Senin, 23 Agustus 2010

Pemberian dari Hati-PWK Hana

KebakTian UmuM BP PWK HANA
”Memberi dengan Hati”
Minggu, 08 November 2009 (Markus 12:38-44)  



Pembukaan
§   Pernahkan oma opa dan saudara/i sekalian mendapatkan pemberian berupa sebuah hadiah/kado yang dibungkus dengan indah, dipersiapkan oleh yang memberikannya, lalu ketika diberikan kepada kita, ia pun memberinya dengan sebuah senyuman? Pernah?? (discuss) … Bagaimana perasaan setelah menerima hadiah/kado tersebut? Senang!!! Sudah pasti yaaa….kita senang! Bersukacita! Ada yang memberikan sesuatu kepada kita! Sudah dibungkus dengan rapi pula! Bungkus kadonya indah (gambar bunga-bunga, kotak-kotak, warnanya cantik dlsb). Yang lebih membuat kita senang dan terharu adalah orangnya juga memberikan dengan tulus, dan disertai dengan senyuman yang menyejukkan kita.  Kita dapat mengatakan “wahh, ini kado terindah dalam hidup saya”.

§   Beberapa waktu yang lalu, saya ingat betul tanggal 9 Oktober’09 atau bertepatan dengan ulangtahun saya, saya dikagetkan dengan pemberian hadiah dari seorang ibu untuk saya. Saya kaget ketika melihat bagaimana sang ibu sudah menyiapkan hadiah sedemikian rapi, manis, dibungkus dengan bungkus kado yang menarik, diikat pita, untuk saya. Bukan perihal apa isinya yang menjadi perhatian saya, tetapi bagaimana ketulusan sang ibu memberikan hadiah itu sebagai ungkapan sukacita bersama dengan saya yang merayakan ulangtahun ke-24 kala itu. Ketika saya merefleksikan hal ini maka saya menyatakan bahwa ini menjadi sebuah pemberian yang sangat berharga dalam kehidupan saya secara pribadi.

§   Namun, sebaliknya saudara-saudara!!! Perasaan ini akan berbeda ketika kita mendapat sebuah kado yang diberikan oleh orang yang mukanya cemberut, memberikan asal-asalan, kadonya pun tidak dibungkus dengan rapi, bungkusnya sudah sobek, kelihatan bekas, dlsb. Kalau kita mendapat kado yang seperti itu sudah pasti kita juga kecewa, sedih, bingung, dan perasaan lain yang serupa dengan itu. Sebel, kok kasihnya kaya ngga rela gitu ya?? Kita bertanya-tanya dalam hati kita. Tentu kita setuju ya??? Dapat kado dengan cara pertama kita heppy, bahagia; sedangkan sebaliknya jika dapat dengan cara yang kedua kita tidak bahagia, malah kecewa, bingung, bertanya-tanya, sedih juga…

§   Saudara/saudara/oma-opa mungkin bertanya-tanya mengapa saya mengisahkan itu di awal khotbah saya? Semata-mata karena hari ini kita hendak berbicara mengenai hal ‘pemberian’; sesuatu yang kita berikan, kasih, kepada orang lain. Namun pemberian yang hendak kita lihat di sini adalah pemberian dengan cara pertama yaitu pemberian dengan kesungguhan hati, kemurahan hati, dan yang terbaik.  

§   Lebih khusus lagi, berbicara tentang pemberian (pemberian di sini bukanlah yang asal-asalan, seperti kado using dalam kisah saya di awal tadi…tetapi  pemberian yang akan kita bahas adalah pemberian dengan hati), maka hari ini kita dapat belajar dari Firman Tuhan dalam Injil Tuhan kita Yesus Kristus menurut Markus dalam Mrk 12:38-44.

What’s the Bible tells to us?
§   Markus 12:38-44 : Firman Tuhan yang sudah kita baca ini mengisahkan dengan jelas bahwa yang memberi persembahan adalah seorang janda, janda yang miskin. Hal ini berarti bahwa ketika sang suami meninggal dunia, ia tidak diperistri lagi oleh saudara sang suami. Orang Yahudi kala itu memiliki kebiasaan ketika seorang suami meninggal, maka saudara dari sang suami memiliki hal untuk menikah dengan istrinya. Apa tujuannya? Tujuannya adalah agar kehidupan sang istri beserta anaknya ini tetap terjaga dengan baik. Namun tidak demikian dengan janda dalam kisah kita hari ini. Dituliskan bahwa janda itu adalah janda yang miskin. Jikalau demikian, lalu bagaimana sang janda ini dapat menjalankan kehidupannya? Dimana ia mendapatkan makanan? Kemungkinan besar janda ini menjadikan dirinya sebagai budak dari tuan tanah, sehingga dengan bayaran seadanya ia masing dapat mengisi perut dengan makanan.

§   Suatu hari diadakan peristiwa pemberian persembahan di pelataran Bait Allah? Ini memang kegiatan rutin masyarakat saat itu. Banyak orang memberikan persembahannya, bahkan disebutkan bahwa banyak orang kaya memberikan jumlah yang besar ke peti persembahan. Tetapi yang menarik, seperti sudah saya kisahkan tadi, persembahan yang diberikan oleh janda miskin ini.

§   Janda ini memasukkan dua peser (satu duit) ke peti persembahan. Dua peser adalah uang logam yang ada kala itu, dan dari semua uang logam yang ada, inilah yang terkecil (uang logam di sini seringkali disebut dengan ‘lepton’ yang secara harfiah bermakna ‘uang logam yang tipis’). Namun ada yang menarik di sini. Meskipun janda itu memberikan hanya dua peser, tetapi Yesus berkata bahwa persembahan janda ini (persembahan yang sangat kecil itu) justru jauh lebih besar daripada semua persembahan yang lain. Bagaimana bisa? Bagaimana Tuhan Yesus mengetahui ha tersebut? Jawabannya sederhana…alasannya adalah karena Yesus adalah Anak Allah yang mengetahui dan melihat isi hati manusia. Yesus menyatakan bahwa persembahan janda ini lebih besar daripada yang lainnya karena janda ini telah memberikan semua yang ia miliki (ini yang penting!!!).

§   Seorang janda miskin dalam cerita/kisah ini, ternyata ia bisa memberikan apa yang ia miliki berdasarkan kekurangannya. Kendati hanya dua peser, jumlah yang mungkin sangat sedikit, namun ia memberikan dengan ketulusan dan kemurahan hatinya. Sudah pasti ini adalah pemberian yang paling terbaik dari apa yang dimiliki olehnya. Sehingga benar kata Tuhan bahwa janda miskin ini memang tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan. Akan tetapi, karena kasihnya kepada Tuhan, maka ia rela memberikan hartanya yang tidak seberapa itu untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Ini berarti bahwa janda ini mempercayakan seluruh kehidupannya kepada Sang Pemilik. Janda ini tidak takut akan masa depannya seperti apa? Mau makan apa besok? (khan uangnya yang tinggal dua peser itu sudah habis). Dengan demikian, janda ini memberikan seluruh kehidupannya kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup.

§   Nah, di sini kita mendapat pelajaran tentang ‘memberi’ (seperti apa yang janda itu sudah berikan); pertanyaannya adalah memberi yang bagaimana yang ditampakkan oleh janda miskin tersebut??

a)    Pemberian dalam arti pengorbanan. Kalau kita melihat sosok janda ini ia memahami bahkan menyatakan secara nyata bagaimana pemberian yang sesungguhnya itu harus merupakan pengorbanan. Jumlah pemberian bukan menjadi persoalan; yang penting bukan besarnya pemberian, melainkan pengorbanannya! Kemurahan hati ketika kita memberi! Itulah yang utama. Bersedia untuk memberi dengan hati. Memang, kecenderungan yang terjadi adalah ada beberapa orang yang memberi (persembahan, pertolongan, ataupun bantuan), namun memberinya tidak dengan senang hati, bersungut-sungut, mengeluh, memberi agar dilihat oleh orang lain, dan lain sebagainya serupa dengan itu. Jika ini yang terjadi, maka tentu saja ini menjadi hal yang sangat disayangkan dan patut direnungkan oleh kita, bagaimana sikap hati kita ketika memberi.

b)   Pemberian dalam arti tidak perhitungan. Kalau kita diperhadapkan pada kisah seperti janda ini, maka sudah pasti kita akan berpikir memberi apa atau jumlahnya berapa. Kalau ada dua peser, saya akan memberi satu peser saja, supaya masih ada sisa. Tetapi janda ini memiliki pikiran yang berbeda saudara!!! Ia dapat dikatakan nekat!! Ia akhinya tidak memiliki sisa uang untuknya sedikit pun. Tetapi ia tetap memberikan persembahan (seluruhnya) untuk Tuhan. Tentu saja ini berarti bahwa ia tidak perhitungan. Karena apa? Seperti point pertama tadi ia memberikan dengan hati, melalui keberadaan dirinya, dan itu dilakukan karena kasihnya kepada Tuhan. 

c)    Pemberian tidak diukur berapa besarnya, namun bagaimana dengan hati kita ketika kita akan memberi.  Sang janda miskin ini hanya memberikan uang dua peser yang tentu saja tidak banyak, bahkan paling sedikit mungkin. Namun yang penting adalah ia memberikan dengan kemurahan hati, ketulusan hati, memberi dari apa yang tidak ia punya/ memberi dari kekurangannya. Yesus, dalam cerita ini menegaskan bahwa persembahan janda inilah yang terbesar, karena ia memberikan seluruh nafkahnya. Memberikan yang terbaik kepada Tuhan. kita harus terus berpegang pada pemahaman demikian karena kita meyakini dan mengimani bahwa Tuhan sesungguhnya telah memberikan yang terbaik terlebih dahulu bagi setiap kita. Kebaikan Tuhan sungguh dirasakan ketika  Ia pun  memberikan persembahan terbaik untuk kita, yaitu pengorbanan diri-Nya, untuk keselamatan manusia yang telah melakukan perbuatan dosa. Ini seperti yang tertulis dalam Surat Ibrani pasal 9:24-28 yang juga sudah kita baca. Tuhan Yesus dilukiskan sebagai Imam Besar, namun Imam Besar yang membawa korban yaitu diri-Nya sendiri, untuk menyelamatkan kita semua. Ia telah memberikan persembahan yang terbaik saudara-saudara! Untuk siapa? Untuk kita! Saya, bapak/ibu, serta oma dan opa yang ada di tempat ini, di PWK HANA.

d)   Pemberian yang tidak melulu berupa materi/ kekayaan, namun pemberian dapat berupa pemberian diri kita, keberadaan kita, bahkan hidup kita untuk memuliakan Tuhan. Seringkali kita salah kaprah dalam memahami arti pemberian. Yang penting uang, kekayaan, itu sudah cukup. Apalagi kalau dalam jumlah besar, jangankan memberi dua peser, kayanya sedikit sekali padahal memang itu yang kita miliki (itu pikiran manusiawi kita). Akan tetapi, penting abgi kita memahami bahwa pemberian/persembahan itu tidak hanya terbatas pada hal itu saja! Memang itu salah satunya. Namun sebenarnya persembahan juga dapat berupa persembahan diri kita, kepedulian kita, kasih dan perhatian kita, keberadaan diri kita bagi Tuhan dan bagi sesama, orang di sekitar kita. Jadi sangat luas. Tidak hanya uang, materi, kekayaan. Ini penting untuk kita maknai dalam hidup kita, baik kita yang usianya masih muda, dewasa muda, bahkan sudah lanjut usia.

ReLeVanSi…
§   Setelah kita melihat pemaparan FIrman Tuhan hari ini maka pertanyaannya adalah kalau begitu, apa yang bisa kita petik untuk kita renungkan dan kita nyatakan dalam hidup kita??? Sederhana  ! Belajar untuk memberi! Namun memberinya bukanlah memberi yang asal-asalan, tetapi memberi dengan hati. Dengan ketulusan dan kemurahan di dalamnya, seperti janda miskin yang memberikan persembahan dari kekurangannya.
§   Sekali lagi saya tegaskan memberi bukan hanya berupa uang, materi, kekayaan, harta  (bukan hanya à ini adalah salah satu saja), namun memberi juga dapat berupa memberi kasih, kepedulian, perhatian, diri kita untuk mendengarkan orang lain, memberikan waktu untuk ikut serta dalam kegiatan dan aktivitas bersama dengan teman-teman/rekan-rekan kita, dlsb.
§   Di PWK Hana ini, kita juga dapat saling memberi (saling = ada timbal balik dari dua pihak, tidak hanya salah satu saja). Saling member yang bagaimana? Memberi perhatian kepada teman sesame oma/opa (kalau ada yang sedang sakit, sedang sedih, membutuhkan teman untuk berbagi, bahkan memberi perhatian ketika ada yang berulang tahun); member juga dapat berupa memberi doa, dukungan, support, pertolongan kepada keluarga di rumah, anak, cucu, mantu, dll…atau kepada rekan-rekan kita, antar oma dan opa, atau antar karyawan, bahkan juga pengurus di PWK Hana. Kalau ini terjadi tentu akan menjadi sesuatu yang sangat indah, bukan?
§   Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah melakukan itu? Sudah memberikan yang terbaik bagi Tuhan dan bagi sesame yang ada di sekitar kita? Apakah kita dapat meneladani sang janda dalam kisah ini? Atau bahkan meneladani Kristus yang telah memberikan yang terbaik bagi hidup kita? Mari kita merenungkannya beberapa menit!! Tuhan Yesus Memberkati. AMIN.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar