Senin, 23 Agustus 2010

Belajar dari Kitab Ester

ESTER 4:1-17


Jikalau kita berbicara mengenai Kitab Ester, maka kita mengingat bahwa kitab ini  terkenal sebagai sebuah kitab yang berisikan tentang perjuangan dan keberanian seorang wanita yang bernama Ester, beserta dengan Mordekhai (paman Ester yang kemudian mengangkat Ester menjadi anaknya) dalam memperjuangkan bangsanya yaitu bangsa Yahudi. Perjuangan yang mereka lakukan ternyata tidak mudah, karena ada begitu banyak tantangan, pergumulan, yang muncul dari pihak luar, dan salah satu yang menonjol adalah Haman, seorang yang diangkat raja dengan kedudukan yang lebih tinggi dari semua pembesar yang ada di istana raja.

Secara khusus bagian perikop yang kita baca ini memberikan fokus penekanan pada upaya Mordekhai untuk memberitahukan kepada Ester akan bahaya yang mengancam kehidupan semua orang Yahud. Menarik bahwa setelah mendapatkan informasi mengenai hal tersebut, Ester segera bertindak. Ia memulai dengan menyuruh Mordekhai untuk pergi dan mengumpulkan semua orang Yahudi yang terdapat di Susan, agar mereka berpuasa baginya sebelum ia menghadap raja  untuk memperjuangkan keselamatan Bangsa Yahudi. Apa yang dilakukan ini sebenarnya hendak menegaskan sebuah hal penting bahwa di tengah keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam dirinya sebagai manusia, Ester menyatakan kepasrahannya pada pertolongan yang ilahi. Permohonannya untuk dukungan dalam tiga hari berpuasa sebelum menghadap raja tersebut dengan sangat jelas hendak menyatakan bagaimana ia menyerahkan dan memasrahkan diri pada Allah. Hingga akhirnya, jika kita terus mencermati perikop-perikop selanjutnya, kita dapat melihat bagaimana perjuangan Ester itu menghasilkan sesuatu yang terbaik bagi dirinya, juga bagi bangsanya.    

Apa yang dapat kita pelajari melalui perikop ini? Ada beberapa hal penting yang dapat kita renungkan melalui Firman Tuhan ini:

1.      Belajar untuk peka dan peduli bagi orang lain. Inilah hal utama yang dapat kita refleksikan melalui kisah ini. Setelah memperoleh informasi dari Mordekhai, Ester segera, tidak tunda-tunda lagi dalam mengupayakan yang terbaik bagi keselamatan bangsanya. Tergambar bahwa ia sungguh peduli dan mengasihi bangsanya itu.

2.      Hal berikut yang dapat kita renungkan adalah belajar dari keberanian dan perjuangan seorang Ester dalam usaha untuk menyelamatkan bangsa Yahudi. Kendati ia juga menyadari bahwa hal itu tidak mudah, bahkan pada ayat ke-16 dituliskan bahwa “kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati”, namun ia tetap melakukan yang terbaik bagi bangsanya. Bila hal itu kemudian kita aplikasikan dalam kehidupan kita, ternyata tidak mudah untuk dilakukan. Sulit bagi kita untuk berani melakukan sebuah tindakan dengan resiko yang juga tidak mudah yang harus kita hadapi. Namun sekali lagi ditegaskan bahwa ini menjadi sebuah tantangan bagi kita bersama. Mari kita belajar dari seorang Ester yang sanggup berjuang untuk bangsa yang dikasihinya dengan penuh keberanian dan penyerahan diri sepenuhnya hanya kepada Allah.         


Tidak ada komentar:

Posting Komentar