GKI PERUMAHAN CITRA 1
Minggu,
23 Desember 2012
“Kehendak-Mu Tuhan, Bukan
Keinginanku”
Bacaan
I : Mikha 5:2-5
Antar
Bacaan : Mazmur 80:2-8
Bacaan
II : Ibrani 10:5-10
Bacaan III : Injil Lukas 1:39-55
‘dinyanyikan’ (diakhiri MARANATHA)
Tujuan:
Umat menyadari bahwa orang beriman berada dalam pergumulan untuk selalu
menempatkan kehendak Tuhan lebih utama daripada keinginannya sendiri.
K-h-o-t-b-a-h
Pengantar
Pada saat perang dunia ke dua, ada seorang tentara Amerika yang
terpisah dari regunya di sebuah pulau di Pasifik. Karena pertempuran sangat gencar, penuh asap dan
tembakan, dia terpisah dari rekan-rekannya.
Sementara
dia sendirian di dalam hutan, dia mendengar tentara musuh mulai mendekati
tempat persembunyiannya. Berusaha untuk sembunyi, dia mulai naik ke sebuah
bukit dan menemukan beberapa goa di sana. Dengan cepat tentara ini masuk ke
salah satu goa. Dia merasa aman di goa itu untuk sementara waktu saja, sebab ia
mulai menyadari bila tentara musuh menemukan goa ini pastilah mereka akan
memeriksa seluruh goa dan habislah ia oleh musuh. Lalu ia mulai berdoa kepada
Tuhan “Tuhan tolong lindungi aku, apapun kehendakmu aku tetap mencintai-Mu,
memercayai-Mu, amin”.
Setelah berdoa tiba-tiba ia bertiarap karena
mendengar suara tentara musuh mulai mendekat ke goa itu. Hatinya semakin
kacau ketika makin lama tentara musuh itu perlahan-lahan mendekat ke mulut
goa. Tentara Amerika ini mulai berpikir ”baiklah, mungkin Tuhan tidak akan menolongku
dari situasi ini”
Kemudian ia melihat seekor laba-laba sedang membangun jaring-jaring di
mulut goa tempat persembunyiannya. Sementara ia melihat tentara musuh makin
dekat, laba-laba itu terus membentangkan benang-benang halusnya di pintu goa.
Tentara Amerika ini berpikir sembari kesal “yang aku butuhkan saat ini
adalah tembok pertahanan, kenapa Tuhan malah memberi jaring laba-laba? Pasti
Tuhan sedang bercanda.” Dia menggerutu
dengan sedikit kesal dalam hatinya.
Akhirnya tentara musuh mulai
memeriksa tiap goa. Dan aneh sekali, saat berada di depan goa persembunyian si
tentara Amerika, tentara musuh itu hanya melihat sekilas goa itu lalu pergi.
Melihat kejadian itu si tentara Amerika menyadari bahwa jaring laba-laba itu
telah membuat kesan bahwa goa tempatnya bersembunyi seperti tidak pernah
dimasuki manusia.
Lalu ia berdoa minta ampun
kepada Tuhan karena telah meragukan pertolongan Tuhan. “Tuhan ampunilah aku,
sebab di dalam Engkau jaring laba-laba menjadi lebih kuat dari dinding
beton”
Refleksi cerita :
Apa yang dialami dan terjadi pada sosok tentara
ini, seringkali juga terjadi dalam hidup kita. Sebagai manusia yang dianugerahi
keinginan, hasrat, harapan nyatanya
sulit bagi kita untuk menempatkan keinginan kita itu di bawah kehendak Tuhan.
Kita selalu beranggapan bahwa keinginan kita yang
harus selalu terpenuhi... seperti halnya tentara tadi, ketika kita berdoa,
menyampaikan segala keinginan dan permohonan kita, kita menjadi pribadi yang
egois mau menang sendiri... kita lupa
bahwa kehendak Tuhanlah yang terutama bukan keinginan kita...
Kita memang dianugerahkan keinginan dari Tuhan...
Keinginan menjadi hal yang positif dalam hidup kita... tentunya jika dikelola secara
bijak.... Namun yang menyedihkan,
seringkali kita justru tidak mampu mengelola secara bijak keinginan demi
keinginan pribadi kita tersebut. Sebagai manusia kita malah
menjadi pribadi yang semakin sulit untuk mengendalikan
diri atas keinginan-keinginan kita. Kita sering
menjadi amat serakah dan memiliki keinginan yang tidak terkendali . apalagi jika berhadapan dengan lingkungan sekitar yang
membentuk kita menjadi pribadi yang dikuasai oleh keinginan demi keinginan
tersebut.
Ibu Teresa pernah berkata, “Jauh lebih mudah mengalahkan suatu negara daripada mengalahkan diri sendiri. Setiap sikap ketidaktaatan akan melemahkan kehidupan rohani. Hal ini sama seperti sebuah luka yang terus menerus mengucurkan darah!”
Ibu Teresa pernah berkata, “Jauh lebih mudah mengalahkan suatu negara daripada mengalahkan diri sendiri. Setiap sikap ketidaktaatan akan melemahkan kehidupan rohani. Hal ini sama seperti sebuah luka yang terus menerus mengucurkan darah!”
Keinginan kita yang mendominasi , akibatnya kita
tidak memberi tempat pada Dia yang menganugerahkan keinginan itu dalam hidup
kita. Kita tidak menempatkan keinginan kita di bawah kehendak-Nya. padahal kalau kita merenungkan kisah ini dan
kita aplikasikan dalam hidup kita, amat indah, Tuhan dapat bekerja melalui cara
yang melampaui keinginan dan apa yang kita pikirkan.
Hari ini pada Minggu Adv IV, Minggu yang seringkali
disebut Minggu Maria (salah satu kekhasannya adalah dinyalan lilin berwarna PiNk –
lambang sukacita - bersukacita karena penantian
hampir selesai dan kedatangan-Nya semakin dekat.. Warna pink juga hendak melukiskan
sebuah sukacita yang terjadi pada sosok Maria) kita diajak belajar dari sosok maria, yang mampu
dan mau bersikap rela hati dan menghamba pada kehendak Allah, sekalipun
kehendak itu amat sulit dan mustahil, bahkan mungkin bertentangan dengan apa
yang menjadi keinginannya.
Membaca kisah tentang Maria, maka ada 2 sisi yang tampak
disini. Sisi cerah dan sisi sebaliknya. Ada yang menjadi good news tetapi juga
ada yang menjadi ‘bad’ news
Good News?
Ay. 26-27 : Malaikat Gabriel mengunjungi maria
Ay. 28-29 : Tuhan menyertai Maria
Ay. 30-33 : Puncak semua kabar baik :Maria akan mengandung seorang bayi yang kelak
akan menjadi juruselamat dunia.
Nubuat kelahiran sudah diungkapkan jelas dalam PL. Termasuk dalam Mikha 5
bacaan I hari ini.
Mikha 5:1-2 “Mesias akan lahir di Betlehem”
Betlehem (‘rumah roti’) berada di daerah Efrata,
kecil, tetapi pada akhirnya akan dimuliakan di seluruh dunia, karena Mesias
dilahirkan di tempat yang sederhana itu, desa yang sama dengan leluhurnya yang
termasyur yaitu Daud. Mesias yang akan datang itulah yang akan menjadi gembala
yang memberikan damai sejahtera bagi umat manusia
Ay. 34 : Maria ragu-ragu
“bagaimana mungkin” ?
Ay. 38 : hal positif Maria “Thy Will be done” “Sesungguhnya aku
ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu.
Jawaban ini indah dan
menjadi jawaban iman seorang maria.
Maria sadar betul
tantangan dan pergumulan yang harus dihadapinya dengan keputusan itu. Ia akan
berhadapan dengan pandangan heran orangtuanya.Ia juga harus menjelaskan
semuanya kepada Yusuf, yang kala itu baru menjadi tunangannya. Ia juga harus menghadapi berbagai pertanyaan
“mengapa”, kok bisa?” dari orang-orang sekampungnya.
Lazimnya, kehamilan akan
selalu membawa kesukacitaan, akan menjadi seorang ibu (kemarin dirayakan) namun
ketika wanita hamil sebelum menikah, tentu ini bukan berita bahagia. Ini yang
dialami oleh maria.
Belum lagi resiko besar
berhadapan dengan hukum agama Yahudi yang sangat membenci wanita cemar. Ia akan
dianggap tidak setia.
Berkhianat kepada tunangannya, mempermalukan keluarga dan agamanya. Wanita yang
demikian hukumannya dirajam dengan batu (bnd. Ulangan 20:20).
Maria bukan tidak tahu
konsekuensi ini... tapi amat luar biasa ia tidak mundur. Maria yakin jika Allah
menghendaki sesuatu terjadi, maka akan dan pasti bisa terjadi.
Sebagai seorang hamba Tuhan, Maria berserah pada kehendak Tuan-nya itu.
Dalam pergumulan yang
tidak mudah itu, teks Injil Lukas menuliskan bagaimana Maria tetap
mengumandangkan “Magnificat”. Nyanyian pujian dan syukur itu keluar dari mulut
maria yang sedang bergulat dengan berbagai persoalan hidup.
Magnificat, kata ini
diterjemahkan dari Bahasa Latin yang berarti ‘memuliakan’. Dahulu dalam gereja
Kristen, Magnificat disebut sebagai canticum
(mazmur yang tidak terdapat dalam Kitab mazmur). Magnificat ditempatkan dalam
liturgi untuk doa pagi dan petang, kemudian dalam perkembangannya menjadi
nyanyian gereja.
Apa isi Magnificat Maria
?
a.
Dalam
keadan berat dan sangat sulit, Maria tetap tidak kekurangan rasa syukur kepada
Tuhan. Masalah dan tantangan
yang ada di hadapannya, ternyata tidak menjadi alasan Maria berhenti bersyukur.
Apapun yang terjadi padanya, tidak akan membuat rasa hormat Maria kepada Allah
berkurang, apalagi sampai harus hilang.
Kalau ini dihubungkan dengan realitas hidup kita, bukankah hidup kita juga
tidak mungkin lepas dari pergumulan dan masalah dalam hidup.... *kita hampir memasuki penghujung tahun 2012,
dalam stahun perjalanan hidup kita ternyata pergumulan demi pergumulan datang
silih berganti” .... ada banyak hal yang membuat kita menjadi kuatir... (bnd.
dengan tema minggu lalu... –khotbah di Poris – kekuatiran : kantung kempes...
uang menipis... –ksulitan ekonomi... suami selingkuh..istri selingkuh ... –
krisis rumah tangga)
Ketika di depan kita bertabur onak duri dengan 1001 jurang persoalan,
langkah kita pun tidak tentu arah! Lebih menyedihkan, tidak jarang masalah
datangnya bertubi-tubi secara langsung dan bersamaan... ibaratnya sudah jatuh,
ketimpa tangga, eh kakinya patah lagi... sungguh amat tidak tertanggungkan...
Dalam keadaan ini, amat mudah bagi kita untuk memilih berkeluh kesah...
daripada bersyukur... seringkali yang terjadi, fokus pikiran kita lebih terarah pada masalah yang menerpanya,
daripada kasih Allah yang besar yang dicurahkan-Nya kepada kita.
Melalui kisah Maria kita belajar bahwa betapapun berat dan kelamnya hidup
ini, bila kita hadapi dengan iman, akan selalu ada ruang untuk kita mengucapkan
syukur dan pujian kita kepada Allah. Inilah yang dinyatakan oleh Maria “Jiwaku
Memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku”.
Mengapa Maria sampai mengatakan bahwa seluruh jiwanya mengagungkan dan
memuliakan Tuhan? Jawabannya ada di ayat ke-48 “Dari tempat kediaman-Nya yang tinggi telah diperhatikan kerendahan
hamba-Nya” ..... Semua orang akan menyebut dia berbahagia , bukan
berdasarkan kebesaran-Nya sendiri, tetapi karena Tuhan telah melakukan perkara besar kepada-Nya (bnd. Mzm 126:3)
b.
Kerendahan
hati seorang Maria.
Magnificat Maria mengungkapkan dengan amat jelas bagaimana Maria menyadari
betul, betapa kecil dirinya dibandingkan dengan kemahakuasaan Allah.
Maria sebagai manusia adalah ciptaan, sementara Allah adalah Sang Khalik
(Pencipta). Maria tahu diri, ia tidak menjadi pribadi yang tinggi hati tatkala
ia mengemban tugas dan tanggung jawab yang mulia... dipilih untuk menjadi Bunda
Sang Mesias.
Apa yang diteladankan Maria mestinya juga kita terapkan dalam hidup kita.
Ketika kita dipercayakan tugas yang istimewa, tugas yang mulia, tidak lantas
kemudian membuat kita merasa bahwa kita hebat, superior, sombong, lupa, bahwa
sebenarnya kita hanyalah pengemban tugas... pujian dan kebesaran tetaplah milik
Dia, Sang Pemberi Tugas itu kepada kita.
c.
Penyerahan
diri Maria sepenuh dan seutuhnya hanya kepada Allah. Maria percaya dan mengimani, Allah yang
disembahnya tidak akan pernah mengecewakan dirinya. Kasih dan kuasa-Nya tidak
terbatas, melampaui segala perhitungan akal manusia. Yang Maria lakukan adalah
“berjalan dalam iman”.
Luk 1:
38
“Sesungguhnya
aku ini adalah hamba Tuhan,
Jadilah padaku menurut perkataanmu”
Jawaban Maria : jawaban paling indah yang diungkapkan oleh seorang manusia
kepada Allah.
Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan :
Alkitab memang memiliki banyak kiasan untuk menggambarkan pola hubungan
antara Allah dan manusia. Namun di antara semuanya, istilah hamba memiliki
makna yang begitu kaya.
Istilah ‘hamba’ menunjukkan : kita adalah milik Allah, tidak bisa dan tidak
boleh lagi hidup untuk diri sendiri (kita untuk Allah bukan Allah untuk kita).
Kita memiliki kebergantungan yang mutlak kepada sang Tuan... Makna hamba
juga berarti kita semestinya memiliki ketaatan kepada Tuan... namun ketaatan
disini bukanlah ketaatan karena terpaksa, melainkan ketaatan yang tulus, jujur
dan tidak dibuat-buat.
Doa-doa kita akan berbeda ketika kita menyadari dan memahami diri sebagai
hamba. Kita tidak menuntut. Mungkin kecewa, sedih kalau Allah tidak mengabulkan
permintaan kita. Namun itu tidak sampai membuat kita sampai
ngambeg...marah-marah... kita bersedia menerima keputusan Allah, apapun yang
menjadi keputusan-Nya, kita hanyalah Hamba.
(bnd : kisah dalam drama)
Drama yang tadi kita
saksikan mengisahkan jelas bagaimana seringkali doa yang kita panjatkan
terkadang memang tidak sesuai dengan yang kita inginkan, kehendaki... tetapi
yang kita imani ketika Tuhan yang bekerja, apapun yang Tuhan nyatakan adalah
yang terbaik bagi kita. Dan jawaban Tuhan atas doa kita terkadang melampaui apa
yang kita pikirkan dan bayangkan.
Motivasi dan pelayanan kita akan berbeda jika kita menyadari diri sebagai
hamba. Kita akan melakukan tugas kita dengan sukacita dan sebaik-baiknya. Jadi
makna dalam istilah hamba begitu luas dan kaya jika diterapkan dalam hidup
kita.
Jadilah padaku menurut perkataan-Mu
itu :
Disini kita melihat bagaimana seorang maria menyadari siapa Allah yang
diimaninya. Allah adalah Allah.
Apapun yang menjadi kehendak dan keputusan Allah, menyenangkan atau tidak,
menguntungkan/merugikan, membuat kita bahagia atau kecewa, itu pasti yang
benar, adil dan merupakan yang terbaik.
Hidup kita tidak selalu berjalan seperti yang kita kehendaki. Bisa jadi apa
yang kita harapkan, kita inginkan, kita kehendaki tidak terjadi. Sebaliknya,
yang tidak kita inginkan malah justru terjadi. Kehendak kita tidak selalu
seiring dan sejalan dengan kehendak Allah, bahkan tak jarang justru
bertentangan.
Dalam situasi seperti ini, apa yang harus dilakukan ? kita diingatkan untuk
belajar dan bersikap seperti Maria. Berserah sebulat-bulatnya pada Kehendak
Tuhan. Segala resiko...konsekuensi yang membayang di depan mata, tidak
membatalkan kehendak untuk tetap menyandarkan diri kepada Allah.
Kehendak-Mu Tuhan, bukan
Keinginanku. Biarlah tema ini yang juga meneguhkan kita, untuk terus belajar
mengendalikan diri dan sebaliknya menaklukkan diri pada apa yang menjadi
rencana dan kehendak Allah atas hidup kita... berefleksi dari Maria,
sesungguhnya kita bisa kita sanggup dan terus diperlengkapi, asalkan kita mau
berupaya.
Maria bersedia menjawab
panggilan Tuhan untuk menjadi alat di tangan-Nya dalam mewujudkan rencana Allah
yang besar, yaitu menghadirkan Yesus Kristus yang menjadi Jurus’lamat manusia.
Jika Maria bersedia merespon dalam iman dan ketaatan penuh, bagaimana dengan
kita? Apakah kita pun dapat dengan menjawab panggilan Tuhan untuk menjadi alat
untuk mewartakan karya dan kasih Tuhan kepada sesama?
Kiranya Roh Kudus
menolong dan memampukan kita untuk menjawab pertanyaan secara pribadi.
Tuhan menolong kita semua.
Selamat menyambut Natal yang sebentar lagi kita rayakan bersama.
Tuhan memberkati.
(glo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar