Rabu, 09 Februari 2011

Persekutuan Usinda
GKI CITRA I
Jumat, 13 Agustus 2010
Pk. 16.00
Membuang Hal-hal yang Mengganggu
Lukas 12:15/9:3

Tujuan:
Agar jemaat tidak membebani diri dengan kekayaan/benda-benda. Kekayaan yang benar tidak berisi harta benda tetapi lebih mengenai siapa kita dan bagaimana sifat kita di hadapan Tuhan.

Pembukaan:

§  Kalau boleh ditanya, seberapa penting uang, harta dan kekayaan bagi hidup kita? –diskusi-

§  Rangkum diskusi!

§  Memang..tak dapat dipungkiri bahwa harta dan kekayaan adalah sebuah hal penting. Setuju ya? kita kalau mau beli dan bayar sesuatu (misalnya keperluan oma/opa : beli balsem…minyak angin…. Makanan kita seperti havermud, bakmie dll) pasti pakai uang… tidak ada yang pakai daun/kertas kosong  bukan? Atau uang-uangan monopoli aja deh.. J pasti tidak ada!

§  Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah memang uang, materi itu adalah hal yang utama bagi kita? mengalahkan yang lainnya? Apakah dengan uang dan kekayaan kita maka segala sesuatu dapat dibeli?

§  Saya mengutip pernyataan menarik yang saya temukan ketika menyiapkan perenungan ini. Mungkin sudah ada yang pernah mendengarnya ya ? namun saya hendak menyebutkan lagi untuk mengingatkan dan merefresh kita. Dituliskan begini:
1.       Money can buy a house (rumah), but not a home (suasana yang ada di rumah
2.       Money can buy a clock (jam), but not time (waktu)
3.       Money can buy a bed (kasur/tmpt tidur), but not sleep (rasa kantuk)
4.       Money can buy a book (buku), but not knowledge (pengetahuan)
5.       Money can buy a position (posisi/jabatan), but not respect (rasa hormat/penghargaan kita terhadap seseorang)
6.       Money can buy medicine (obat), but not health (kesehatan)
7.       Money can buy blood (darah), but not life (kehidupan)
8.       Money can buy sex (seksualitas), but not love (cinta yang sesungguhnya)
9.       Money can buy food (makanan), but not appetite (selera/nafsu makan)
10.   Money can buy insurance (insuransi), but not safety (keamanan)
11.   Money can buy entertainment (hiburan), but not happiness (kebahagiaan)

§  Apa yang dapat kita lihat di sini? TERNYATA à dengan uang tidak semuanya kita peroleh… tidak semuanya semanis yang kita pikirkan.. (rangkum pendapat di atas!!!)

§  Akan tetapi sungguh disayangkan…mengapa? karena nyatanya kita masih memiliki kecenderungan untuk mengutamakan yang bersifat kelihatan itu dalam hidup kita. setuju tidak? Seperti lagu yang terus terngiang “APA YANG DICARI ORANG?? “ Uang…Uang…Uang… Bukan Tuhan Yesus.

§  Hari ini melalui FT kita juga hendak diingatkan melalui Firman Tuhan yang kita baca yaitu dari Injil Lukas 12:15 yang mengatakan Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."

§  Apa yang dituliskan oleh ayat ini???
-          Harus dilihat dalam perikop yang menyeluruh mulai ayat ke-13
-          Seperti judulnya, perikop ini berbicara tentang seorang kaya, namun sayangnya ia bodoh.
-          Mengapa dikatakan demikian? Ada 2 alasan yang muncul: pertama, ia tidak pernah sanggup untuk melihat yang lebih jauh dari dirinya sendiri (orientasi = pada diri sendiri) à orang kaya itu hanya konsentrasi pada segala sesuatu pada dirinya sendiri à kekayaannya, hartanya, dan apa yang ada padanya. Sehingga perihal pembagian warisan dengan saudaranya pun menjadi sesuatu yang diperhitungkannya dan di sinilah kemudian ia datang kepada Yesus mengeluhkan persoalan ini.

Hal membagi warisan memang menjadi sesuatu yang lazim dilakukan dalam budaya dan peraturan Yahudi kala itu. seseorang akan meminta pertolongan kepada ahli-ahli Taurat kalau-kalau terjadi perselisihan mengenai warisan.

Namun, sungguh disayangkan bahwa di balik itu, ternyata orang ini muncul sebagai pribadi yang tamak terhadap harta kekayaan. Ia hadir menjadi sosok yang tidak pernah puas, punya keinginan yang berlebihan, tidak terkontrol, tiada habisnya.

Realitas juga seringkali berbicara demikian. Manusia tidak pernah puas terhadap apa yang ada padanya. Kita sudah diberikan materi yang berkecukupan tapi kita masih merasa kurang…

Contoh sederhananya: sudah diberikan sebuah rumah yang layak, ehh masih merasa kurang…kurang besar…kurang lengkap, kurang karena cuma punya 1 ^^ padahal kondisi ekonomi kita memang untuk sementara ini cukupnya seperti itu; belum lagi ketidakpuasan kita misalnya pada pekerjaan kita, kerjaan sepertinya begini-begini saja, gaji tidak naik, kerjaan tambah banyak, kedudukan tidak tinggi, yang terjadi: kita kemudian mengeluh, tidak melakukan yang terbaik… dalam kaitannya dengan lansia/usia kita sekarang, dalam hal apa kita merasa tidak puas? Sederhana…misalnya ketika kita dikunjungi oleh salah seorang anak kita, maka kita punya keinginan anak kita yang lain juga mengunjungi, kendati mereka mungkin sedang sibuk..kita memaksakan..belum puas kalau satu orang saja…. dlsb.  

-          Inilah yang menjadi persoalan. Ia cenderung memikirkan apa yang ada dalam sudut pandangnya. Harta menjadi nomor 1 mengalahkan segalanya. Yang lebih memprihatinkan adalah ketika orang ini memiliki harta yang berlimpah-limpah, ternyata tidak pernah terpikir sedikit pun untuk berbagi dengan orang lain.

Kedua, terkait dengan itu, ia pun tidak pernah melihat lebih jauh dari dunia ini. Hidupnya hanya dihabiskan untuk dunia yang sifatnya sementara ini. Dia tidak memikirkan mengenai hidup yang kekal, bagaimana jika hidupnya di dunia ini berakhir?  

-          Menghadapi kondisi demikian, maka Yesus pun memperingatkan orang tersebut! Memperingatkan bagaimana? Memperingatkan agar orang tersebut berjaga-jaga dan waspada terhadap bahaya ketamakan.

-          Yesus kemudian menggunakan perumpamaan tentang orang yang tamak terhadap kekayaannya. Bagaimana orang tersebut hanya memikirkan dirinya sendiri (egonya muncul), sehingga lupa pada yang lain. Ia mengira bahwa dengan mengumpulkan harta yang banyak, ia akan mendapat ketenangan hidup, kebahagiaan. Ia lupa bahwa harta kekayaannya itu sifatnya hanya sementara, tidak kekal. Jika manusia itu mati, maka hartanya itu tidak dapat dibawa bersamanya.

-          Apa yang utama bagi Yesus? Melalui perumpamaan dalam Injil Lukas 12:13-21 bacaan kita hari ini Tuhan Yesus sesungguhnya hendak mengingatkan kita bahwa dalam hidup kita, kita tidak boleh bergantung kepada harta kekayaan, tetapi hanya kepada Allah Sang Pemberi hidup manusia.

-          Hidup beriman adalah hidup yang mengandalkan Allah sebagai yang pertama dan utama, menjadikan Dia sebagai pusat hidup. bukan yang lain. Amat disayangkan jika kita malah menjadikan kekayaan, materi, harta, uang sebagai andalan dalam hidup kita. tidak menjadikan Yesus sebagai andalan utama dalam hidup kita.

-          Oleh karena itulah, maka melalui FT kita hari ini kita diingatkan kembali untuk kita membuang hal-hal yang mengganggu (seperti tema kita).

-          Apa “hal-hal yang mengganggu” itu? jawabannya jelas! Yang mengganggu kita… (seperti Firman Tuhan) katakan adalah: ketamakan… keserakahan.. hidup yang dikuasai oleh apa yang ada di dunia ini…uang, materi, harta bahkan juga kekayaan, yang sebenarnya hanya bersifat sementara….

-          Sebaliknya melalui FT ini kita hendak diingatkan agar kita mencari dan mengutamakan harta yang sejati yaitu sikap hidup yang baik dan benar di hadapan Allah… sikap hidup yang memuliakan Allah… itu yang utama!

-          Kalau dikaitkan dengan usinda…apa saja sikap hidup yang dapat kita lakukan? Saya mencatat ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:

1.       Bergantung kepada Allah dalam segala situasi… (tidak hanya ketika kita memiliki masalah baru cari Tuhan…. Namun di dalam segala situasi! Itu yang utama). tidak mengandalkan yang lain!
2.       Setia di dalam iman kepada Tuhan… apalagi dalam usia kita yang sudah semakin lanjut ini! Kesetiaan kita di dalam iman kepada Tuhan harus menjadi sesuatu yang kita terus tumbuhkan. Bagaimana bentuk konkretnya? Dengan berdoa, juga menjalin relasi dengan Tuhan.
3.       Melakukan segala sesuatu yang positif di usia senja kita. ada banyak yang dapat kita lakukan. Tidak hanya memikirkan yang bersifat lahiriah yang tampak/kelihatan secara kasat mata semata, namun melakukan segala sesuatu yang sesuai dan seturut dengan kehendak Allah dalam hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar