Senin, 15 April 2013

Allah Memperlengkapi Umat untuk Karya-Nya



KHOTBAH KEBAKTIAN MINGGU GKI CITRA
Minggu, 20 Januari 2013
Allah yang Memperlengkapi Umat untuk Karya-Nya

Bacaan I              : Yesaya 62:1-5
Antar Bacaan    : Mzm 36:5-10
Bacaan II             : I Korintus 12:1-11
Bacaan Injil     : Yohanes 2:1-11

K-H-O-T-B-A-H

Beberapa hari ini kita mengalami kegalauan yang luar biasa! Betul saudara?  Mulai dari Minggu lalu 13 Jan à pagi-pagi kita diperhadapkan situasi ujan yang cukup besar... pagi-pagi saya melayani ibadah pemuda pk. 07.00 temanya pas “Menerjang Badai, Menari di tengah hujan”, sulit juga karena kondisinya berat...  bersyukur kurang lebih 19 pemuda bisa hadir dan beribadah...

Berlanjut di hari-hari berikutnya, dan memuncak kamis yang lalu 17 Januari hujan besar melanda ibukota Jakarta... bahkan harus melebar juga ke Jabodetabek... include bekasi... (share rumah GT).

Pemberitaan menyebutkan bahwa rumah-rumah, perkantoran hingga rumah sakit dan jalan-jalan besar utama di Bundaran HI (Hotel Indonesia), Sarinah, Jl. Jenderal Sudirman, Bendungan Hilir, Grogol-Kepa Duri Pluit, Tanjung Priok, juga tidak luput daerah Menteng hingga Kampung Melayu, bahkan yang paling dekat dengan kita “tegalalur, cengkareng, daan mogot, prepedan, semuanya “lumpuh” tertutup banjir”.  à sdr/i kita di GKI Sumbawa 2 juga ada yang menjadi korban. (GKI Nurdin : tidak ada ibadah , airnya masuk ke ruang ibadah, akses jalan jg sulit), GKI Perniagaan juga demikian. Kebaktian hanya dilangsungkan sekali pk. 08. 30 di ruang lansia (update berita terakhir)  

Bencana banjir yang baru beberapa hari saja telah merugikan puluhan milyar bahkan sampai triliunan rupiah, merusak berbagai bangunan, hingga memakan korban sakit dan meninggal dunia (kemarin kalau kita menyaksikan peristiwa di basement UOB- 4 orang terjebak oleh air yang mengalir dengan begitu dahsyat, sehingga korban masih ada yang belum ditemukan-info terakhir sudah ditemukan – ada yang dirawat di RS Abdi Waluyo, namun ada yang meninggal- kemarin Bp Bangga ‘GM Plaza UOB-menyampaikan ucapan bela sungkawanya-ketika diwawancarai oleh seorang reporter).

Belum lagi... efek yang terbesar adalah rusaknya tata sosial, pelayanan masyarakat, kerja kinerja dan tata hidup kehidupan Jakarta sekitarnya.

Bagaimana ke depan (besok lusa dst) kita belum tahu ---- > Info terakhir yang kita dengar menyebutkan “Jakarta darurat banjir! sampai tanggal 27 Jan bahkan menurut saya bisa sampai Februari bulan ke depan... Oleh karenanya kita diajak untuk waspada.... siaga... dan tanggap akan situasi ini...

Itu keadaan kita sekarang! Yang menjadi refleksi pertanyaan kita: bagaimana sikap kita menghadapi situasi krisis ini? Apa yang kita perbuat ketika melihat kondisi kota bahkan bangsa dimana kita tinggal, tengah berada dalam persoalan yang tidak mudah? Banjir dan longsor mungkin baru satu di antaranya... masih banyak persoalan yang ditemui oleh bangsa ini...

Mari kita menjawabnya melalui perenungan dalam kisah Injil Yoh 2:1-11 yang tadi sudah kita baca bersama.
Keluarga pemilik pesta perkawinan di Kana tengah berada dalam sebuah krisis. Mereka kehabisan anggur.

-            Pada situasi zaman Yesus, jika dalam suatu peristiwa pernikahan/ perjamuan, dan anggur yang tersedia habis (kurang), maka hal itu menjadi aib, hal yang memalukan, tidak akan terlupakan.

-            Tuan rumah/penyelenggara pesta pernikahan dapat dicemooh oleh para tamu yang hadir..... para tamu dapat tersinggung dan merasa kurang dihargai atau diterima sepantasnya. Buntutnya, keluarga yang bersangkutan tidak hanya dijadikan buah bibir setelah pesta tetapi bisa sampai dituntut di pengadilan à karena memang anggur dalam sebuah pesta adalah keharusan! Anggur = inti pesta tersebut! Namun penting untuk diperhatikan pula bahwa anggur ini bukan untuk mabuk-mabukan...beda dengan sekarang.... =).

-            Menghadapi krisis itu, kita menemukan sosok yang melihat dan menyadari “ada situasi krisis”.ini à bisa jadi ia memiliki hubungan yang akrab dengan keluarga mempelai sehingga merasa oh saya harus melakukan sesuatu.

(a) Hal pertama yang bisa kita lihat : menyadari betul ada situasi krisis ini.
-            Apa yang kemudian dilakukan? Teks Injil à Ia mencari pada sosok yang tepat, yaitu Yesus. Di sini kita menemukan bagaimana sosok Ibu Yesus memercayakan segala sesuatu kepada Dia.

-            Tidak jelas à apakah ini hanya menyampaikan sebuah informasi atau meminta Yesus berbuat sesuatu atas krisis yang terjadi.

(b) Meski jawaban Yesus sulit dipahami, namun yang bisa kita belajar “ibu Yesus tidak lari dari krisis, namun ia menghadapinya... selanjutnya ia memercayakan segala sesuatu kepada Dia yang berkuasa”.
-            Ibu Yesus pun menanti... ànamun penantian ini tidak hanya bersifat pasif, diam, dan hanya menantikan Yesus untuk bertindak. Penantian ini dikerjakan secara aktif dalam tindakan nyata saat ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: ”Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu”.

-            Hal berikutnya yang ia lakukan adalah “mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan kepada mereka untuk dilakukan” : ayat. 6 dst: mengisi tempayan-tempayan itu penuh dengan air dan kemudian mencedok serta membawa kepada pemimpin pesta.
Apa yang terjadi? Mujizat pun terjadi è Pesta yang tadinya terasa ‘kurang’ karena kehabisan anggur, diperlengkapi Yesus dengan mujizat air yang berubah menjadi anggur, yang bahkan lebih baik dari yang sebelumnya.
(c) setelah tau/ sadar betul ada krisis, ad persoalan, ada pergumulan, memercayakan kepada Tuhan, maka yang ketiga yang bisa kita belajar : melakukan tindakan aktif (berkarya) seturut dengan apa yang Tuhan kehendaki, dan yakinilah Ia yang mengasihi kita, akan senantiasa memperlengkapi dan menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan menurut cara dan waktuNya.
Kekurangan anggur dalam peristiwa di Kana adalah peristiwa yang meneguhkan kita, bahwa kehadiran Tuhan sungguh memperlengkapi sehingga kekurangan itu bisa diatasi.
Penerapan:
Hidup kita sebagai anak-anak Tuhan  dipanggil untuk terus aktif berkarya bagi keluarga, gereja, bangsa dan sesama.
Pertanyaannya sederhana à Sudahkah kita merespons panggilan Tuhan dalam hidup kita?
Amat menyedihkan, seringkali kita cenderung menolak panggilan Tuhan dalam setiap karya dan pelayanan kita... contoh paling mudah di gereja... (komunitas dimana kita berada).
Keluhan yang seringkali terdengar seantero GKI, tidak hanya di GKI Citra : sulitnya mencari angg jemaat yang bersedia turut ambil bagian untuk melayani.  (WJ juga menuliskan)
Saya ngga bisa apa-apa...
saya tidak mampu...
udah yang lain aja...
saya mau bantu...
 tapi bantu doa... bantu kasih dana... bantu materi aja cukup ya?!
Itulah jawaban yang seringkali digaungkan!
Ketika dipilih dan dipanggil menjadi Penatua... selain persoalan waktu/kesibukan, maka jawaban-jawaban demikianlah yang kemudian keluar.... dari lidah bibir calon terpilih...

Sulit sekali mencari Penatua di GKI... bnd, di gereja teman dimana ia melayani... menjadi Pnt ada kampanyenya... ngga hanya Jokowi (jokowi di musim banjir ini banyak meninjau lokai banjir)  ‘profile bbm-bawa-bawa spanduk’...... “pemilihan pnt Gereja A... gereja B... dlsb”

Karena sulitnya maka ‘sistem tukeran’ umumnya yang berlaku... kalau tahun ini suaminya, maka 3 tahun mendatang bisa jadi istrinya yang naik... demikian sebaliknya, kalau tahun ini istrinya, maka berikutnya adalah suaminya... bersyukur untuk tahu pelayanan baru ini ada saudara-saudara kita yang telah menjawab panggilan Tuhan menjadi Pnt... ada yang baru kali ini menjabat kita dukung dalam doa...

Kalau tadi baru kepenatuaan... ini terjadi juga di kepanitiaan...  orangnya tidak jauh-jauh... udah bukan 4 L 5-6 L “Lu lu lu lu lu lagi... lalu ada yang mengatakan kenapa dia dia lagi panitianya? Sementara ybs ketika diminta kembali menjawab ‘saya ngga bisa.. saya ngga mampu... jangan saya... ‘

Saya secara pribadi tetap mengapresiasi mereka yang setia menjadi panitia... karena memang kalau tidak ada yang 4 L itu, ya tidak ada yang bersedia jadi panitia. Mau dibawa kemana gereja Tuhan, jika tidak ada yang berperan dan terlibat di dalamnya... Gereja bukan hanya gedungnya, tapi gereja adalah kita orang-orang yang ada di dalamnya!

Tidak bisa, tidak mampu, itulah yang kerapkali menjadi alasan... padahal sekali lagi tema kita mengatakan ketika kita mau berkarya dan melayaninya yakinilah bahwa Tuhan pasti akan memperlengkapi...

Setiap kita diberikan karunia. Kendati berbeda tetapi ada yang potensial yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Bagaimana kita mengelola karunia yang ada untuk kepentingan bersama itulah yang utama. Jangan kemudian karunia yang ada hanya kita gunakan untuk kesombongan diri.
Belajar dari Jemaat di Korintus.
-          Jemaat Korintus à Jemaat yang penuh dengan karunia istimewa dari Tuhan
-          Mulai ayat ke-8 dst : ada karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, karunia menyembuhkan,  bernubuat, melakukan mujizat.
-          Apakah mereka sadar? SADAR betul!
-          Persoalannya : mereka lebih memperhatikan kekayaan karunia untuk kepentingan dan kepuasan diri.
-          Bahkan beberapa orang/oknum di jemaat Korintus jatuh pada kesombongan, menjadi tinggi hati, merasa diri lebih. Merasa diri istimewa daripada yang lain
-          Hal ini mengganggu persekutuan jemaat di sana.
-          Nasehat dan kritikan Paulus à pertama : yang berkarya melalui perkara-perkara istimewa yang manusia lakukan adalah Tuhan,  kedua : melalui perkara-perkara itu, Tuhan hendak menyatakan ‘pelayanan-Nya’, yang membangun kehidupan iman jemaat.
-          Oleh karenanya à Menggunakan karunia untuk kepentingan bersama, untuk pembangunan tubuh Kristus itu yang utama
-          Artinya apa? Artinya adalah apakah melalui karunia yang kita miliki dapat membawa dan memberikan kebaikan bagi orang di sekitar kita? menjadi berkat dalam kebersamaan kita sebagai gereja? Apakah karunia itu telah dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, atau malah sebaliknya? Karena kita merasa oh saya diberi karunia A, B, C, maka kita menjadi orang yang mengutamakan kepentingan pribadi, nama besar, diri sendiri, penghargaan orang lain terhadap diri kita?
-          Tentu tidak demikian! Karunia demi karunia yang ada mestinya digunakan untuk kepentingan bersama.
-          Apa yang terjadi kalau itu digunakan untuk kepentingan bersama?
-          Kehidupan jemaat akan semakin bertumbuh.. semakin baik.... dan nama Tuhanlah yang dimuliakan.
Itu baru di gereja, komunitas dimana kita berada... bagaimana dengan kehidupan bangsa, cakupan yang lebih luas....seperti yang sudah saya sampaikan di awal khotbah tadi?
Menghadapi krisis demi krisis yang terjadi apa yang dapat kita perbuat? Apakah kita bersedia untuk aktif berkarya ?
Bersyukur bahwa melalui peristiwa banjir ini ikatan kebersamaan kita semakin kuat.
Kita bisa menjawab panggilan Tuhan untuk terlibat “dalam karya dan pelayanan” memberikan pertolongan bagi mereka yang menjadi korban mulai dari lingkungan terdekat, sampai kemarin rekan-rekan sampai ke wilayah Grogol dan bisa berbela rasa bersama dengan warga disana. Kehadiran kita saya yakini sungguh menjadi berkat bagi saudara-saudara kita disana! Dan menurut info yang saya peroleh, kita masih akan terus melanjutkan kegiatan tersebut besok, lusa sampai banjir itu surut. (membuka kesempatan bagi kita untuk terlibat dan memberi diri melayani melalui karya yang kita lakukan)
Setiap kita dipanggil oleh Tuhan untuk turut terlibat dalam karya-Nya di tengah dunia. Tentu saja dasar panggilan-Nya bukan karena kemampuan kita.... kehebatan kita.... bukan karena kita yang paling bisa.... Namun dasar pemanggilan kita adalah karena itu merupakan anugerah. Kasih Setia-Nya.
Ketika Allah sudah memanggil, yakinilah bahwa Allah akan memperlengkapi kita manusia yang terbatas ini.  Ada nilai plus yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita, ketika kita dipercayakan untuk menunaikan karya, dan tugas pelayanan kita.  Yang dapat kita lakukan : Lakukan segala sesuatu secara total dan sungguh-sungguh terbaik untuk Tuhan.
Ketika Tuhan memberikan kepercayaan kita menjadi Majelis Jemaat (Pdt dan Penatua), Badan Pelayanan, tim misalnya pelawat, tim paideia, panitia, bahkan juga tim SAR , para relawan...maka kita lakukan yang maksimal untuk memuliakan Tuhan, karena inilah persembahan kita, inilah respon kita terhadap panggilan Allah. 
Ketika kita melawat, maka kita melakukan dengan sukacita, tidak sebentar-sebentar lihat jam, tidak menggerutu, namun berusaha merangkul umat yang lain. Menyambut dengan ramah, dll
Kalau kita menjadi penatua, pendeta, maka kita komitmen untuk melakukan tugas pelayanan dengan baik, bisa menentukan prioritas, membagi waktu, bertanggungjawab, disiplin, dlsb.
Jangan berhenti untuk terus belajar... terus diperlengkapi oleh Tuhan. Bagaimana agar diperlengkapi?
a. Mengundang Yesus hadir dalam setiap ranah kehidupan kita (Yoh 2:2); 
b. Memberikan ruang Tuhan berkarya menurut waktu dan cara-Nya yang ajaib, bahkan terkadang melampaui manusia... lih kembali teks injil Yoh kisah perkawinan di Kana...  “Apa  yang dikatakan kepadamu, buatlah itu” (pernyataan Maria)
c. Menyambut karya Tuhan dengan ucapan syukur
Tuhan tahu batas dan kemampuan kita, oleh karenanya Ia pasti memperlengkapi kita. Marilah kita menyambut panggilan Tuhan untuk berkarya bagi-Nya.




Tuhan memberkati kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar