Senin, 23 Agustus 2010

jadilah Kehendak-Mu di Bumi seperti di Sorga

KHOTBAH KEBAKTIAN remaja
GKI PeRumaHan CiTra I
02 Mei 2010
Jadilah Kehendak-Mu di Bumi seperti di Sorga


§  PEMBACAAN ALKITAB : Matius 26:36-46, nas: Mat 6:10b                      
 

-Khotbah-

§  Tema kita hari ini masih terkait dengan isi doa Bapa Kami yang sudah sangat kita hafal. Minggu 1 April kita bahas tentang “Bapa Kami yang ada di Sorga”, minggu setelahnya “Dikuduskanlah nama-Mu”, dan berikutnya “Datanglah Kerajaan-Mu”, maka hari ini kita hendak memahami makna dari isi Doa Bapa Kami yang merupakan kelanjutannya : “Jadilah Kehendak-Mu di Bumi seperti di Sorga”.

§  Pernyataan Jadilah Kehendak-Mu di Bumi seperti di Sorga” masuk dalam bagian “permohonan” kepada Allah demi kemuliaan Allah sendiri. Dalam salah satu tulisan pernah disebutkan bahwa apabila kita berdoa Bapa Kami, maka ada 3 hal yang kita sampaikan kepada Allah:

1.Pertama, kita menyapa Allah sebagai alamat doa kita. kita menyapanya dengan “Bapa Kami yang ada di Sorga”
2.Kedua, kita memohon kepada Allah demi kemuliaan Allah sendiri, yaitu: “dimuliakanlah nama-Mu”, “datanglah Kerajaan-Mu”, dan “jadilah kehendak-Mu”. Tidak hanya itu kita juga memohon untuk kepentingan kita semua, yaitu “berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya, ampunilah kesalahan kami, dan janganlah memasukkan kami ke dalam pencobaan
ü  Ketiga, kita memuji kebesaran Allah --> Karena Engkaulah yang Empunya Kerajaan dan Kuasa dan Kemuliaan sampai selama-lamanya.

§  Namun pada Minggu ini, kita hanya akan menyoroti pernyataan “Jadilah Kehendak-Mu di bumi di sorga”…. Saya memulai perenungan Firman Tuhan ini dengan sebuah pertanyaan: setuju atau tidak bila dikatakan bahwa manusia bahkan kita anak remaja ini sangat senang ketika ditanyakan apa yang diinginkan dan apa yang dapat terwujud dalam hidupnya…??? Kalau boleh saya bertanya apa yang ….inginkan dapat terwujud? -discuss. Tidak dapat dipungkiri… jujur saja…. betapa banyaknya hal yang kita inginkan dalam hidup ini, dan kita berharap sekiranya mungkin semua itu dapat terlaksana.

§  Membicarakan kehendakku atau keinginan diri yang dapat dicapai adalah sebuah mimpi indah yang nikmat! Bayangkan saja, saat kita menginginkan sesuatu maka ada orang yang memenuhi keinginan kita, saat kita berdoa, maka Tuhan mengabulkan doa kita. Semakin kita mengumbar keinginan kita maka keinginan itu menjadi semakin menjadi jadi. Benar? Sepakat?

§  Ada seorang yang bernama Elisa Morgan, ketua Mothers of Pre-Schooler International, ia membagikan wawasannya mengenai cara pandang anak kecil terhadap dunia, yang disebut kredo (pengakuan) Anak. Apa yang diuraikan olehnya? Sungguh menarik, bahwa anak dapat mengatakan :
Jika aku menginginkannya, itu punyaku.
Jika aku memberikannya kepadamu
tetapi kemudian aku berubah pikiran, maka itu punyaku.
Jika aku bisa mengambilnya darimu, maka itu punyaku.
Jika aku memilikinya beberapa saat yang lalu,
maka itu punyaku.
Jika itu punyaku, maka tidak akan menjadi milik orang lain, siapa pun, apa pun yang terjadi.
Jika kita membangun sesuatu bersama,
semua bagian-bagiannya milikku.
Jika hal itu kelihatannya seperti milikku,
maka itu adalah milikku.

§  Siapa pun yang pernah mengenal seorang anak akan tahu bahwa kredo itu benar. Semua ini memang berkaitan dengan kehendak atau keinginan diri. Itu tadi baru anak-anak, demikian dikatakan Elsa, namun bagaimana dengan kita yang sudah dewasa? Ternyata kita pun kerapkali diperhadapkan pada situasi tersebut. seringkali dalam hidup kita senangnya pada apa hal yang mengenakkanku… yang sesuai dengan kehendakku…. Kehendak diri kita sebagai manusia.

§  Rekan-rekan berbicara tentang kehendak diri kita yang lebih dominan, maka saya mengajak kita untuk melihat kasus yang dihadapi seorang remaja bernama Upin (inspirasi: sekarang lagi terkenal kisah Upin & Ipin ). Upin ini aktif sebagai seorang pengurus KR di gerejanya. Di suatu Minggu, Minggu ke-4 tepatnya, Upin ini sedang bergumul keras. Kenapa? Selidik punya selidik, ternyata Upin ini tengah diperhadapkan pada 2 pilihan yang menurutnya sama baiknya. Dia bingung untuk memutuskan pilihan mana yang ia ambil. 

§  Pilihan pertama : ia harus menjadi pemusik di Kebaktian Remaja gerejanya dan harus memimpin rapat pengurus setelahnya (karena hari itu adalah Minggu ke-4, ngga jauh beda dengan rapat KR GKI Citra I), sedangkan pilihan kedua adalah ia ikut jalan-jalan ke Mall Taman Anggrek, dan diajak berangkat pada pk. 10.00 karena keluarga dan saudara-saudara akan melakukan banyak aktivitas di sana.

§  Kira-kira, kalau kalian jadi Upin, apa yang kalian lakukan? (konteksnya sama dengan rekan2…khususnya pengurus dan aktivis, seringkali diperhadapkan pada pilihan seperti ini bukan?) -let's discuss

§  Rangkum diskusi. Memang, kondisi yang ideal kita mengikuti kebaktian dulu..rapat dulu..baru nyusul ke Mall, dengan konsekuensi akan terlambat/sudah sore di mallnya. Ini jawaban yang ideal. Namun dalam praktiknya, seringkali kita justru lebih mengutamakan kehendak/keinginan kita sendiri. Ahh yang penting khan ngumpul-ngumpul dengan keluarga….jarang-jarang..ke gereja sih masih ada minggu depan… tugas juga masih ada bulan depan… mimpin rapat apalagi, masih ada yang lain yang kayanya lebih cocok….dst…. yang lebih parah jika ada di antara kita yang ketika diperhadapkan hal seperti itu tanpa mikir panjang hitung kancing…

§  Konon katanya ada anggapan bahwa cara yang paling ampuh untuk menentukan pilihan, yaitu dengan menghitung kancing seperti yang biasa ia lakukan ketika mengerjakan soal ujian (mungkin kita juga sering berlaku demikian bukan???). Gereja-Mall, Gereja-Mall, Gereja-Mall…berakhir di kancing ‘Mall’. Akhirnya dengan pertimbangan dan hasil menghitung kancing itu, maka kita memutuskan lebih baik pergi ke mall daripada ke gereja.

§  Memang rekan-rekan kecenderungan yang terjadi adalah kita kerapkali mengutamakan kehendak diri kita semata…keinginan kita… hanya memilih apa saja yang menyenangkan kita, yang enak-enak bagi kita…yang tidak menyulitkan kita!

§  Padahal kehendak manusia itu hanya terbatas pada diri/pribadi manusia itu apa yang mengenakan bagiku… ini tentu tidak sesuai dengan keberadaan kita sebagai anak-anak Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan kita senantiasa diajak untuk terus mencari kehendak Tuhan dalam kehidupan kita dan itu dikaitkan dengan tema kita yaitu lanjutan dari isi doa bapa kami.

§  Kalau kita mengingat pernyataan yang ada dalam doa bapa kami, disebutkan demikian: “Jadilah Kehendak-Mu di Bumi seperti di Sorga”. Ada sebuah kata utama di sini, yaitu kata ‘kehendak’. Lebih jelas dan spesifik disebutkan kata kehendak-Mu atau kehendak Tuhan. Pertanyaannya adalah apa makna kehendak Tuhan dalam hidup kita? Dan mungkin pertanyaan kita berkembang apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita?

§  Saya mencoba membuat perbedaan antara kehendak Tuhan dan kehendak manusia. kehendak manusia seperti digambarkan tadi hanya berada dalam konteks kekinian…saat ini… ketika berada di dunia. Untuk saya, apa yang baik/mengenakkan saya. Namun tidak demikian dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan mencakup masa depan/ hope, tetapi yang memang sudah dimulai sejak saat ini. Kehendak Tuhan itu yang seperti apa? 

§  Kehendak Tuhan yang dimaksud di sini seringkali dihubungkan dengan kata ‘rancangan’, sehingga kalau kita mengingat kitab nabi Yeremia, diuraikan bagaimana rancangan Tuhan itu adalah rancangan yang terbaik…yang mendatangkan damai sejahtera. 

§  Namun, yang kemudian menjadi pertanyaan bagi kita adalah: apakah kehendak Tuhan itu selalu mengenakkan kita? sehingga kita merasa bahwa jika mengalami ada yang tidak enak yang kita alami dalam hidup kita, kita kemudian merasa Tuhan tidak adil. Tentu pemahaman seperti ini kurang tepat.

§  Kehendak Tuhan bukan berarti bahwa kita tidak akan mengalami penderitaan atau persoalan dalam kehidupan kita. Kehendak Tuhan tidak serta merta menjadikan hidup kita lurus, gampang, mudah, tidak menemui persoalan di dalamnya.

§  Justru mungkin kita malah mengalami kesulitan dalam hidup yang kita jalani…dalam studi (gagal: contoh konkret gagal ujian, seperti pemberitaan yang sedang booming saat ini à jelaskan situasinya, saat ini jumlah yang tidak lulus mencapai 154.079 siswa; sudah diterima di PTN tetapi ternyata tidak lulus)…dalam pekerjaan… namun jika direnungkan atau direfleksikan dalam hidup kita sesungguhnya ada kehendak Tuhan yang terjadi di dalam-Nya à bukan tidak mungkin bahwa justru kita menjadi pribadi yang tangguh dan kuat dalam iman kita kepada Tuhan, melalui serangkaian proses yang tidak mudah yang harus kita hadapi tersebut.


What’s the Bible Tell to us?
§  Perikop yang sudah kita baca barusan yaitu Injil Matius 26:36-46 adalah perikop yang hendak menggambarkan bagaimana kehendak Tuhan juga terjadi dalam diri Yesus dan hal itu tidaklah mudah! Apa yang Yesus alami? Jelas dituliskan dalam bacaan kita bagaimana sosok Yesus pun ternyata harus mengalami penderitaan yang tidak mudah menjelang kematian-Nya melalui peristiwa salib itu. 

§  Bahkan ada 1 bagian yang penting bagi kita untuk kita ingat dan refleksikan bersama! Ketika ayat ke-39 bacaan kita menuliskan “…Ya Bapaku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku…lanjutannya menjadi penting: tetapi janganlah seperti yang Ku-kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.   

§  Yesus sudah berada pada klimaks ketidaksanggupannya menghadapi cawan penderitaan itu (kadang saya berefleksi rekan-rekan. Seringkali kita sudah mengeluh ketika menghadapi penderitaan yang mungkin biasa saja….kita tidak berkaca pada Yesus Sang Teladan yang sejati bagi kita).

§  Yang menarik dari sosok Yesus adalah bahwa dalam situasi dan kondisi yang demikian, sebagai manusia Yesus tahu dan memahami bahwa dalam kehidupan yang Ia jalani, bukan kehendak pribadi-Nya yang paling utama, namun kehendak Sang Bapa yang menyelamatkan umat manusia. kendati sangat sulit..berat rasanya… namun Yesus melakukannya…

§  Demikian pula dengan kita…. Kita sebagai manusia tidak tau dan tidak mampu apa yang akan terjadi di masa depan… karena itu semua ada di dalam maping-nya Allah/ada dalam rencana Allah. Namun yang pasti kita meyakini bahwa kehendak Tuhan itu pasti yang terbaik yang mendatangkan damai sejahtera, meskipun di dalamnya kita juga mengalami pergumulan yang tidak mudah (misalnya penderitaan, kegagalan seperti yang tadi saya ungkapkan, dlsb), namun ketika kita memaknai bahwa ini ada dan menjadi bagian dalam rencana Allah maka kita akan sanggup dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan.
§  Bagaimana kita mengetahui atau mencari kehendak Tuhan dalam hidup kita? Tentu saja itu bukan persoalan yang gampang… yang dibutuhkan adalah ‘kepekaan’ untuk memahaminya… kepekaan itu muncul melalui relasi yang kita bangun dengan Tuhan. Keintiman relasi dengan Tuhan yang menolong kita untuk mengetahui apa kehendak Tuhan bagi kita, bagi saya dan rekan-rekan remaja (contoh konkret relasi dengan Tuhan: Doa, Firman, Sa-Te, dll).

§  Contoh konkretnya tentu saja dalam hal bersahabat… kalau saya bersahabat dengan A…  semakin lama kita bersahabat tentu kita akan mengetahui bagaimana teman kita itu, apa kesukaannya, apa kekurangannya, bagaimana karakter/sifatnya… kita semakin mengenali..peka akan keberadaan rekan/ sahabat kita.  Sepakat ya? Demikian pula halnya hubungan kita dengan Tuhan. Tidak mudah bagi kita untuk memiliki kepekaan dalam memahami kehendak Tuhan, jika kita tidak bergaul secara intim/ memiliki relasi dengan Tuhan kita.

§  Kalau begitu kembali pada tema kita, apa arti ucapan dalam Doa Bapa Kami yang menyatakan: “Jadilah Kehendak-Mu”?
a. Dari kata awal ‘jadilah’ maka sesungguhnya termuat adanya suatu ‘hope’/ pengharapan. Harapan mengenai apa? Jawabannya ada di lanjutan doa tersebut, harapan agar kehendak Tuhan terjadi di bumi, seperti halnya di sorga.
b.  Memang ada 2 perbandingan di sini! Bumi dan surga! Perbedaannya sangat jelas, kalau di bumi, maka semua mengarah pada manusia. Manusialah yang menjalankan pengaruhnya/kuasanya. Karena kuasa itulah ada kecenderungan manusia untuk mencari segala sesuatu/ bahkan mengatur segala sesuatunya berdasarkan keinginan, kesenangan, kenyamanan dirinya sendiri saja. Tak jarang itu menimbulkan persoalan, perpecahan, berbagai masalah yang tengah dihadapi.
c.  Sedangkan di sorga, secara sempurna Tuhanlah yang memerintah. Harapan agar di bumi kuasa dan kehendak Tuhanlah yang memerintah akan menjadikan kehidupan di bumi ini menjadi lebih baik. Tentunya itu dilakukan dengan sebuah penyerahan total dan ketaatan kita kepada Allah.

* Singkatnya: pernyataan “jadilah Kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga” berarti bahwa kehidupan kita adalah kehidupan yang diwarnai oleh ketaatan kepada kehendak Allah. Kita tidak memaksakan kehendak sendiri. Kita juga tidak memaksa Tuhan memenuhi semua keinginan-keinginan kita. Namun sebaliknya, kita menyerahkan ke dalam tangan pemeliharaan Tuhan akan seluruh keinginan kita.

ü Jika sesuai dengan kehendak Tuhan kita akan mendapatkannya., namun apabila bertentangan dan Tuhan tidak mengabulkannya, kita pun harus menerima dengan syukur. Sebab kita tahu bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik (Matius 7:9-11); dan rancangan Tuhan juga selalu yang terbaik, yang mendatangkan damai sejahtera di dalamnya (Yer 29:11).  AMIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar