KHOTBAH
KEBAKTIAN MINGGU GKI CITRA
Minggu, 20 Januari 2013
“Allah yang
Memperlengkapi Umat untuk Karya-Nya”
Bacaan I :
Yesaya 62:1-5
Antar Bacaan :
Mzm 36:5-10
Bacaan II :
I Korintus 12:1-11
Bacaan Injil : Yohanes 2:1-11
K-H-O-T-B-A-H
Beberapa hari ini kita mengalami kegalauan yang luar biasa! Betul
saudara? Mulai dari Minggu lalu 13 Jan à pagi-pagi kita diperhadapkan situasi ujan yang
cukup besar... pagi-pagi saya melayani ibadah pemuda pk. 07.00 temanya pas
“Menerjang Badai, Menari di tengah hujan”, sulit juga karena kondisinya
berat... bersyukur kurang lebih 19
pemuda bisa hadir dan beribadah...
Berlanjut di hari-hari berikutnya, dan memuncak kamis yang lalu 17 Januari
hujan besar melanda ibukota Jakarta... bahkan harus melebar juga ke
Jabodetabek... include bekasi... (share rumah GT).
Pemberitaan menyebutkan bahwa rumah-rumah,
perkantoran hingga rumah sakit dan jalan-jalan besar utama di Bundaran HI
(Hotel Indonesia), Sarinah, Jl. Jenderal Sudirman, Bendungan Hilir, Grogol-Kepa
Duri Pluit, Tanjung Priok, juga tidak luput daerah Menteng hingga Kampung
Melayu, bahkan yang paling dekat
dengan kita “tegalalur, cengkareng, daan mogot, prepedan, semuanya “lumpuh” tertutup banjir”. à sdr/i kita di GKI Sumbawa
2 juga ada yang menjadi korban. (GKI Nurdin :
tidak ada ibadah , airnya masuk ke ruang ibadah, akses jalan jg sulit), GKI
Perniagaan juga demikian. Kebaktian hanya dilangsungkan sekali pk. 08. 30 di
ruang lansia (update berita terakhir)
Bencana
banjir yang baru beberapa hari saja telah merugikan puluhan milyar bahkan sampai triliunan rupiah,
merusak berbagai bangunan, hingga memakan korban sakit dan meninggal dunia (kemarin
kalau kita menyaksikan peristiwa di basement UOB- 4 orang terjebak oleh air
yang mengalir dengan begitu dahsyat, sehingga korban masih ada yang belum
ditemukan-info terakhir sudah ditemukan – ada yang dirawat di RS Abdi Waluyo,
namun ada yang meninggal- kemarin Bp Bangga ‘GM Plaza UOB-menyampaikan ucapan
bela sungkawanya-ketika diwawancarai oleh seorang reporter).
Belum lagi... efek yang terbesar adalah rusaknya
tata sosial, pelayanan masyarakat, kerja kinerja dan tata hidup kehidupan
Jakarta sekitarnya.
Bagaimana ke depan (besok lusa dst) kita belum tahu ---- > Info terakhir
yang kita dengar menyebutkan “Jakarta darurat banjir!” sampai
tanggal 27 Jan bahkan menurut saya bisa sampai Februari bulan ke depan... Oleh
karenanya kita diajak untuk waspada.... siaga... dan tanggap akan situasi
ini...
Itu keadaan kita sekarang! Yang menjadi refleksi pertanyaan kita: bagaimana
sikap kita menghadapi situasi krisis ini? Apa yang kita perbuat ketika melihat
kondisi kota bahkan bangsa dimana kita tinggal, tengah berada dalam persoalan
yang tidak mudah? Banjir dan longsor mungkin baru satu di antaranya... masih
banyak persoalan yang ditemui oleh bangsa ini...
Mari kita menjawabnya melalui perenungan dalam kisah Injil Yoh 2:1-11 yang tadi sudah kita baca bersama.
Keluarga pemilik pesta
perkawinan di Kana tengah berada dalam sebuah krisis. Mereka kehabisan anggur.
-
Pada
situasi zaman Yesus, jika dalam suatu peristiwa pernikahan/ perjamuan, dan
anggur yang tersedia habis (kurang), maka hal itu menjadi aib, hal yang memalukan,
tidak akan terlupakan.
-
Tuan
rumah/penyelenggara pesta pernikahan dapat dicemooh
oleh para tamu yang hadir..... para tamu dapat tersinggung dan merasa kurang
dihargai atau diterima sepantasnya. Buntutnya, keluarga yang bersangkutan tidak
hanya dijadikan buah bibir setelah pesta tetapi bisa sampai dituntut di pengadilan à karena memang anggur dalam sebuah pesta adalah keharusan! Anggur = inti
pesta tersebut! Namun penting untuk diperhatikan pula bahwa anggur ini bukan
untuk mabuk-mabukan...beda dengan
sekarang.... =).
-
Menghadapi
krisis itu, kita menemukan sosok yang melihat dan menyadari “ada situasi
krisis”.ini à bisa jadi ia memiliki hubungan yang akrab
dengan keluarga mempelai sehingga merasa oh
saya harus melakukan sesuatu.
(a) Hal pertama
yang bisa kita lihat : menyadari betul ada situasi krisis ini.
-
Apa
yang kemudian dilakukan? Teks Injil à Ia mencari pada sosok yang tepat, yaitu
Yesus. Di sini kita menemukan bagaimana sosok Ibu Yesus memercayakan segala
sesuatu kepada Dia.
-
Tidak
jelas à apakah ini hanya menyampaikan sebuah
informasi atau meminta Yesus berbuat sesuatu atas krisis yang terjadi.
(b) Meski jawaban Yesus sulit dipahami, namun yang bisa kita belajar “ibu Yesus tidak
lari dari krisis, namun ia menghadapinya...
selanjutnya ia memercayakan segala sesuatu
kepada Dia yang berkuasa”.
-
Ibu
Yesus pun menanti... ànamun penantian ini
tidak hanya bersifat pasif, diam, dan hanya menantikan Yesus untuk bertindak.
Penantian ini dikerjakan secara aktif dalam tindakan nyata saat ibu Yesus
berkata kepada pelayan-pelayan: ”Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu”.
-
Hal berikutnya
yang ia lakukan adalah “mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan kepada
mereka untuk dilakukan” : ayat. 6 dst: mengisi tempayan-tempayan itu penuh
dengan air dan kemudian mencedok serta membawa kepada pemimpin pesta.
Apa yang terjadi? Mujizat pun terjadi è Pesta yang
tadinya terasa ‘kurang’ karena kehabisan anggur,
diperlengkapi Yesus dengan mujizat air yang berubah menjadi anggur, yang bahkan
lebih baik dari yang sebelumnya.
(c) setelah tau/ sadar betul ada krisis, ad persoalan, ada
pergumulan, memercayakan kepada Tuhan, maka yang ketiga yang bisa kita belajar
: melakukan
tindakan aktif (berkarya) seturut dengan apa yang Tuhan kehendaki, dan
yakinilah Ia yang mengasihi kita, akan senantiasa memperlengkapi dan
menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan menurut cara dan waktuNya.
Kekurangan anggur dalam peristiwa di
Kana adalah peristiwa yang meneguhkan kita, bahwa kehadiran Tuhan sungguh
memperlengkapi sehingga kekurangan itu bisa diatasi.
Penerapan:
Hidup kita sebagai anak-anak Tuhan dipanggil untuk terus aktif berkarya bagi
keluarga, gereja, bangsa dan sesama.
Pertanyaannya sederhana à Sudahkah kita merespons panggilan Tuhan dalam hidup kita?
Amat menyedihkan, seringkali kita cenderung
menolak panggilan Tuhan dalam setiap karya dan pelayanan kita... contoh paling
mudah di gereja... (komunitas dimana kita berada).
Keluhan yang seringkali terdengar seantero GKI,
tidak hanya di GKI Citra : sulitnya mencari angg jemaat yang bersedia turut
ambil bagian untuk melayani. (WJ juga
menuliskan)
Saya ngga bisa apa-apa...
saya tidak mampu...
udah yang lain aja...
saya mau bantu...
tapi bantu doa... bantu kasih
dana... bantu materi aja cukup ya?!
Itulah jawaban yang seringkali digaungkan!
Ketika dipilih dan dipanggil menjadi Penatua... selain persoalan
waktu/kesibukan, maka jawaban-jawaban demikianlah yang kemudian keluar.... dari
lidah bibir calon terpilih...
Sulit sekali mencari Penatua di GKI... bnd, di gereja teman dimana ia
melayani... menjadi Pnt ada kampanyenya... ngga
hanya Jokowi (jokowi di musim banjir ini banyak meninjau lokai banjir) ‘profile bbm-bawa-bawa spanduk’...... “pemilihan
pnt Gereja A... gereja B... dlsb”
Karena sulitnya maka ‘sistem tukeran’ umumnya yang berlaku... kalau tahun
ini suaminya, maka 3 tahun mendatang bisa jadi istrinya yang naik... demikian
sebaliknya, kalau tahun ini istrinya, maka berikutnya adalah suaminya... bersyukur untuk tahu pelayanan
baru ini ada saudara-saudara kita yang telah menjawab panggilan Tuhan menjadi
Pnt... ada yang baru kali ini menjabat kita dukung dalam doa...
Kalau tadi baru kepenatuaan... ini terjadi juga di kepanitiaan... orangnya tidak jauh-jauh... udah bukan 4 L 5-6
L “Lu lu lu lu lu lagi... lalu ada yang mengatakan kenapa dia dia lagi
panitianya? Sementara ybs ketika diminta kembali menjawab ‘saya ngga bisa..
saya ngga mampu... jangan saya... ‘
Saya secara pribadi tetap mengapresiasi mereka yang setia menjadi
panitia... karena memang kalau tidak ada yang 4 L itu, ya tidak ada yang
bersedia jadi panitia. Mau dibawa kemana gereja Tuhan, jika tidak ada yang
berperan dan terlibat di dalamnya... Gereja bukan hanya gedungnya, tapi gereja
adalah kita orang-orang yang ada di dalamnya!
Tidak bisa, tidak mampu, itulah yang kerapkali menjadi alasan... padahal
sekali lagi tema kita mengatakan ketika
kita mau berkarya dan melayaninya yakinilah bahwa Tuhan pasti akan
memperlengkapi...
Setiap kita diberikan karunia. Kendati berbeda tetapi ada yang potensial
yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Bagaimana kita mengelola karunia yang ada
untuk kepentingan bersama itulah yang utama. Jangan kemudian karunia yang ada
hanya kita gunakan untuk kesombongan diri.
Belajar dari Jemaat di Korintus.
-
Jemaat
Korintus à Jemaat yang penuh dengan karunia istimewa
dari Tuhan
-
Mulai
ayat ke-8 dst : ada karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata
dengan pengetahuan, karunia menyembuhkan,
bernubuat, melakukan mujizat.
-
Apakah
mereka sadar? SADAR betul!
-
Persoalannya
: mereka lebih memperhatikan kekayaan karunia untuk kepentingan dan kepuasan
diri.
-
Bahkan
beberapa orang/oknum di jemaat Korintus jatuh pada kesombongan, menjadi tinggi
hati, merasa diri lebih. Merasa diri istimewa daripada yang lain
-
Hal
ini mengganggu persekutuan jemaat di sana.
-
Nasehat
dan kritikan Paulus à pertama : yang berkarya melalui perkara-perkara istimewa yang manusia lakukan
adalah Tuhan, kedua : melalui perkara-perkara itu, Tuhan
hendak menyatakan ‘pelayanan-Nya’, yang membangun kehidupan iman jemaat.
-
Oleh
karenanya à Menggunakan karunia untuk kepentingan
bersama, untuk pembangunan tubuh Kristus itu yang utama
-
Artinya
apa? Artinya adalah apakah melalui
karunia yang kita miliki dapat membawa dan memberikan kebaikan bagi orang di
sekitar kita? menjadi berkat
dalam kebersamaan kita sebagai gereja? Apakah karunia itu telah dimanfaatkan
untuk kepentingan bersama, atau malah
sebaliknya? Karena kita merasa oh saya
diberi karunia A, B, C, maka kita menjadi orang yang mengutamakan kepentingan
pribadi, nama besar, diri sendiri, penghargaan orang lain terhadap diri kita?
-
Tentu
tidak demikian! Karunia demi karunia yang ada mestinya digunakan untuk
kepentingan bersama.
-
Apa
yang terjadi kalau itu digunakan untuk kepentingan bersama?
-
Kehidupan
jemaat akan semakin bertumbuh.. semakin baik.... dan nama Tuhanlah yang
dimuliakan.
Itu baru di gereja, komunitas dimana kita
berada... bagaimana dengan kehidupan bangsa, cakupan yang lebih luas....seperti
yang sudah saya sampaikan di awal khotbah tadi?
Menghadapi krisis demi krisis yang terjadi apa
yang dapat kita perbuat? Apakah kita bersedia untuk aktif berkarya ?
Bersyukur bahwa melalui peristiwa banjir ini
ikatan kebersamaan kita semakin kuat.
Kita bisa menjawab panggilan Tuhan untuk terlibat
“dalam karya dan pelayanan” memberikan pertolongan bagi mereka yang menjadi
korban mulai dari lingkungan terdekat, sampai kemarin rekan-rekan sampai ke
wilayah Grogol dan bisa berbela rasa bersama dengan warga disana. Kehadiran
kita saya yakini sungguh menjadi berkat bagi saudara-saudara kita disana! Dan
menurut info yang saya peroleh, kita masih akan terus melanjutkan kegiatan
tersebut besok, lusa sampai banjir itu surut. (membuka kesempatan bagi kita
untuk terlibat dan memberi diri melayani melalui karya yang kita lakukan)
Setiap kita dipanggil oleh Tuhan untuk
turut terlibat dalam karya-Nya di tengah dunia. Tentu saja dasar panggilan-Nya
bukan karena kemampuan kita.... kehebatan kita.... bukan karena kita yang
paling bisa.... Namun dasar pemanggilan kita adalah karena itu merupakan
anugerah. Kasih Setia-Nya.
Ketika Allah sudah memanggil, yakinilah bahwa Allah akan
memperlengkapi kita manusia yang terbatas ini.
Ada nilai plus yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita, ketika kita
dipercayakan untuk menunaikan karya, dan tugas pelayanan kita. Yang dapat kita
lakukan : Lakukan segala sesuatu secara
total dan sungguh-sungguh terbaik untuk Tuhan.
Ketika Tuhan memberikan kepercayaan kita
menjadi Majelis Jemaat (Pdt dan Penatua), Badan Pelayanan, tim misalnya
pelawat, tim paideia, panitia, bahkan juga tim SAR , para relawan...maka kita lakukan yang maksimal
untuk memuliakan Tuhan, karena inilah persembahan kita, inilah respon kita
terhadap panggilan Allah.
Ketika kita melawat, maka kita melakukan
dengan sukacita, tidak sebentar-sebentar lihat jam, tidak menggerutu, namun
berusaha merangkul umat yang lain. Menyambut dengan ramah, dll
Kalau kita menjadi penatua, pendeta, maka
kita komitmen untuk melakukan tugas pelayanan dengan baik, bisa menentukan
prioritas, membagi waktu, bertanggungjawab, disiplin, dlsb.
Jangan berhenti untuk terus belajar...
terus diperlengkapi oleh Tuhan. Bagaimana agar
diperlengkapi?
a. Mengundang Yesus hadir dalam
setiap ranah kehidupan kita (Yoh 2:2);
b. Memberikan ruang Tuhan berkarya
menurut waktu dan cara-Nya yang ajaib, bahkan terkadang melampaui manusia...
lih kembali teks injil Yoh kisah perkawinan di Kana... “Apa
yang dikatakan kepadamu, buatlah itu” (pernyataan Maria)
c. Menyambut karya Tuhan dengan
ucapan syukur
Tuhan tahu batas dan kemampuan kita, oleh karenanya Ia pasti memperlengkapi
kita. Marilah kita menyambut panggilan Tuhan untuk berkarya bagi-Nya.
Tuhan memberkati kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar