Senin, 23 Agustus 2010

renungan lansia-2 "Hanya dekat Allah saja aku tenang"

KHOTBAH PERSEKUTUAN USINDA
GKI CITRA I
Jumat, 09 April 2010
Pk. 16.00
Hanya Dekat Allah aku Tenang
FT: Mazmur 62:1-9

Tujuan:
  1. Usinda memahami bahwa dalam memahami kesulitan hidup, Tuhan senantiasa hadir
  2. Usinda memahami bahwa Tuhan rela menyerahkan nyawanya untuk menyelamatkan domba-domba-Nya

Pembukaan:
v  Tentu kita semua sepakat bahwa keamanan adalah salah satu kebutuhan manusia. Betul ya? Sepakat? Inginnya kita berada dalam situasi aman ya? Siapa di antara kita yang tidak ingin hidup aman? Tidak ada! Kita yang hidup di bumi ini lebih khusus Indonesia bahkan lebih spesifik lagi orang-orang Citra inginnya hidup aman.

v  Pertanyaannya aman dari apa? Macam-macam saudara...Aman dari orang jahat.... (beberapa waktu yang lalu, sudah lama sih, saya pernah mendengar ada yang ketika naik kopaja 95 ia mengalami kejahatan kriminal, ditusuk, kita harus berhati-hati di sini), kita ingin aman dari orang jahat.... apa lagi? Ingin juga aman dari situasi bangsa yang tidak menentu.... terkait dengan alam...kita juga inginnya aman dari bencana alam... (meskipun kita telah mendengar bahwa ada begitu banyak bencana yang kerapkali datang....termasuk kemarin ada bencana gempa 7,2 skala ritcher yang kembali datang ke daerah NAD)...

v  Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sebagai manusia inginnya hidup dalam situasi yang aman.... nyaman.... bahkan...sampai orang rela bayar mahal demi mendapatkan rasa aman saudara... bayar bodyguard..penjaga...kalau contohnya mudah...pejabat negara... artis-artis...dikelilingi bodyguard... karena apa? Karena inginnya hidup dalam situasi aman... sepakat ya!!!!
            
v  Dalam kehidupan kita khususnya sebagai lansia (usianya sudah indah), kita juga tentu inginnya aman-aman saja...apa saja keamanan yang kita inginkan? Discuss --> Ngga jauh-jauh ya: ingin Sehat...diperhatikan keluarga... disayang anak, menantu, cucu, punya temen banyak dan mereka semua peduli dengan kita, serba berkecukupan dalam hidup tidak kekurangan..dan masih banyak contoh lainnya. Itulah kurang lebih situasi aman yang kita inginkan.

v  Namun ternyata kerapkali kita berada dalam situasi yang sebaliknya...situasi yang sulit dan tidak mudah yang harus kita hadapi... pada kenyataannya tidak sedikit di antara kita yang malah menghadapi pergumulan karena sakit...kondisi badan sudah tidak sehat lagi... mau ngambil makanan aja sudah tidak bisa, mau mandi/pakai baju sendiri sudah tak sanggup, kok belum apa-apa sudah lemes, kurang bisa melihat dengan jelas, kurang mendengar, kalau berjalan juga tidak seimbang, dlsb. Itu adalah krisis yang kita hadapi! belum lagi ketika kita merasa kesepian... suka mengalami yang demikian?

v  Beberapa waktu yang lalu saya ikut acara pelayanan kasih bersama Komisi pemuda dan anak-anak Sekolah Minggu kelas 6. Kami berangkat ke sebuah Panti Werda Katholik bernama ’Melania’ yang berlokasi di daerah Ciputat. Satu hal yang saya ingat adalah di sana saya dan rekan-rekan bertemu dengan seorang opa kira-kira 65 tahun.. opa ini sangat antusias menyambut kami sempat mengobrol..bercerita....namun ketika kami akan pulang, opa itu tiba-tiba memeluk saya dan rekan-rekan lain, sambil berkata jangan lupa datang lagi ya karena ternyata...ia sudah sangat kesepian...ia mengatakan dengan perasaannya yang sedih bahwa ia mengalami kesepian yang begitu luar biasa, dan akan sangat bahagia jika ada yang datang dan mengunjungi.

v  Inilah yang kerapkali terjadi dalam kehidupan kita...merasakan ketidakamanan terutama tatkala menghadapi kondisi demikian : kesepian, sakit, menderita, tidak ada teman dan keluarga, harus berjalan dibantu oleh alat, dlsb.

Mazmur 62

v  Firman Tuhan yang kita baca yaitu Mazmur 62 yang kita baca juga hendak mengisahkan tentang sosok Daud yang juga pernah berada dalam posisi tidak aman, yakni saat menghadapi orang yang bermaksud menjatuhkan dia dari kedudukannya, dengan berbagai macam cara (ayat 4-5).

v  Tergambar melalui FT yang kit abaca bagaimana ia mengalami krisis yang begitu luar biasa…banyak pergumulan yang dihadapi olehnya… namun menarik saudara…bahwa dalam kondisi krisis semacam itu, Daud tahu ke mana dia harus pergi, yaitu kepada Allah yang menjadi tempat perlindungannya (ayat 2-3, 6-7). Daud tahu bahwa Allah adalah dasar keselamatan dan kemuliaan-Nya. Sebab itu ia mendorong orang untuk memercayai Allah senantiasa. Dan itu bisa dinyatakan dengan berdoa kepada Dia (ayat 8-9). Apakah oma-opa dan sdr/I juga berdoa tatkala menghadapi pergumulan hidup? Kadang sulit dan lupa ya…karena yang ada dalam pikiran kita hanya keluhan… aduh…sakit… aduh…masalah kok muncul lagi..aduh…lalu dari aduh berpindah menjadi mengapa…. Kok Tuhan begitu ya… kok saya sakit terus…kok anak mantu cucu ngga datang nengokin saya… kita malah lupa berdoa…. Padahal sebagai anak-anak Tuhan, kita diingatkan untuk terus bergantung kepada-Nya… hanya kepada Tuhan, bukan yang lain…

v  Menurut Daud, tidaklah bijaksana bila orang tergantung kepada manusia bila ingin mencari perlindungan dan rasa aman. (sekarang ini justru banyak orang cari jalan pintas. Inginnya keluar dari masalah buru-buru, maka menghalalkan segala cara supaya bisa cepat mendapat jawaban): cari orang pintar… 

v  Memang pada saat itu Daud harus menghadapi orang-orang yang menginginkan kejatuhannya dengan cara apapun (ayat 10-11). Bagi Daud, orang-orang semacam itu bagaikan angin, tidak memiliki arti apapun dan tidak punya kuasa sedikit pun. Karena itu tempat perlindungan yang aman, satu-satunya adalah Allah. Ia Maha Kuasa, penuh kasih setia, dan senantiasa bertindak adil (ayat 12-13).

v  Kita pun pasti pernah menghadapi krisis karena berbagai masalah yang melanda hidup kita (contohnya banyak!!!!). Namun dalam situasi dan kondisi seperti itu, maka pertanyaan yang diberikan adalah: kepada siapakah kita hendak menggantungkan harapan dan menaruh kepercayaan kita? Adakah Allah sebagai yang pertama dan satu-satunya kita ingat ketika kita dilanda krisis? Hanya dangan membawa diri mendekat dan melekat pada kuasa pemeliharaan-Nya yang melampaui segala akal, kita akan mendapatkan aliran ketenangan dan kedamaian sekalipun berada ditengah-tengah badai.

v  Semua kekayaan, kemasyhuran, dan relasi sebaik apapun tidak akan memberi jaminan apapun di dalam hidup ini. Bawalah diri kita mendekat kepada aliran kasih dan kuasa Tuhan yang tak terbatas itu. Maka ketenangan dan kemenangan pasti menjadi bagian kita.


Anda pernah merasakannya sendiri, atau paling tidak mendengar orang lain menceritakan saat-saat mereka merasa sedih, atau sangat berputus asa.

Lynette Joy, dalam sebuah artikel yang ditulisnya untuk
christianwomentoday.com, mengemukakan beberapa langkah yang dapat kita lakukan pada saat-saat gelap itu untuk dapat berpaling kepada Yesus, SangTerang Dunia:

1.
Terangilah hati Anda dengan doa. Curahkanlah isi hati Anda kepada Allah apabila Anda merasa terlalu berat (Mazmur 62:9). Serahkanlah kekhawatiran Anda kepada-Nya dalam doa (Filipi 4:6,7). Jika Anda menulis di buku harian atau menuliskan doa-doa Anda, maka Anda dapat melihatnya kembali di kemudian hari untuk menyaksikan bagaimana Tuhan telah menjawab doa Anda.

2. Terangilah pikiran Anda dengan kebenaran. Bacalah firman Tuhan setiap hari, paling tidak selama beberapa menit. Izinkanlah kebenaran-Nya menantang, menyerap, dan mengubah pikiran-pikiran Anda yang tidak benar bahwa hidup itu tidak ada harapan (Mazmur 46:2; Roma 12:2).

3.Terangilah hidup Anda dengan melakukan kehendak Allah. Dia menghendaki agar Anda menyembah dan melayani-Nya. Tetaplah terlibat di gereja tempat Anda dapat berbakti dan bersekutu bersama orang lain dan melayani-Nya (Ibrani 10:25). Hal ini akan membantu Anda untuk semakin menumbuhkan iman kepada Allah.
Apabila kita merasa kegelapan mulai melingkupi, kita perlu berpaling kepada Yesus, Sang Terang. Dia akan menjadi perlindungan (Mazmur 62:8,9) dan akan memberikan kekuatan kepada kita untuk terus maju

Tuhan memberkati kita semua. AMIN.

1 komentar: