Senin, 23 Agustus 2010

renungan lansia 1 "Semakin Tua Semakin menguasai Diri"

Semakin Tua Semakin MengUASAI Diri
 

           Dalam bahasa Inggris, Buah Roh penguasaan diri diterjemahkan menjadi self control atau temperance. Apa artinya? Kalau menilik kata ini “self-control” secara harafiah berarti: kontrol/mengontrol diri.
Namun, kalau menilik kata Yunaninya, buah roh ‘Penguasaan diri” diterjemahkan dari kata egkrateia. Apa itu egkrateia? Pengertian egkrateia menunjuk pada kemampuan diri kita secara pribadi untuk menguasai dan mengendalikan diri sedemikian rupa, sehingga tidak membiarkan diri kita ini terbawa oleh perasaan atau tindakan yang tidak terkendali (ditegaskan) : loss control/hilang kontrol.
Melihat definisi ini maka kita akan kembali bertanya, lalu sebenarnya  apa yang dikuasai atau dikendalikan oleh diri kita? Sangat banyak !! Yang dikendalikan oleh pribadi kita tersebut adalah aktivitas/kegiatan yang berhubungan dengan pribadi kita, yang menyangkut: akal budi, emosi atau perasaan, pikiran, dan kehendak atau kemauan. Jadi, ini semua yang terus kita upayakan untuk kita kendalikan. PIKIRAN, AKAL BUDI, EMOSI, PERASAAN, KEHENDAK, KEMAUAN. Contoh-contoh konkretnya akan kita lihat kemudian dalam perenungan Firman pada saat ini (nanti akan kita bahas bersama).

Dalam perkembangannya, ada tiga hal yang tercakup dalam penguasaan diri:
1.              Penguasaan Diri berarti menahan diri dari apa yang kita ketahui salah! Misalnya, pergi jalan-jalan di tengah kesehatan yang kurang baik, lalu tidak bilang kepada anak atau keluarga kita, maka ini berarti kita tidak dapat menahan diri dari apa yang kita tahu bahwa sebenarnya itu salah. Yang seharusnya kita belajar untuk menahan diri dari pergi jalan-jalan itu, untuk beristirahat di rumah, agar cepat pulih kembali 
2.              Penguasaan diri juga berarti kita menimbang apa yang terbaik dan menghindar dari yang lainnya. Disini kita diperhadapkan pada berbagai pilihan dalam hidup kita. Memilih ternyata tidak mudah. Diperlukan ketelitian di dalamnya. Butuh yang namanya PERTIMBANGAN YANG MATANG.  Dalam usia kita saat ini, apa pilihan terberat dalam hidup kita? contoh paling mudah: Hidup sendiri.. Tentu dibutuhkan pertimbangan dari hati kita, dan bimbingan Tuhan di dalamnya. 
3.              Penguasaan diri juga mencakup kedisiplinan. Kalau kita tidak disiplin dalam melakukan sesuatu/ apa yang menjadi pilihan kita, maka itu menjadi sia-sia. Misalnya sederhana...di usia kita saat ini khan rentan dengan penyakit. Pdt. Andar dalam bukunya yang ditulis bersama dengan Hanna Santoso, menyatakan bahwa masa lanjut usia tidak bisa dihindarkan dari yang namanya penyakit karena penuaan organ-organ tubuhdan penurunan daya tahan tubuh. Usia Lansia ini kemudian harus tergantung pada bermacam-macam obat yang kadang-kadang harus diminum seumur hidup.  
Ini semakin menegaskan bahwa usia lansia seperti kita ini tidak dapat terhindarkan dari penyakit tersebut: umumnya penyakit itu berkisar antara gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan keseimbangan, daya ingat yang mulai menurun, otot dan sendi2 dalam tubuh ini menjadi lemah, vertigo, tulang-tulang juga sudah tidak sekuat waktu usia kita 30-40 tahun, dlsb.  Karena banyaknya penyakit dalam diri kita itu, maka kita diharuskan meminum berbagai jenis obat. Tak jarang ada yang harus minum 5-8 obat dalam sehari (kadang saya saja minum 1 obat sudah merasa tidak enak, apalagi 5-8??? Saya punya pengalaman dengan alm. Apoh saya yang setiap hari harus meminum 8 obat, ternyata ia bisa dan terbiasa). Sungguh merupakan jumlah yang sangat banyak. Nah bila di dalam proses pemulihan tersebut (harus meminum obat), ternyata kita tidak disiplin, maka apa yang terjadi? Jangankan bisa cepat pulih, yang ada kesehatan kita semakin memburuk.

Ketiga cakupan tentang penguasaan diri ini harus terus diingat. Pertanyaannya sekarang adalah: kalau begitu, lalu apa bentuk-bentuk pengendalian/penguasaan dirià contoh konkret apa yang dapat dilakukan oleh kita yang sudah berada dalam tahap lansia (lanjut usia)? Jawabannya tentu sangat banyak pula! Kalau tadi saya sudah uraikan di awal perenungan ini maka penguasaan diri/pengendalian diri yang ada pada setiap orang umumnya berupa pengendalian diri dari pikiran, perasaan, emosi, akal budi, kehendak, kemauan dan hal lain terkait dengan itu.

Di sini saya hanya hendak memberikan contoh umum yang ditemui dalam kehidupan persekutuan kita sebagai bagian dari seksi Usinda.
a)             mengendalikan ego dan emosi, saat ini atau usia lanjut ini dalam hal apa oma/opa/bapak/ibu sulit mengendalikan emosi? Jawabannya tentu beragam --> ada yang sulit mengendalikan ego dan emosi ketika apa yang diinginkan tidak terpenuhi... pengen A (pengen makan enak tapi kita tahu kolesterol tinggi, gulanya juga tinggi ), meskipun tahu bahayanya, namun kita tetep keukeuh harus A, padahal ada opsi atau pilihan lain yang juga tidak kalah baiknya. Kita sulit mengendalikan emosi dan ego kita. Bawaannya marah, kecewa, kesal, karena apa yang saya inginkan tidak terpenuhi…dlsb. Apa lagi yang seringkali membuat kita menjadi emosi? Marah? Mengutamakan ego kita? ---diskusi---
kita diajak juga untuk mengendalikan rasa iri, perasaan-perasaan negative dalam diri, tak jarang di usia kita saat ini kita juga kerapkali dihinggapi perasaan iri, tidak suka kepada orang lain karena mereka kok sepertinya lebih segala-galanya dari saya..kok dia masih lebih kuat dari saya? Kok dia masih suka dikunjungi anak-anaknya/teman-temannya? Kok dia kayanya heppy terus? Dan banyak hal lain yang seringkali membuat kita menjadi “iri” “jealous” dengan orang lain….ini harus dikendalikan saudara-saudara!!!!  Karena ternyata kalau kita memiliki rasa iri, kesal dengan orang lain, kita menjadi pribadi yang juga tidak dapat mengendalikan perkataan kita, lidah kita. Kita akhirnya ngomongin orang itu, karena kesal kecewa, iri, kita suka gossip (gossip: digosok makin sip, dlsb), seperti kata Yakobus dari lidah dan perkataan kita, bisa keluar apa yang menjadi pujian kita untuk Tuhan namun dengan lidah dan perkataan kita pula kita bisa mengeluarkan kutuk bagi orang lain.
b)             mengendalikan pikiran khususnya dari pikiran buruk/kekhawatiran. Ada kisah seorang oma yang berusia 70 tahun. Ia mengeluh bahwa anak-anaknya sudah melupakan dia. Anak-anak jarang sekali mengunjunginya, mereka semua sibuk. Anak-anak, menantu, dan cucu tidak punya waktu untuk mengunjungi ibu ini. Ia merasa anak-anak sudah tidak hormat lagi, bahkan saat tahun baru menurut ibu ini, mereka hanya menelepon saja dan tidak datang. Kalau melihat dan mendengar kisah ini, sebetulnya, dalam hati oma tersebut terpendam rasa takut dilupakan, takut tidak disayang lagi, takut ‘dibuang’ oleh keluarga, takut tidak mendapat perlindungan. Ini pola pikir negative yang harus dibuang jauh-jauh dari pikiran kita, harus dikendalikan oleh kita (kalau saya boleh meminjam tema persekutuan kali ini). Yang harus kita lakukan ketika kita menghadapi situasi demikian adalah mengubah pola pikir kita. Yang tadinya berpikir negatif, mengubah menjadi pikiran yang positif. Kita tetap bersyukur dan bersukacita, mengapa ? karena kita masih diberikan kesempatan untuk mengikuti persekutuan usinda di gereja, kita memiliki teman dan sahabat serta orang di sekitar kita yang banyak, sehingga kita tidak kesepian.   
c)              mengendalikan kemalasan, tak jarang, di usia kita pun kita punya yang namanya kemalasan. Seperti pola pikir tadi, ah saya khan sudah tua, sudah lemah, sudah ngga bisa ngapa-ngapain, sehingga akhirnya berpengaruh dengan ahh saya ngga mau ikut acara persekutuan dan program usinda, males….dll…. hal ini tentu sering juga terjadi dalam hidup kita ya. Namun seperti tema kita hari ini kita belajar untuk mengendalikan kemalasan kita…keengganan kita…mari kita ganti dengan semangat dan sukacita untuk melayani dengan apa yang masih kita miliki yang semuanya adalah anugerah dari Tuhan

d)             Mengendalikan diri juga termasuk tidak memikirkan keuntungan diri sendiri, tidak membeli sesuatu hanya karena kesenangan dan keinginan semata, tidak mengeluh dan marah-marah tak jelas saat segalanya berjalan buruk, sebenarnya, banyak hal yang dapat kita kendalikan dan kita kuasai terkait dengan kehidupan kita di masa lanjut usia kita dan itu semua harus diupayakan bersama, karena itu untuk kebaikan kita.

Apa Kata Alkitab?
Terkait dengan tema kita, ada sebuah bagian Alkitab yang menarik yang berbicara tentang Buah Roh Penguasaan Diri, mari kita buka II Petrus 1:5-7 “...kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih...

Petrus pernah menasihatkan di dalam Surat I Petrus 4:7. Surat I Petrus yang sudah kita baca ini merupakan nasihat Petrus kepada kita untuk menguasai diri kita dan membuatnya menjadi tenang, supaya kita dapat berdoa. Apa yang membuat seluruh buah kita menjadi berarti dan ranum adalah ketika kita memiliki buah terakhir ini yaitu PENGUASAAN DIRI! Dengan menguasai diri, itu berarti kita memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri lebih baik lagi dan berbuah semakin lebat lagi. Penguasaan diri jugalah yang memungkinkan kita memiliki kedisiplinan untuk melatih diri kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar