Senin, 23 Agustus 2010

keteladanan cinta

KHOTBAH KEBAKTIAN MINGGU  
28 Februari 2010
Thema: “Keteladanan Cinta

§  DOA PELAYANAN FIRMAN
§  PEMBACAAN ALKITAB                                                         
a.    Bacaan Pertama         : Kejadian 15:1-12; 17-19
b.    Antar Bacaan              : Mazmur 27
c.    Bacaan Kedua             : Filipi 3:17-4:1
d.    Injil     (gloria)
PF       : Bacaan ketiga diambil dari Injil Tuhan Yesus Kristus menurut Lukas 13:34-35. Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya. HOSIANA!!!


-Khotbah-

§  Beberapa waktu yang lalu saya mengikuti sebuah pelatihan untuk pendeta non GKI….dalam salah satu materi yang disampaikan ada sebuah kisah menarik yang terus saya ingat yaitu kisah seorang bernama Hee Ah Lee, pianis dengan empat jari. Mungkin sebagian dari kita sudah mengetahuinya ya?

§  Bagaimana seorang Hee Ah Lee terlahir tidak sempurna, ia hanya memiliki 4 jari, karena ia menderita sebuah penyakit dengan nama Lobster Claw Syndrome. Menurut ilmu kedokteran jenis penyakit ini adalah penyakit dimana pada masing-masing ujung tangan Hee terdapat dua jari yang membentuk huruf V, seperti capit kepiting.  Tidak hanya itu kaki Hee juga hanya sebatas bawah lutut hingga ia tidak dapat menginjak pedal piano tersebut.

§  Namun demikian, menarik bahwa di tengah keterbatasannya itu, Hee memiliki sebuah talenta yang begitu luar biasa, hingga ia dapat bermain lagu-lagi klasik yang tentu saja tidak mudah, karya komponis terkenal, sekelas Beethoven. Salah satu ungkapannya yang begitu menyentuh adalah ketika Hee mengatakan “Terlahir cacat itu bagiku merupakan anugerah spesial dari Tuhan…” sungguh tidak mudah bagi kita dapat mengatakan demikian di tengah situasi sulit yang kita hadapi.

§  Tentu saja saya tidak akan menguraikan kisah ini dengan panjang lebar. Namun ada sebuah hal yang sangat penting yang ingin saya ambil sebagai perenungan dalam hubungannya dengan tema kita hari ini. Jadi dalam salah satu sumber bacaan yang diberikan, saya mendapatkan informasi bahwa ternyata ada faktor/hal penting di belakang seorang Hee, hingga ia bisa memiliki kepercayaan diri dan semangat yang begitu luar biasa, yaitu sosok sang ibunda dari Hee yang bernama Woo Kap Sun.

§  Woo seperti dituturkan dalam buku tersebut, telah mengetahui sejak awal bahwa anaknya akan terlahir cacat. Ayah Hee adalah bekas tentara Korea. “Ada sanak keluarga kami yang menganggap itu sebagai aib”. Mereka bahkan menyarankan agar jika kelak lahir, bayi itu dikirim saja ke panti asuhan”. Sebagai seorang ibu yang sangat mencintai anaknya, tentu saja Woo menolak. Ia menerima Hee sebagai kenyataan dan anugerah. Hingga ketika bayi itu lahir ia menamainya dengan nama yang indah. Hee dalam bahasa Korea berarti sukacita; sedangkan Ah adalah tunas yang terus tumbuh, dan Lee adalah nama marga.

§  Cinta woo sebagai seorang ibu demikian besar! Ia merawat, mendidik, dan memperkenalkan Hee pada kehidupan nyata. Ia memperlakukan Hee seperti lazimnya anak-anak lainnya. Tidak membedakan. Dan dengan cintanya pula ia mendukung serta mendorong anak terkasih untuk berlatih piano sehingga pada akhirnya Hee bisa menjadi seorang pemain piano professional dan sangat baik.

§  Pesan dari cerita tentang pengalaman Hee ini -> Ada sebuah keteladanan yang tampak melalui sosok seorang ibu dalam cerita ini. Keteladanan itu adalah keteladanan cinta. Cintanya yang demikian besar kepada sang anak mengalahkan apapun… termasuk juga penolakan kepada sang anak… mengalahkan kegalauan dan penderitaan yang dialami olehnya juga sang anak. Keteladanan cinta sang ibu seharusnya juga menjadi keteladanan kita bersama.

§  Hari ini, pada minggu Pra-Paskah yang ke-2, kita juga hendak belajar mengenai arti sebuah keteladanan..khususnya keteladanan cinta, dan tentu saja keteladanan cinta itu adalah keteladanan cinta yang ada/tampak/bahkan sangat nyata dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus. Pertanyaannya adalah keteladanan yang bagaimana saudara-saudara?


What’s the Bible tell to us?

§  Kalau kita memperhatikan Injil Tuhan kita Yesus Kristus menurut Lukas yang telah kita baca yaitu Lukas 13, maka dengan sangat jelas kita dibawa pada pemahaman bahwa keteladanan yang tampak tersebut diuraikan secara jelas melalui sebuah perjalanan Yesus ke kota Yerusalem. Perjalanan yang dihayati sebagai suatu keharusan, sesuatu yang harus ditempuh. Untuk apa? Untuk menempuh jalan salib itu. Pada ayat ke-33 disana dituliskan bahwa Yesus berkata: “Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem” à pernyataan ini semakin menegaskan à bahwa tujuanNya (Yesus) ke Yerusalem adalah untuk menjemput kematian-Nya sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Ia harus menempuh penderitaan melalui jalan salib itu. Dan semuanya dilakukan untuk suatu hal yang sangat istimewa yaitu penebusan dosa bagi kita umat manusia yang lemah dan berdosa ini. Semuanya dilakukan sebagai wujud cinta-Nya kepada umat manusia.

§  Kalau lebih cermat lagi kita melihat bagian ini, kita dapat melihat pula bagaimana Allah dalam Yesus Kristus digambarkan sebagai seekor induk ayam yang berupaya menyelamatkan anak-anaknya, meski harus mengorbankan tubuhnya/ keselamatan dirinya (Luk 13:34). Induk ayam dalam penggambaran ini memang berani bahkan dapat dikatakan garang dengan melindungi anak-anaknya di bawah sayap. Akan tetapi, pada kenyataannya, di pihak lain penggambaran ini  juga memperlihatkan bahwa seekor induk ayam akan tetap “kalah” secara fisik bila dia harus berhadapan dengan seekor musang atau serigala atau hewan apapun yang lebih berbahaya darinya.

§  Saudara-saudara, mengapa penggunaan metafor ‘induk ayam’ ini digunakan? Karena metafor ‘induk ayam ini’ sesungguhnya hendak menyadarkan kita, untuk memahami dan mengerti tindakan Allah melalui hidup Yesus. Kasih Allah sesungguhnya ditentukan oleh kelembutan kasih dan kekayaan rahmat-Nya yang bersedia berkurban. Sehingga walaupun umat selalu menolak uluran kasih dan pertolongan Allah, Allah tetap bersikap sabar dan mengasihi mereka. Bahkan Allah di dalam Kristus bersedia berkurban untuk menyelamatkan umat yang menolak-Nya.

§  Sungguh menarik dan tentu saja sangat penting…disini Yesus memilih menjadi seekor induk ayam yang akan berdiri melawan pihak yang hendak mencelakakan anak-anaknya, kendati ia tidak memiliki taring, cakar atau otot yang kuat. Yang dimilikinya hanyalah cinta, dan keinginan yang besar untuk melindungi anak-anaknya dengan tubuhnya sendiri. Sungguh indah….sangat menyentuh…dan tentu saja tidak mudah dalam praktiknya bukan?

§  Kualitas kasih Allah adalah kualitas kasih yang begitu sempurna. Kasih Allah yang siap dan rela berkurban untuk melindung anak-anaknya yang lemah dan membutuhkan perlindungannya.  Makna metafor induk ayam yang tersurat pada bacaan kita ini sesungguhnya bertujuan untuk mengungkapkan rahasia kasih Allah yang tidak bersyarat dan tidak terbatas. Ini sebuah hal penting yang harus kita pahami dan maknai tentunya dalam kehidupan kita.  

§  Saudara-saudara: Itulah makna keteladanan! Keteladanan cinta Yesus bagi kehidupan manusia. Ada suatu teladan positif yang Yesus nyatakan bagi kita umat manusia yakni kasih dan kepeduliannya kepada manusia yang berdosa ini. Keteladanan Kristus itulah yang juga diserukan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi dalam Fil 3:17-4:1 yang telah kita baca bersama.

§  Kalau menilik perikop ini maka kita dibawa pada konteks yang terjadi kala itu, yaitu adanya keprihatinan Paulus kepada jemaat di Filipi, yang ternyata hidup tidak menjadi teladan Kristus, namun sebaliknya malah menjadi seteru salib Kristus.

§  Kehidupan mereka diwarnai dengan egosentris yang cukup tinggi…tidak peduli kepada yang lain karena yang ada dalam pikiran mereka hanyalah bagaimana mengutamakan keinginan pribadi mereka…hidup mereka diorientasikan pada hal-hal yang bersifat dunia…sungguh berbanding terbalik dengan apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus…. Kristus rela menderita..menanggung derita…karena cinta dan kepedulian-Nya yang sedemikian besar itu….bagi umat yang dikasihi-Nya.
§  Oleh karena itulah, Paulus menuliskan suratnya sebagai nasehat agar mereka (in this case: jemaat di Filipi), dapat berupaya untuk menjadi orang-orang yang meneladani Kristus dan pengajarannya dalam kehidupan mereka..bersedia untuk hidup kudus dengan cara menaklukkan nafsu dan godaan untuk berbuat dosa seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya…. Mereka didorong untuk sanggup mengatasi itu dan sebaliknya bersedia meneladani Kristus, hidup dalam kesetiaan kepada Kristus, kendati ada penderitaan…ada pergumulan yang harus dihadapi dalam perjalanannya….. =)
-Aplikasi-

§  Saudara-saudaraku yang kekasih…. Kalau kemudian ini ditarik relevansinya dalam kehidupan kita…mungkin sulit…tidak mudah!!!! Mengapa?? Karena kerapkali kecenderungan kita justru malah menjadi seperti jemaat di Filipi….Kita mengutamakan diri kita… kesenangan kita…hal-hal yang bersifat dunia…tidak peduli kepada orang lain…tidak mempraktikkan kasih kita terhadap sesama…/tidak memancarkan kasih kepada orang di sekitar kita!hal yang seringkali terjadi: kita malah jatuh di dalam dosa dan pelanggaran kita…  ^^

§  Atau kesimpulannya : kita tidak menjadi teladan Kristus dalam dunia ini…ini yang kemudian menjadi persoalan…ini pergumulannya…. kendati Firman Tuhan hari ini hendak mengingatkan kita agar terus dan terus kita bersedia makin serupa dengan Kristus..kapanpun dan dimanapun Tuhan menempatkan kita…. ternyata seringkali realitas berbicara lain… dan inilah yang harus kita renungkan bersama….

§  Mari kita belajar dari Surat Filipi yang mengajarkan kita untuk terus menjadi teladan Kristus, agar pada akhirnya kita pun dapat menjadi teladan orang lain. ingatlah teladan Kristus adalah teladan cinta… yang menempatkan cinta dan kasih di atas segalanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar